Up-nya sekarang yaa..
Maap kemarin gue gak up, soalnya belum nulis gess...
Happy reading yaa***
"Pagi anak anak." sapa guru olahraga yang baru saja sampai di pinggir lapangan. Sudah lengkap dengan pluit yang sekarang menggantung di lehernya, laki laki berotot besar itu tersenyum kepada murid muridnya di pagi hari ini.
"Selamat pagi, Pak!" jawab sebagian murid, karena ada beberapa yang masih sibuk dengan dunianya masing masing.
"Sebelumnya, saya minta perhatian kalian sebentar saja." ujarnya.
"Hari ini kita akan menjalani praktek passing bola Basket. Saya minta kalian membentuk kelompok masing masing beranggotakan 4 orang. Saya sudah hitung, berhubung siswi di kelas ini berjumlah 17 orang—jadi salah satu kelompok di antara kalian akan memiliki 5 anggota." katanya lagi dengan tegasnya.
Di kelas mereka memang berisikan 32 murid. Di antaranya 15 laki laki dan 17 perempuan. Karena cowok cowok di kelasnya tengah bermain basket di tengah lapangan sana, jadilah hanya para gadis yang menjalani praktek passing bola basket seperti apa yang guru mereka bilang barusan.
Memang benar adanya. Sekolah mereka memiliki lapangan yang sangat luas bak taman istana, walaupun beberapa kelas menjalani jam olahraga secara bersamaan pun juga tidak masalah.
"Ayu, anak anak. Cepat memilih rekan kelompok kalian." ujar Pak Galang sambil memegang buku absennya.
Tengah menulis sesuatu namun entah apa itu, bisa jadi itu adalah daftar kehadiran siswa dan siswi yang sedang mereka didik sekarang.
Sekarang jadwal melatih siswi siswi ini dan membiarkan para siswa itu melakukan olahraga bebas.
"Lo sama gue ya?"
"Kita udah pas nih ya?"
"Iya lo sama gue aja, jangan sama dia."
"Jadi kelompok siapa yang mau nampung tuh anak?" ujar salah satu siswi dengan tangan di kedua sisi pinggangnya.
Lupa menjelaskan, hari ini kelas Embun yang tengah melaksanakan olahraga. Awalanya Embun ragu untuk mengikutinya, namun ia pikir ini hanya passing bola Basket kan?
Tidak terlalu berlebihan.
"So, gak ada yang mau nih kacung masuk ke kelompok kalian kan? Gue juga." ujar Alana menohok.
"Iyalah, siapa juga yang mau satu kelompok sama Babu kaya gini. Cuman malu maluin doang." timpal Lia menunjuk Embun yang seperti biasa hanya bisa menundukkan wajahnya.
"Gue juga gak mau. Jijik parah sih." ujar cewek berbando biru muda dengan tawa mengejeknya.
"Lagian juga kenapa lo masuk kelas kita? Dari jumlahnya aja udah pas, lo itu cuman penggangu." ujar Lia. Karena tinggal Embun saja yang belum mempunyai kelompok di sini.
"Lo pake masuk segala, udah bener bener kaya kemaren kemaren gak usah sekolah."
Terkekeh pelan. Selalu saja begini, ia selalu bahagia saat melihat Embun di hina dan di caci. Apalagi saat semua orang mengucapkan betapa besar ketidak inginan mereka atas kehadiran Embun di sini.
"Gue bener bener bahagia melihat lo menderita." batinya.
Sedangkan gadis itu masih menundukkan kepalanya. Percayalah ia tidak sendiri. Memang benar ia tidak sendiri, ada mahluk yang tumbuh di dalam perutnya, seseorang yang akan menjadi penyemangatnya.
"Jangan dong, nanti kita gak bisa punya kacung se—"
Alana mengangkat wajah Embun dengan ujung jari telunjukknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult [On Going]
ChickLit[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Daniel Grissham, cowok dengan rahang kokoh serta memiliki manik indah berwarna hijau. Dengan terpaksa harus menikah dengan seorang gadis yang telah dihamili oleh Kakanya sendiri. Karena tidak tau apa yang telah terjadi...