DUA - sesuatu yang menyakitkan

534 63 1
                                    

Happy reading all :*

***

Kelas yang kacau karena ulah murid murid nakal sedang terjadi hampir di seluruh sekolah hari ini. Di karenakan rapat guru yang berjalan mulai dari pagi hari juga menjadi salah satu sebab mengapa Daniel, Alana dan yang lainnya dengan leluasa membully Embun di koridor sekolah barusan.

Tidak ada yang mengaturnya, jadi-mereka bisa melakukan apa yang mereka mau.

Duduk di bangku taman belakang sekolah, adalah hal yang sering Embun lakukan setiap harinya. Gadis itu tengah mengelap rambut dan wajahnya yang masih basah.

Paparan sinar matahari mungkin dapat membantunya mengeringkan seragamnya yang sedikit basah. Karena saat ini, tidak ada yang mau membantunya selain matahari. Bunga bunga di tamanpun tidak tinggal diam, mereka ikut menenangkan hati Embun dengan cara menunjukkan betapa indahnya pesona yang mereka miliki.

Khususnya untuk bunga matahari ini, warnanya begitu cantik dan dapat membuat hati Embun lebih tenang.

Ya-mungkin Embun sangat menyukai matahari. Selain karena matahari adalah penerang satu dunia dengan cahaya cantiknya. Matahari juga dapat menerangi hidupnya yang terlewat gelap, kelam, dan sunyi.

Ketika masih sibuk untuk mencoba mengeringkan bajunya. Embun sedikit di kejutkan dengan kedatangan seseorang.

"Re-regan?" ucap Embun refleks.

Cowok di hadapannya itupun tersenyum manis. "Boleh duduk di sini gak?" tanyanya sopan. Memang sih sangat terlihat dari penampilan cowok tersebut, rapi dan nampak disiplin. Sangat bertolak belakang dengan Daniel dan teman temannya yang kejam itu.

"Boleh, duduk aja. Inikan fasilitas sekolah bukan punya aku." jawab Embun, dan mendapat respons dari Regan yang terkekeh kemudian langsung duduk di samping gadis tersebut.

"Lo ko basah gini sih? Emang hujan ya? Perasaan langit terang terang aja deh." ujar Regan, Embun kembali menundukkan wajahnya dalam. Kenapa Regan menanyakan tentang hal itu? Membuat dirinya kembali mengingat kejadian di koridor.

"Oh ini, ng-aku tadi cuci muka. Soalnya panas banget." jawab Embun tersenyum manis, namun entah kenapa terlihat begitu palsu. Hati, pikiran dan mungkin mentalnya saat ini sedang tidak baik baik saja. Mana mungkin dirinya masih bisa tersenyum lepas?

Regan nampak percaya saja, terbukti kini cowok itu mengangguk angguk samar. "Wajah lo pucat. Lo sakit? Ayu gue antar ke UKS sekarang."

"Nggak kok, aku gak sakit. Mungkin cuman kurang istirahat aja." jawab Embun gugup.

"Berarti lo harus istirahat, ayu gue antar ke UKS." paksa Regan.

"Gak usah Regan, aku gak papa ko." kekeuh Embun lagi.

Regan menghela nafas pelan. Susah ketika harus meluluhkan sisi keras kepala seorang Embun. "Lo harus makan yang teratur. Ini udah mau istirahat, ikut gue ke kantin sekarang ya?" ajak Regan, binar matanya menggambarkan ia sangat berharap Embun menjawab IYA. Namun sayang, gadis itu menolaknya dengan sopan.

"Maaf Regan, tapi aku kayanya belum mau ke kantin. Kamu duluan gak papa kan?" kata Embun.

Regan meringis kecil, "Oh gitu ya? Yaudah kalau gitu gue duluan." ujarnya canggung. Cowok itupun mulai bangun dan melangkahkan kakinya menjauh, namun tak lama Regan memberhentikan langkahnya dan berbalik karena panggilan pelan dari Embun.

"Regan. Kayanya pulang sekolah aku gak bisa belajar bareng dulu deh." ujar gadis tersebut.

"Kenapa?"

"Hmm-aku ada urusan lain." jawab Embun.

Regan mengernyitkan dahinya, akhir akhir ini Embun terlihat aneh dan semakin menyendiri. "Oke, gue juga mau rapat osis pulang sekolah."

Difficult [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang