Sorry baru updae...
Hayoook vote dan komen yang cetarrrrMet baca
20
Valencia tercenung bingung. Apa yang Drake katakan?
Lalu tiba-tiba ia tersadar.
Dengan gerakan secepat kilat, ia turun dari ranjang dan berjalan cepat menuju pintu depan. Ketika membuka pintu, ia melihat Drake berdiri di depan pintu pagar dan memandang ke arahnya dengan tak sabar.
Tergesa-gesa Valencia berjalan untuk membuka pintu pagar. Angin malam yang dingin menyapa tubuhnya, membuatnya tersadar, ia sedang mengenakan baju tidur satin tanpa lengan dan celana pendek. Valencia menggigil kecil merasa dingin. Seharusnya tadi ketika kembali ke rumah Drake, ia mengambil piama, bukan baju tidur minim.
"Kenapa lama sekali?" serang Drake saat Valencia membuka pintu pagar.
Valencia mengertak gigi. Drake sangat senang bertengkar dengannya. Lihatlah, pria itu menunggu tak lebih dari tiga menit, dan dia sudah mengomel.
Pintu terbuka, Drake masuk dan Valencia segera menutup dan mengunci pintu pagar.
Drake masuk ke rumah lebih dulu, Valencia menyusul. Ketika tiba di ruang tamu, pria itu hanya berdiri kaku di tengah ruangan dan memandang Valencia yang baru selesai mengunci pintu dengan tatapan lekat.
"Ada apa?" tanya Valencia pelan, takut membangunkan Bibi Marisa yang sedang tidur.
Ketika menyadari tatapan Drake yang melekat ke tubuhnya, Valencia tersadar. Ia berpakaian terlalu seksi di hadapan pria itu. Selama ini, sejak menjadi istri Drake dan tidur sekamar dengan pria itu, Valencia selalu mengenakan piama.
"Di mana kamar tidurmu?" tanya Drake. Sekarang matanya menatap wajah Valencia.
Ada rasa panas yang aneh menyerang tubuh Valencia. Di antara pahanya ada denyut penuh gairah. Sial. Pria itu sudah berselingkuh, dan ia masih menginginkannya. Dasar wanita bodoh! Valencia memarahi dirinya sendiri.
"Kenapa?" tanya Valencia bingung.
"Aku mengantuk."
Drake tampak tak sabar, tapi Valencia masih tak beranjak dari tempat ia berpijak. "Kenapa kau ke sini malam-malam?"
Drake hanya mendengkus sebagai jawaban. "Kau tidur di kamar itu, kan?" Drake menunjuk kamar yang Valencia tempati.
Valencia mengangguk samar.
Tanpa mengucapkan apa pun, Drake melangkah menuju kamar tersebut, membuka pintu lalu masuk ke dalam. Pintu yang masih dibiarkan dalam keadaan terbuka, mengirim hawa dingin yang membuyarkan ketercenungan Valencia.
Ia pun melangkah masuk ke kamar dan menyalakan lampu, lalu menutup pintu, tak mau Bibi Marisa terbangun mendengar percakapan mereka. Tampak Drake berbaring di ranjang, yang sebenarnya diperutukkan untuk satu orang.
"Matikan lampunya, Jalang!"
Valencia mengertakkan gigi mendengar panggilan pria itu kepadanya. "Kau tak bisa tidur di sini. Ranjangnya terlalu kecil untuk berdua."
"Kalau begitu kau bisa tidur di lantai." Drake menatap Valencia sinis.
Valencia mendengkus. "Tak ada orang yang berakal sehat mau tidur di lantai granit, Drake!"
"Kalau begitu kau bisa bergabung denganku." Drake menyeringai nakal.
Valencia cemberut. Ia mematung.
"Kemari," kata Drake setelah dua menit berlalu.
Valencia bergeming.
"Kemari, kataku!"
Mendengar nada Drake yang penuh terkanan, mau tak mau Valencia menghampiri ranjang.
"Duduk di sini," Drake menunjukkan bibir ranjang.
Valencia bergeming.
"Apa kau ingin aku berteriak dengan caci maki? Kau ingin Bibi Marisa terbangun, eh?"
Mendesah kesal, mau tak mau Valencia duduk di tempat yang Drake tunjukkan. Namun baru saja bokongnya menyentuh kasur, Drake sudah memeluknya.
"Drake!" teriak Valencia tertahan.
Drake terkekeh, lalu meraih Valencia ke dalam pelukan, mencium dengan buas dan menyobek baju tidurnya dengan kasar.
Valencia meronta. "Aku tak mau tidur dengan lelaki yang terus-menerus berganti pasangan!"
"Kau tak punya pilihan, Valencia. Kau budakku. Kau harus menuruti keinginanku. Selamanya akan begitu. Ingat itu baik-baik"
"Tidak!" Valencia terus meronta. "Aku tak mau ditulari penyakit!"
"Aku menggunakan kondom dengan wanita-wanita itu, Jalang! Bahkan denganmu! Jadi tak akan ada tular-menular."
Valencia menggeleng kuat. "Tidak! Aku tak peduli! Aku tak mau!"
Dengan gusar Drake bangkit. Pria itu mendorong Valencia berbaring di ranjang dan menindihnya. "Sudah kubilang, kau budakku, akulah tuanmu, jadi kau harus menurut!"
***
"Valencia, sudah pukul delapan tiga puluh, apa kau sudah siap?" Bibi Marisa membuka pintu kamar yang Valencia tempati, dan seketika wanita paruh baya itu terdiam dengan wajah panas.
Mata Valencia perlahan-lahan terbuka. Untuk sesaat ia bingung sedang berada di mana. Setelah kesadarannya kembali sepenuhnya, ia segera memandang ke samping, pada Drake yang memeluknya erat. Di ranjang kecil itu, tubuh mereka menempel satu sama lain.
Menyadari itu, wajah Valencia seketika merona. "Bibi—"
Bibi Marisa tersadar dan meminta maaf dengan wajah memerah lalu menutup pintu.
Drake bergerak, lalu membuka mata. "Ada apa?" tanyanya dengan suara parau.
Valencia segera melepaskan tangan Drake dari perutnya, lalu menyingkap selimut dan melangkah turun. Bergegas mengambil kimono dari gantungan dan memakainya buru-buru.
Valencia tidak bisa membayangkan bagaimana harus bersikap saat bertemu muka dengan Bibi Marisa.
Memang ia dan Drake suami-istri, tapi tetap saja dipergoki dalam keadaan seperti itu, terasa sungkan.
***
Evathink
Ig : evathinkVoteee yang cetarrr yahhh man temen2
Thanks
cerita ini sudah pernah di publish sampai tamat, lalu direpost lagi, sampai tamat pada 13 juli 2022, skr, 14 sept 2022, sudah saya unpublish
jika teman2 ingin membaca versi tamatnya, silakan baca ebooknya di GOOGLE PLAY BUKU atau KARYA KARSA.
untuk versi cetak dan PDF, silakan WA aku 08125517788
![](https://img.wattpad.com/cover/233513688-288-k421967.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Valencia and Her Devil Husband - REPOST
RomanceREPOST Unexpected Love #1 Drake Arsenio menikahi Valencia Oliver semata-mata demi menyiksa gadis itu. Ia menciptakan neraka untuk perempuan keji yang telah merenggut sang adik semata wayang dari sisinya. Namun bagaimana dengan cinta yang hadir di an...