Belum Selesai.

210 29 15
                                    

"Sssss arghhhh sialan tuh anak. Badan gue remuk semua." Gerutu seorang laki-laki yang kini tengah memegang bahunya yang sangat sakit.

"Gue gaboleh ada disini terus. Gue harus bisa kabur. Tapi gimana caranya. Ahhh bangke!" Laki-laki itu kini mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Namanya adalah Romi Afraganesa. Ya, laki-laki yang sedang meratapi nasib itu adalah dia. Apa kalian heran? Bukannya Romi dipenjara karena kasus penculikan serta teror? Mari simak baik-baik.

Romi menjadi topeng bagi 'dia. Orang itu membuat seolah-olah Romi yang bersalah. Orang yang dipenjara dan mengaku sebagai Romi hanyalah suruhan yang melakukan operasi plastik agar wajahnya bisa semirip mungkin dengan Romi. Selama ini Romi yang asli disekap disebuah tempat yang jauh dari rumahnya. Romi disekap saat satu hari sebelum kejadian ledakan digedung olahraga disekolahnya.

Tidak hanya Romi, ada beberapa orang yang disekap. Mereka ini adalah orang yang terpilih dan dianggap cocok sebagai korban kekejaman 'dia.

Langkah kaki terdengar mendekat, orang itu kembali datang. Pasti akan menghabisi satu nyawa lagi untuk menuntaskan hasratnya dalam membunuh. Romi juga tidak menyangka 'dia adalah seorang psikopat. Dalam menghabisi korban biasanya 'dia akan menyeret korbannya itu masuk ke ruangan khusus eksekusi. Tapi pernah hari itu Romi menyaksikan dengan matanya sendiri 'dia dengan senang hati menghabisi nyawa korbannya. Tragis.

Flash back on...

"Ayo. Giliran lo hari ini." Senyum miring tercetak jelas diwajahnya. Dengan penuh hasrat, dia menarik rambut panjang wanita yang sudah dia cap sebagai korban berikutnya.

Wanita itu menangis menahan sakit, rambutnya ditarik begitu kencang nan kasar. Menangis pun tidak berguna didepan seorang psikopat kejam seperti dia. Tangisan akan menjadi semacam power untuk dia semakin gencar menjalankan aksi kejamnya.

Dia menghempaskan wanita itu kasar hingga keningnya terbentur tembok, darah segarpun dengan mudahnya lolos. Tentu saja dia semakin senang. Ingat, SENANG!

Tubuh wanita itu lemas, kepalanya terasa sangat pusing. Wanita itu lebih memilih mati sekarang daripada harus menerima siksaan terlebih dahulu.

Dia berjongkok disebelah wanita itu seraya tersenyum devil. Ditangannya terdapat silet yang sangat berkilau dan sudah sangat siap untuk menari diatas kulit manusia. Tidak banyak basa-basi, dia segera menggores lengan mulus sang korban. Jeritan tangis sangat kencang menggema diruangan. Mereka yang menyaksikan adegan tidak manusiawi itu refleks menutup matanya karena takut.

"Kalian, jangan tutup mata. Atau mau gue tutup mata kalian selamanya sekarang?" Mendengar perkataan yang bernada ancaman itu, mereka terpaksa membuka mata untuk melihat dia menghabisi korbannya.

Permainan tidak selesai sampai dilengan, darah yang mengalir pun belum cukup banyak. Setelah dari lengan, dia beralih menuju kaki jenjang wanita itu. Dia mengetuk-ngetuk dahi, argghhh mau diapakan yah kakinya yang mulus itu? Dia jadi bingung.

Ahh, sebuah ide muncul diotak cerdasnya. Dia menyuruh anak buah setianya untuk mengambil palu dan paku serta dua patok yang ada didalam gudang.

Anak buahnya kembali datang dengan peralatan yang tadi dia perintahkan untuk diambil. Dia kembali tersenyum senang. Bahagia mempunyai anak buah yang bisa diandalkan.

"Tolong jangan. Mending lo langsung bunuh gue aja. Gue ga sanggup." Wanita itu merengek.

"Apasih ayang. Jangan bawel." Dia menarik lengan kiri korbannya lalu menancapkan patok disana. Tentu saja wanita itu kembali menjerit kesakitan. Tapi lain halnya dengan sang pembunuh, baginya jeritan sakit dari korban semacam senandung yang sangat enak sekali didengar. sungguh nikmat.

Ghefira ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang