SEPULUH - sebuah rahasia?

394 38 7
                                    

Gua bakal up secepetnya kalo lo semua vomment cuy
Gak tau kenapa itu tuh jadi bahan penyemangat banget sumpah
Jadi mulai sekarang jangan jadi silent reader lagi ya :(

***

Bau obat menyeruak hebat menyusuri indra penciuman gadis yang baru saja sadar dari pingsannya ini. Menyender pada bantal yang ditumpuk dua, Regan yang mengambilnya dari bilik sebelah.

Dan Regan pula yang membawa Embun ke ruang UKS setelah menyadari bahwa gadis yang tengah tersungkur di pinggir lapangan itu adalah Embun.

Ia membenci semua orang yang hanya menatap Embun tanpa melalukan pertolongan dalam bentuk apapun, mereka semua bodoh atau bagaimana? Itu sama sekali bukan sebuah tontonan, melainkan kecelakaan kecil.

"Udah, aku gak mau masalah ini di besar besarin." ujar Embun pelan.

"Gue gak mau dan gak akan memperbesar masalahnya. Tapi kelakuan Alana udah keterlaluan, dia bikin lo pingsan di pinggir lapangan tadi!" jawab Regan berapi api.

"Aku gak papa. Lagipula aku yakin Alana gak sengaja tadi."

Regan menunjukkan raut terkejut namun sedikit meledek. Ia tau gadis ini sangat lugu, tetapi tidak sampai seperti ini juga kan?

"Bun, gue tau lo orang baik. Tapi gue kasih tau sama lo, semakin lo baikin mereka yang udah nyakitin lo. Semakin mereka ngelunjak dan bakal lakuin yang lebih parah dari sebelum sebelumnya!" kata Regan mengingati.

"Aku tau, tapi aku cuman ingin berlaku baik sama siapapun." jawab Embun menganggukkan kepalanya.

"Terserah lo aja deh." pasrah Regan.

Embun tau. Regan sangat khawatir kepadanya. Cowok itu sangat baik dan sopan, sedari dulu sewaktu mereka masih menginjakkan kakinya di kelas X, hanya Regan yang mau berteman dengannya.

Sampai hampir semua yang Embun alami ia ceritakan kepada Regan. Namun setelah Regan mengetahui Embun memiliki seseorang di hatinya yaitu, Ronald. Cowok itu sempat menjauh dan tidak lama kembali lagi kepada Embun dengan mengucapkan—

"Gue akan tunggu sampai kapanpun."

Entah apa maksudnya, Embun saja tidak tau.

Dan ia masih sangat bingung dengan kejadian itu tetapi ia mencoba melupakannya saja.

"Makasi ya udah khawatir sama aku. Tapi kamu lupa? Kata kata dari idola aku, kata kata yang selalu aku bilang ke kamu." ujar Embun tersenyum seraya menaik turunkan alisnya.

Regan nampak berfikir. "Lupa." ujarnya.

"Masa sih? Padahal kamu harus selalu ingat itu, biar kamu lebih sabar dan tidak membeda bedakan orang lain."

Terkekeh pelan karena ekspresi lucu yang Embun keluarkan." Boong deng. Gue inget ko, Treat People With Kindness. Bener kan?" ujar Regan tersenyum.

"Nah itu kamu inget!" tawa Embun karena Regan masih mengingatnya, hingga sudut bibir cowok itu ikut terangkat juga.

"Yaudah, gue bakal inget kata kata itu. Sekarang lo istirahat, gue ada urusan di luar." kata Regan pamit kemudian keluar dari ruang UKS tempat Embun tertidur kembali untuk istirahat.

"Siap Pak Bos!"

***

"Lo bikin tuh anak pingsan?!" kaget Adnan, namun selang beberapa menit ia mulai tertawa terbahak bahak. "Gimana ceritanya coba? Ada ada aja lo, Na!" katanya lagi dengan sisa sisa tawanya sambil menunjuk Alana yang diam tak bereaksi.

Difficult [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang