Pertemuan (Revisi)

48.6K 2.6K 20
                                    

Pagi ini seorang gadis mungil yang sudah berpakaian seragam lengkap
terus menebarkan senyumannya, entah mengapa dia merasa moodnya sedang sangat baik hari ini.

Di sepanjang jalan menuju ke kelasnya pun dia terus
melontarkan senyumannya pada siapa saja yang berpapasan dengannya, tak sedikit pula yang membalas senyuman Ara, dan bahkan ada juga yang menyapanya untuk sekedar mengucapkan selamat pagi.

Sedangkan di ujung sana ada seorang laki-laki yang tengah
mempertaruhkan nyawanya, ia menjalankan sepeda motornya dengan kecepatan sangat tinggi untuk menerobos pintu gerbang yang sedikit lagi akan tertutup rapat.

Dan yaa ...

tepat sekali, saat motor milik Alaska masuk, barulah gerbang itu tertutup dengan rapat dan sempurna.

“la dalaa, kamu tuh bikin Bapak kaget aja, Alaska,” ucap Pak Jono
kesal.

Alaska tak peduli, ia langsung memarkirkan motornya, dan pergi
menuju ke kelasnya. Ia berjalan dengan tubuhnya yang tegap, rahangnya yang kokoh, dan wajahnya yang datar. Tapi itu semua tidak mengurangi kadar ketampanannya.

Beruntung Alaska sempat menggantungkan earphone miliknya di telinga, sehingga ia tak perlu khawatir lagi dengan gendang telinganya yang akan pecah saat para fansnya berteriak menyapa dirinya, terdengar berlebihan memang, tapi itulah kenyataannya.

Alaska yang sedang membalas pesan dari teman-temannya terkejut
ketika ada seseorang yang menabrak tubuhnya.

“Aww ... sakit banget pantat Ara. Kamu kalo jalan liat-liat dong!!!
Nabrak Ara kan jadinyaa, sakit tauuu!!!”

Loh harusnya kan dia yang marah-marah, tapi kenapa malah
perempuan ini yang memarahi dirinya.

“Ck lebay,” ucap Alaska menatapnya datar, lalu pergi begitu saja
meninggalkan perempuan itu.

“Heh kamu mau kemana? Minta maaf dulu sama Ara.”

Ara bangun dan membersihkan roknya yang sedikit kotor dengan
perasaan yang agak kesal. Hancur sudah mood Ara hari ini. Dia berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

Di kelas 12 IPA 1

“Ih, Ara kesel! Kesel! Kesel! Kesell banget pokoknya!!! Awas aja
kalo sampe ketemu Ara lagi, bakal Ara-” ucapan Ara yang sedang meluapkan emosinya terpotong.

“Hayoo bakal Ara apain? Lagian kenapa sih, Ra? Pagi-pagi udah
marah-marah aja?” tanya Nadin.

“Nadin tau nggak sih, tadi ada cowok yang nabrak Ara, dia nggak
mau tanggung jawab nolongin Ara yang jatoh. Jangankan nolongin, minta maaf aja enggak. Pokoknya, Ara kesel banget, banget, banget. Hiks ... hiks ...,” jelas Ara sambil nangis.

“YAAMPUN, NADIN!! ANAK ORANG LO APAIN SAMPE NANGIS BEGITU???” teriak Killa yang baru masuk kelas.

“Nggak gue apa-apain. Udah duduk aja sini diem-diem,” ujar Nadin
sambil menepuk bangku di sebelahnya.

“Emang siapa yang nabrak Ara?” tanya Nadin.

“Ara ngga tau,” ujar Ara polos.

“Lah gimana? Kok nggak tau?” tanya Killa bingung.

“Ara engga kenal sama orangnya.”

“Ya kenalan dong biar kenal, siapa tau begitu kenal jadi saling sayang.” ledek Killa sambil menahan tawanya.

“Tadi, Ara mau ajak kenalan, tapi dia nya malah ka-” ucapan Ara
terpotong ketika dia sadar dengan ucapan Killa, dan ucapan dirinya sendiri.

“IH APAANSI KILAA, ENGGAK. ARA ENGGAK MAU KENALAN SAMA ORANG ITU!!! NADIN ... KILLA NYA TUH,” teriak Ara, dan merengek pada Nadin.

“Ck kebiasaan, udah diem. Jangan pada ribut,” ucap Nadin jengah.


Kringggg ... kringgggg ....

Ketika bel istirahat berbunyi, mereka langsung pergi ke kantin.
Tempat dimana para siswa dan siswi menuntaskan masalah perutnya, begitu juga Ara dkk. Dan seperti biasa, mereka selalu bergantian untuk memesankan makanan, dan hari ini adalah giliran Nadin yang memesankan makanan untuk
sahabat-sahabatnya. Sedangkan Ara dan Killa mencari tempat untuk mereka makan.

“Nadin, gue sama Ara duduk di bangku pojok sana ya,” ucap Killa.

“Oke sip,” jawab Nadin, lalu mereka berpisah.

Nadin mengantri untuk bisa mendapatkan pesanannya. Hari ini dia sedikit beruntung, karena yang mengantri tinggal tiga orang lagi, dan baru abis itu giliran Nadin.

"Bang Didin, biasa ya 3 mangkok.”

“Siap, Neng Nadin,” ucap Bang Udin atau kerap dipanggil bang Didin oleh para murid dan guru disini.

“Enggak pake lama, langsung jadi pesanan Neng Nadin yang cantik
nan baik hati ini,” ucap bang Didin terkekeh, dan menyerahkan nampan yang di atasnya ada 3 mangkok bakso.

“Makasih ya, Bang,” ucap Nadin sambil terkekeh lalu memberikan
uangnya.

“Sama-sama, Neng.”

Nadin langsung menghampiri sahabat sahabatnya dengan membawa pesanannya.

Kantin yang tadinya ramai menjadi sangat sepi ketika kedatangan
most wanted Garuda Jaya.

Ya, siapa lagi kalau bukan Alaska dkk. Biasanya mereka akan mengadakan konser dadakan di kantin, dan itu yang membuat para penghuni kantin senang.

“Van, pesen,” suruh Alaska.

“Oghey,” ucap Arvan lalu pergi memesan makanan untuk para
sahabat-sahabatnya.

“NENG SITI, PINJEM SAPU NYA YAA,” teriak Orion lalu kabur.

Orion berdiri di atas kursi dengan sapu yang ia jadikan mic. Al sudah
siap dengan pel-an yang ia bawa dari kelas, dan terakhir Arvin yang udah siap dengan kecrekan marawis milik emaknya yang ia umpet-in diem-diem.

“GARJA SIAP DI GOYANGG!!!” teriak Orion membuat semuanya
ikut bersorak.

“ORION, BANG DIDIN REQUEST LAGU NASAR YAA,” teriak bang Didin di ujung sana.

“OKE, SIAP BANG,” teriak Orion sambil mengangkat jempolnya.

“1 … 2 … 3,” ujar Al memberi komando.

“SEPERTI MATI LAMPU YA, SAYANG!!!” teriak Orion sambil
mendekatkan ujung sapu itu ke mulutnya.

“SEPERTI MATI …,” teriak Al memainkan pel-annya seperti
gitaris yang handal.

“LAMPUUU …,” teriak semuanya bersamaan. Sampai penjual di
kantin pun ikut bergoyang.

Crek ... crek ... crek ... Arvin memainkan kecrek-an miliknya dengan semangat.

“CINTAKU PADAMU YAAA SAYANG, BAGAI ….”

“MALAM TIADA BERLALU,” teriak semuanya menyambung.

Mereka semua tengah asyik bergoyang. Tapi, tiba-tiba Orion memberhentikan konsernya ketika mendengar teriakan merdu dari sang kepala sekolah.

“ORION DUDUK YANG BENER!!” teriak pak kepala sekolah
kesal.

Al langsung melempar pel-annya itu, sedangkan Arvin buru-buru menaruh kecrekkannya di bawah meja kantin.

“YAELAH PAK LAGI SERU NIH.”

“DUDUK YANG BENER, ATAU BAPAK HUKUM KALIAN SEMUA.”

“Buset dajjal marah,” bisik Arvin pada Al.

Mendengar ucapan kepala sekolah membuat mereka semua kalang
kabut, dan memilih untuk menurutinya.

“BAPAK JAHAT SAMA ORION,” teriak Orion lalu turun dari bangkunya, membuat mereka semua menggelengkan kepalanya.

Setelah itu keadaan mulai tenang, mereka pun kembali melakukan
kegiatannya yang sempat tertunda akibat konser dadakan tadi.

TWINS BOY (TERBIT)  Sedang RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang