25
Gaun biru itu melekat sempurna di tubuh Valencia.
Memiliki model leher dengan potongan berbentuk hati, dan memamerkan bahu dan punggungnya yang mulus. Panjang gaun itu semata kaki. Belahannya setinggi setengah paha. Sepatu dan tas tangan berwarna senada, menjadi paduan yang sempurna.Valencia merias wajahnya sendiri. Meski tak seglamor dandanan para model yang akan ke pesta, tapi Valencia puas dengan hasil polesannya. Ia juga tampak lebih cantik dengan bulu mata palsu yang lebih panjang, tebal dan lentik. Senyum mengukir di bibir Valencia yang dipoles lipstik sewarna ceri.
"Cepatlah. Sampai kapan kau akan memelototi cermin itu?"
Suara ketus yang khas itu membuyar keterpanaan Valencia. Drake memang pengacau suasana yang andal. Dengan bibir cemberut, Valencia berbalik. Sesaat ia terpaku.
Di dekat pintu sana, Drake berdiri dalam balutan setelan tiga potong. Rambutnya di sisir dengan maskulin. Pria itu tampak sangat tampan dan menawan. Valencia tidak sadar bibirnya sedikit terbuka. Bukan berarti ia tak pernah terpesona seperti ini terhadap Drake. Dulu, dulu-dulu sekali, ketika belum ada dendam di antara mereka, Drake selalu memikat hati Valencia.
Melihat keterpanaan Valencia, Drake menyeringai sinis.
Valencia tersadar, ia mengerjap dan berjalan cepat menghampiri Drake.
"Pastikan lain kali kau tak membuatku menunggu."
Valencia semakin cemberut. Drake tidak memuji penampilannya, padahal ia tahu, ia tampak memikat. Mungkin ia harus cukup berpuas hati karena pria itu tak memanggilnya dengan sebutan kasar. Jika tidak, suasana hati Valencia yang baik akan berubah buruk.
***
Valencia berjalan di sisi Drake menuju pasangan pengantin yang tampak tersenyum bahagia.
Ketika Drake mengucapkan selamat, sekilas Chandra bertanya siapa Valencia, tapi Drake tak menjawab dan berpamitan tak lama kemudian. Pernikahannya dan Valencia memang tak dipublikasikan ke umum.
Baru tak jauh mereka meninggalkan kedua mempelai, Sebastian yang hadir bersama kekasihnya, dan Gabriel yang sendirian, menyapa mereka.
"Hai, Valen. Kau tampak cantik sekali malam ini," puji Sebastian dengan mata menatap Valencia lekat. Cubitan dari sang kekasih seketika melekat di pinggangnya. Sebastian mengaduh. Drake dan Gabriel menyeringai melihat itu.
Valencia tampak kaku dan tak nyaman. Dengan dalih haus, wanita itu pun berpamitan ke area konsumsi.
Drake mengekorinya dengan tatapan.
"Kau takut istrimu diambil pria lain, eh?" goda Sebastian.
Tatapan Drake beralih ke Sebastian. Ia menyeringai masam tanpa berkata-kata.
Mereka pun bercakap-cakap ringan. Lalu Gabriel yang sudah merasa lapar menyarankan mereka ke meja konsumsi.
Ketika hampir tiba di tempat yang mereka tuju, di antara para tamu, Drake melihat Valencia sedang berbicara dengan seorang pria. Keduanya tertawa, entah sedang membicarakan apa.
Drake tidak tahu siapa pria itu, karena posisi Valencia menghadapnya sementara sosok itu membelakanginya.
Ada rasa marah membakar dada Drake melihat Valencia tertawa bersama pria lain.
Dasar wanita jalang! Dengan mudah dia berpaling, padahal suaminya ada di ruangan yang sama.
Gabriel, Sebastian dan kekasihnya menuju meja konsumsi, sementara Drake melangkah cepat menghampiri Valencia. Ketika sudah dekat, Drake bisa melihat, yang sedang mengobrol dengan Valencia adalah Ray. Amarah Drake seketika naik ke level tertinggi.
Drake segera melingkarkan lengannya di pinggang Valencia dengan mesra, lalu mengecup pipi wanita itu. Valencia terkejut dan tampak susah payah menutupi reaksinya itu dari mata Ray.
"Hai, Ray, aku tidak tahu kalau kau mengenal Chandra."
Ray mengangguk kecil pada Drake. "Mempelai wanita sepupuku."
Jika tahu Ray akan ada di sini, Drake tak akan hadir. Memberi kesempatan Valencia bertemu mantan kekasihnya, sama saja memberi kesempatan pada cinta lama untuk bersemi kembali.
"Kami permisi dulu," kata Drake sambil mencengkeram pinggang Valencia dan memaksanya mengikutinya.
Mereka bukan hendak bergabung dengan Gabriel dan Sebastian, melainkan ke pintu keluar.
"Drake, kita hendak ke mana?" tanya Valencia bingung sambil sesekali menoleh ke belakang.
"Pulang," jawab Drake dingin dan terus melangkah keluar dari ballroom. Ia tak lagi merangkul pinggang Valencia, tapi menyeret tangan wanita itu.
"Tapi kita belum makan."
"Aku mampu membeli makanan yang jauh lebih enak dan mahal dari yang disajikan di sini, kalau-kalau kau lupa."
Valencia di belakang Drake menggigit bibir.
Drake senang wanita itu tahu kapan waktunya berhenti bicara. Karena jika Valencia masih saja protes, Drake bersumpah ia akan mencium Valencia untuk membungkamnya. Tak peduli mereka akan dicap tak bermoral oleh yang melihat.
***
bersambung ...
jangan lupa vote dan komennya ya, teman2, makasihhhh
follow instagram aku: evathink
FYI, Versi tamat karya-karya aku tersedia di:
Google play buku
Karya karsa
PDF (harga lebih murah) - order di WA Evathink 08125517788
KAMU SEDANG MEMBACA
Valencia and Her Devil Husband - REPOST
Любовные романыREPOST Unexpected Love #1 Drake Arsenio menikahi Valencia Oliver semata-mata demi menyiksa gadis itu. Ia menciptakan neraka untuk perempuan keji yang telah merenggut sang adik semata wayang dari sisinya. Namun bagaimana dengan cinta yang hadir di an...