Hari sudah sore, Kirana terpaksa kembali ke sekolah karena ponselnya tertinggal di laci mejanya.
Gadis itu menghela nafas lega, karena ponselnya masih di tempat yang sama.
Gadis itu kemudian berjalan perlahan di lorong sekolah, lalu melewat lapangan basket.
Terlihat sepi, tapi ada sesuatu yang memancingnya. Memancingnya untuk masuk ke lapangan itu.
Bola basket.
Kirana memperhatikan sekitarnya, tidak ada siapapun di sana.
Setelah memastikan keadaan aman, gafis itu berjalan perlahan, menyimpan tasnya di bangku.
Gadis itu kemudian mengambil bola basket itu lalu memeluknya, ah dia rindu aroma bola basket dan lapangan ini.
Mungkin memainkannya sebentar, tidak masalah.
Gadis itu kemudian mendrible bola itu, lalu berlari mengelilingi lapangan itu dengan mendriblenya.
Setelah berada di tengah lapangan, ia pun melakukan lay up shoot. Dan yup!
Masuk!
Bola itu masuk dengan sempurna, hatinya merasa puas akan hal itu.
Prokk..prok..prok...
Suara tepukan tangan itu membuat Kirana terkejut, tapi ia pun langsung berlari mengambil tasnya dan menuju tempat parkir.
"Woy! Berhenti dulu! Gue mau ngomong!"
Suara itu, Kirana merasa tidak asing dengan suara itu.
Saat gadis itu hendak memasukan kunci motornya, cowok itu sudah berdiri di depan Kirana dan langsung mengambil kunci motor Kirana.
Kirana mengumpat dalam hati, gadis itu hanya menatap cowok kurang ngajar yang ada di depannya saat ini.
Pantas saja ia tidak asing dengan suara itu, ternyata cowok kemarin yang memarahinya di parkiran karena dirinya melamun.
"Balikin kunci gue." ucap Kirana, gadis itu akhirnya bersuara setelah menatap cowok itu dengan raut wajah yang tak dapat di mengerti.
"Nggak, sebelum lo masuk ke dalam tim ekstra Basket. Kebetulan tim basket cewek kekurangan anggota, dan bentar lagi lomba."
"Balikin nggak!" ucap Kirana sekali lagi.
Dia tidak mau mencelakakan dirinya sendiri lagi.
Keadaan mulai ramai, ternyata ada banyak anak basket yang baru saja keluar. Setelah berdiskusi.
Kirana mengumpat dalam hati, tapi setelah melihat seseorang gadis itu kemudian bergumam lirih.
"Bantu gue."
Setelah itu, kunci motor Kirana terjatuh dengan sendirinya. Kirana pun segera mengambil kunci motornya, lalu menendang kaki cowok yang menganggunya tadi.
"Anjir!" pekik cowok itu mengaduh, ia tidak mengira ternyata tenaga gadis itu juga tidak main-main.
Kirana segera menghidupkan motornya lalu meninggalkan sekolah.
Sementara itu, cowok itu mengkerutkan keningnya, merasa aneh karena kunci motor itu tiba-tiba jatuh dari tangannya.
"Lo ngapan duduk di sini?" tanya Deon, teman dari cowok itu.
"Lo tau nggak siapa cewek yang tadi di depan gue?" tanya cowok itu.
"Namanya Kirana, dari kelas XI IPA B. Dia terkenal dingin sih, tapi cantik. Temenya cewek gue." ucap Deon, cukup membuat cowok itu terhenyak.
---
Kirana membantingkan tubuhnya ke ranjang, ada apa dengan dirinya. Bisa-bisanya tergoda dengan bola basket?
Harusnya ia bisa menahan semua itu, tapi karena kesalahannya, ia jadi harus berurusan dengan seseorang yang tidak ia kenali.
Dan hal yang menyebalkan lagi, ia harus terpaksa meminta bantuan pada makhluk tak jelas.
Sudah ia tebak, setelah ini kehidupan di sekolahnya tidak akan berjalan normal sesuai yang ia rencanakan.
"Kak, bantuin bunda masak sayang. Bentar lagi tante Linda datang sama anaknya, buat makan malam." seru Marissa dari luar.
Kirana pun beranjak dari tempat tidurnya, " Iya bun." jawabnya lalu segera mengganti pakaianya.
Gadis itu turun, lalu menghampiri Marissa di dapur.
"Kamu bantuin potong sayuranya ya, kak."
"Iya bun."
"Kamu nggak lupa kan sama tante Linda?"
"Emang, tante Linda siapa bun?"
Marissa menghela nafas " Tante Linda itu dulu ibunya temen kamu. Kamu sering kok main ke rumah tante Linda, dulu."
"Maaf bun, tapi aku udah lupa sama tante Linda."
Marissa tersenyum tipis " Oh iya, bunda lupa kalau kamu nggak bisa inget masa itu."
Kirana hanya menganggukkan kepalanya, perkataan bundanya itu memang benar. Ia tidak bisa mengingat masa kecilnya. Itu karena ia menjalani psikoterapi, yang membuat ia harus menghilangkan ingatan itu.
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Here (Selesai)
Teen FictionKirana Dewi Lucyta, seorang gadis yang menginginkan kehidupan normal. Menginginkan tidak perlu lagi melihat hal yang tak seharusnya bisa dilihat, tidak perlu lagi membuat orang-orang disekitarnya menjadi sial dan celaka karena ulahnya. Dibalik s...