Terbebas.

229 32 11
                                    

Sekali lagi, mau seperti apapun caramu merebut dia dariku. Jika tuhan sudah memutuskan kita tetap bersama, semua usahamu itu hanya sia-sia.

-Evargan Syahreza.
_♡_

Happy reading❤






"Lo berdua, jangan sampe biarin ni anak kabur. Kalo dia sampe kabur, kepala lo berdua yang bakalan gue penggal!!" Ancam seseorang dengan hoodie hitam. Dia juga memakai masker dan kacamata untuk menutupi identitasnya. Ancaman itu dia lontarkan kepada dua orang berbadan kekar berkepala botak, sepertinya mereka ini adalah anak buah dari orang yang tadi menghadang jalan Argan.

Mereka berdua mengangguk pelan karena sudah takut duluan kepalanya dipenggal. Bos mereka pamit, katanya sedang ada urusan. Nanti dia kembali saat malam nanti. Sekali lagi, orang itu mempertegas bahwa mereka harus benar-benar menjaga Argan agar dia tidak kabur.

Sedangkan Argan? Tentu saja dia mendengar. Dia sudah sadar dari pingsannya sejak tadi. Niatnya hanya untuk mengetahui siapa bos dari dua orang botak itu. Tapi sial, mereka tidak pernah menyebut namanya.

Setelah merasa bahwa keadaan sudah aman, Argan membuka mata. Oh sungguh punggungnya masih sangat terasa sakit karena di pukul tadi.

"Om botak," panggil Argan hingga membuat kedua om botak itu menoleh.

"Heh sembarangan cocotmu itu lho!" Hardik salah satu dari mereka.

"Cocot tu opo toh mas?" ucap Argan heran.

"Situ wong jowo ora ngerti basa jowo piye iki?"

"Aduh om botak! Saya ini bukan orang jawa. Saya tau sedikit bahasa jawa dari temen saya doang." Kedua om botak itu ber'oh ria.

"Om berdua udah nikah?" tanya Argan.

"Udah," jawab kedua om botak itu secara bersamaan.

"Kalo istri om sakit dirumah sakit, gimana perasaan om?"

"Sedih lah, cakep-cakep bego nih masnya." Om botak yang dijari tengahnya terdapat cincin batu akik menoyor Argan.

"Astaga sakit om! Nih om, istri saya sakit dirumah sakit sedangkan saya disini. Dikurung dan gabisa nemenin istri saya, coba kalo om-om ada diposisi saya, om mau gimana?" Argan mulai menangis bombay.

"Jangan nangis mas, bro kasian nih," kata om botak dengan kalung rantai yang melingkar dilehernya.

"Eh! Bego banget si. Ini bocah cuma mau bikin kita iba terus ngelepas dia gitu aja. Tolol!" Kedua om botak itu saling beradu Argumen.

Argan hanya bisa berdecak kesal saat rencananya sudah bisa ditebak. Oke dia harus segera mengatur strategi baru.

"Om. Inget dosa ga sih?" tanya Argan sekali lagi.

Kedua om botak saling beradu pandang kemudian mengangguk lemah. Sepertinya mendengar kata dosa, membuat nyali mereka bisa menciut.

"Kenapa om kerja kayak gini kalo om masih inget dosa?" Argan sangat mantap dengan ucapannya.

"Ini demi keluarga kita berdua mas," lirih salah satu dari mereka.

"Demi keluarga? Apapun alasannya, kerja itu yang halal mas. Jadi tukang pukul meskipun digajih juga percuma. Kerjanya termasuk haram dan itu dosa. Tega ya kalian berdua, ngasih anak sama istri makan pake uang haram?" Argan lebih mendramatisir lagi. Tidak ada cara lain selain membuat mereka sadar bahwa cara mereka mencari uang ini tidak baik.

"Tapi kami mau kerja apalagi mas? Nyari kerja di ibukota itu susah." Mereka berdua mulai terisak.

"Om berdua bisa benerin motor atau mobil?"

Ghefira ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang