21

10K 1.1K 70
                                    

Yuhhu
Sebenernya rencana update nunggu vote dan komen cetar, tp hari ini saya ingin mengapresiasi teman2 semua atas dukungannya.
6 hari terbit, drake dan Valencia menduduki posisi 4 TERLARIS di GOOGLE PLAY / PLAY BUKU


Selain itu juga masuk katagori romantis populer dan best selling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain itu juga masuk katagori romantis populer dan best selling


Wajib koleksi ebook versi TAMATnya ya temen2, ada banyak kejutan!

hayook ke play buku, bisa beli pake pulsa, gopay, dll, yang gak ngerti cara beli, boleh wa aku 08125517788

juga tersedia di:

Karya karsa

PDF (harga lebih murah) - order di WA Evathink 08125517788


Untuk di wattpad, dilanjutkan sampai tamat,

vote dan komen yang cetaaarr pokoknya, klo v9te and komen sepi, bikin lesu hahaha

Btw met baca

21

Selesai mandi, masih mengenakan pakaian kemarin, Drake melangkah ke ruang makan. Di sana. tampak Valencia dan Bibi Marisa sedang sarapan. Keduanya bercakap-cakap dengan akrab.

"Ehm!" Drake berdeham pelan.

Percakapan keduanya terhenti. Drake bisa melihat rona merah samar yang menghias pipi Valencia. Drake menyeringai sinis, pasti wanita itu malu teringat mereka dipergoki oleh sang bibi. Apa yang mau dimalukan? Toh mereka suami istri.

"Drake, kau sudah bangun," sambut Bibi Marisa ceria. "Mau minum apa? Teh? Atau kopi?"

Drake melirik sekilas pada Valencia yang tampak diam sembari memegang gelas di kedua tangannya.

"Kopi saja, Bi."

Drake duduk tepat di samping Valencia.

Bibi Marisa hendak bangkit, tapi Valencia bangkit lebih dulu. "Aku saja yang buatkan. Bi."

Sekitar lima menit kemudian Valencia menghidangkan segelas kopi hitam yang mengepulkan uap panas.

"Kau bangun siangan, tidak ke kantor hari ini?" tanya Bibi Marisa.

Drake melirik arlojinya, hampir pukul sembilan. "Ke kantor, Bi, sebentar lagi. Ada rapat dengan salah satu relasi penting pukul sepuluh nanti."

"Oh .... Omong-omong, kami akan ke Samarinda sebentar lagi. Sudah lama bibi tidak bertemu teman lama."

"Kami?" Drake mengerut kening.

Bibi Marisa tertawa. "Ya, bibi dan Valencia."

Drake melirik Valencia. Wanita itu tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu padanya. Ah, Drake baru ingat, tadi malam mereka bahkan tidak mengobrol, Drake langsung menghunjani wanita itu dengan kenikmatan. Sebenarnya, mereka bahkan tak pernah benar-benar mengobrol sejak menikah.

"Berapa lama?" tanya Drake tanpa mengalihkan tatapan dari Valencia, berharap istrinya itu merasa ketir dan membatalkan kepergiannya. Sayangnya, Valencia bergeming. Jelas wanita itu di atas angin karena ada sang bibi. Drake mengumpat dalam hati.

"Tiga hari. Kau tak keberatan, bukan?"

Drake sangat keberatan, untuk alasan yang tidak mau ia pikirkan. "Aku akan menemani kalian."

Kedua wanita itu menatapnya terkejut. Valencia yang sejak tadi menghindar bertatap mata dengan Drake, kini menatapnya dengan mata melebar.

"Bukannya kau harus kerja?" kening Bibi Marisa berkerut.

Drake tertawa pelan untuk membuyarkan keterkejutan kedua wanita itu. "Kebetulan aku harus menemui relasi di Samarinda, Bi."

"Bagaimana dengan rapat pentingmu pagi ini?"

"Bisa diatur." Drake tersenyum.

Bibi Marisa tertawa. Senang dengan berita itu. Sementara Drake dan Valencia saling lirik. Drake memberi Valencia tatapan kau-tak-bisa-lolos-dariku.

***

Sepanjang jalan menuju Samarinda, Valencia hanya diam. Tadinya ia memilih duduk di belakang dan membiarkan Bibi Marisa di depan, tapi sang bibi menolak dan langsung masuk ke kabin belakang pengemudi. Mau tidak mau, Valencia duduk di sisi Drake, padahal yang paling ia inginkan adalah menyusul sang bibi duduk di belakang.

Perjalanam diiringi cerita-cerita Bibi Marisa. Drake dan Valencia sesekali menanggapi, tapi keduanya tak mengobrol satu sama lain.

"Omong-omong, apakah kau pernah berkomunikasi dengan Ray lagi?"

Valencia dan Drake sama-sama terkejut dengan pertanyaan itu.

Seluruh anggota keluarga Arsenio tahu bahwa Ray adalah mantan kekasih Valencia. Sekitar satu setengah tahun yang lalu, Valencia menjalin hubungan dengan Ray. Kegigihan pria itu mendekatinya meluluhkan hati Valencia. Sayang, hubungan tanpa dasar cinta itu—setidaknya dari pihak Valencia, tak mampu bertahan lama. Enam bulan kemudian Valencia memutuskan tali percintaan mereka.

Valencia melirik Drake. Rahang pria itu tampak mengencang, seolah tegang menunggu jawabannya. "Hanya sesekali, Bi."

Valencia bisa melihat Drake mengertakkan rahang dan cengkeraman jari-jemari pria itu di kemudi mengencang. Valencia menggigit bibir. Mungkin seharusnya ia tak berkata jujur. Ia dan Ray memang sesekali bertukar kabar, tepatnya Ray-lah yang mengiriminya pesan lebih dulu. Akan tetapi untuk membohongi sang bibi, Valencia tak sampai hati.

"Ray pria yang baik, bukan?" lanjut sang bibi tanpa merasakan ketegangan yang menguar dari kabin depan. "Bibi pernah beberapa kali bertemu dengannya. Dia bahkan pernah membelikan bibi bingka pisang," kenang sang bibi dengan mata menerawang.

Bingka pisang adalah kue tradisional kesukaan Bibi Marisa.

Valencia membisu, sementara Drake tampak kesal.

Lalu saat mengetahui ketegangan di kabin depan, sang bibi mengalihkan topik pembicaraan.

***

Evathink
Ig : evathink

Wahh drakeee drakeeee

Cembokur yach?

Mantannn lhoo
Udah masa lalu

Btw gaess
Next part lebih seruuu lagi.

Valencia and Her Devil Husband - REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang