Mata Tifanny tiba-tiba disuguhkan oleh tangan yang mengulur di hadapannya.
Tifanny mengernyit bingung, lalu menulusuri si pemilik tangan tersebut.
Saat mata Tifanny menatap mata si pemilik tangan tersebut, ternyata orang itu tak lain adalah Tamara.
"Tamara?" Tifanny semakin mengernyit bingung. Tifanny bingung kenapa Tamara mengulurkan tangan di hadapannya?
"Gue mau minta maaf," ucap Tamara datar, dengan tangan yang berharap untuk digapai.
"Maaf? Buat apa?" Tifanny memutar bola matanya sembari berpikir.
"Ohh..soal yang waktu itu?" tuding Tifanny. "Udah lupain!" Tifanny menepis tangan Tamara.
Tamara kebingungan, ketika tangannya ditepis oleh Tifanny.
"Lo nggak salah apa-apa sama gue. Udah sini duduk samping gue!" ujar Tifanny.
Tamara mengangguk, lalu mematuhi perintah Tifanny untuk duduk di sampingnya.
"Jadi lo nggak marah sama gue?" Tamara melirik Tifanny sembari tersenyum.
Tifanny menoleh ke arah Tamara, lalu mencubit kedua pipi Tamara yang dianggapnya gemas itu.
"Enggak dong Kak!" Tifanny menarik kedua pipi Tamara.
Tamara berdecak kesal, lalu berusaha untuk melepaskan cubitan tersebut.
Tifanny tertawa melihat reaksi Tamara yang kesal pada dirinya.
"Hehehe...enak banget lo ketawa. Gue yang sakit!" keluh Tamara.
"Abisnya lo itu ngegemesin tau nggak," goda Tifanny.
Tamara memegang kedua pipinya, berjaga-jaga jika Tifanny berniat untuk mencubit kedua pipinya kembali.
"Gue nggak marah sama lo. Bukannya....justru elo yang marah sama gue?" Tifanny melipat tangannya saat melontarkan kalimat sindiran.
Tamara langsung salah tingkah. Dia merasa malu ketika mengingat kejadian waktu itu, marah pada Tifanny tanpa adanya alasan yang jelas.
Tamara menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.
"Iya gue marah sama lo. Kenapa lo nggak minta maaf sama gue?" protes Tamara dengan suara lantang tapi terdengar tidak yakin.
"Salah gue apa ya sis?" tanya Tifanny balik.
Tamara menggigit bibir bawahnya sembari memutar bola matanya.
"Lo ngeselin!" jawab Tamara setelah cukup lama diam. Tamara memikirkan jawaban untuk menjawab pertanyaan Tifanny.
"Ngeselin?"
"Iya lo ngeselin. Gue lebih tua dari lo. Tapi lo manggil gue Tam, Tamara, Mara. Nggak ada embel-embel KAK-nya," Tamara memelototi Tifanny.
Tifanny mengembangkan lubang hidungnya sembari melirik sinis pada Tamara.
"Udah lupa? Dulu, bukannya situ yang nyuruh buat manggil nama doang? Otak lo udah kegeser kayanya!" cibir Tifanny.
Tamara tertawa saat mendengar perkataan Tifanny.
"Apa? Geser?" Tamara mengulangi kata 'geser' yang diucapkan Tifanny tadi. "Sembarangan lo!"
"Lo tuh udah geser dari jaman dulu," kekeuh Tifanny.
"Eh ngomongin jaman dulu..gue jadi inget, waktu pertama kali gue ketemu sama lo di jalan. Kasian, udah bocil..linglung lagi," ledek Tamara.
"Gue juga inget, jaman dulu lo suka ikut rumpi sama mak-mak yang dipersinggahan. Sayangnya...mak-mak rumpi itu sekarang...udah pergi tenang semua. Untung lo punya gue. Kalau enggak, penyakit suka ngerumpi lo itu..pasti masih belum sembuh juga," balas Tifanny.
![](https://img.wattpad.com/cover/232908073-288-k635033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tifanny's Missions
FantasyTifanny Selgiani menjadi arwah gentayangan sejak kematiannya genap empat puluh hari. Dia selalu mengikuti kemana kembarannya berada, Efinna Selgiana. Efinna adalah gadis yang pintar, pendiam serta penurut namun selalu menjadi sasaran bully dari tema...