Flashback 6

497 18 0
                                    

Kirana terdiam,  dengan tatapan kosongnya.  Dia terus terdiam dari tadi.  Bukan karena tidak mau menceritakan apa yang terjadi,  tapi badannya terlalu lemas,  apalagi lebam yang ada di lengan dan lehernya itu terasa sakit. 

Keysa sudah menceritakan semua yang telah terjadi.  Gadis itu sudah di obati dan kembali ke tendanya,  sedangkan Kirana masih di dalam aula,  tepat para guru istirahat. 

"Untung cuma lebam,  gimana tadi kalo lo pendarahan." Celetuk  Andi

"Kalo lo sampe telat minum obat,  apa jadinya lo sekarang?  Kita jauh dari rumah sakit,  gue udah bilang nggak usah ikut,  karena gue tau kita harus lewat kuburan,  itu tempat pantangan yang harus lo lewatin."

"Gue tebak,  lo tadi kesurupan kan. Lo bisa aja tadi bunuh temen lo sendiri,  Ran."

"Gue udah coba ngelawan tadi,  makanya tadi gue di cekek dan dibanting ke tanah."

"Keysa juga lihat sendiri,  gue juga udah nyuruh dia menjauh dari gue. Lo nggak tau usaha gue tadi ngerebut kesadaran gue sendiri." sungut Kirana kesal.

Andi menghela nafas,  ie kelepasan tadi.

"Sorry,  gue terlalu khawatir tadi.  Mulai sekarang  lo harus nurut."

Kirana mengangguk,  " Lo sekarang tidur,  lo perlu istirahat."

---

Acara api unggun pun dimulai, hari yang ditunggu-tunggu oleh Vivi.

Regu Vivi sudah duduk manis ditempatnya,  begitu pun dengan Kirana.

Sekarang giliran Arka yang mementaskan seni,  cowok itu menyanyi dengan tenang,  penampilanya malam ini begitu rapi,  lalu ia juga terlihat lebih tampan dari biasanya.  Mata yang sempurna itu dengan hidung mancung dan bibir tipis , rahang wajah yang kokoh,  membuat siapapun yang melihatnya begitu terpesona, kecuali Kirana tentunya.

Tak ada apapun setelah itu,  Kirana mengkerutkan keningnya,  setelah semuanya bubar.  Arka memanggil Kirana,  hal itu semakin membuat Kirana bingung.

"Kenapa?"

"Lo mau nggak jadi pacar gue."

Deg

Jantungnya berdetak kencang,  bukan karena merasa senang,  tapi ia takut apa yang harus ia katakan pada Vivi.

Mendengar perkataan itu, Vivi yang tak jauh dari mereka pun memilih pergi dengan air mata yang berlinang.

"Pengkhianat."

"Lo serius?" tanya Kirana.

"Gue serius,"

"Gue--"

"Nggak bisa." suara cowok lain membuat Kirana dan Arka mengalihkan pandangan mereka.

Arka mengkerutkan keningnya,  "Lo nggak bisa jadian sama Kirana,  dia pacar gue."

"Nahh,  iya. Vino pacar gue,  kita backstreet selama ini. Sorry,  Ar." ucap Kirana.

Arka tersenyum miring,  " Gue kemarin dapet ide ini dari lo,  dan lo sekarang lo bilang Kirana pacar lo?  Selama ini gue cerita tentang Kirana lo nggak pernah peduli.  Lo pengkhianat Vin." seru Arka lalu meninggalkan Vino dan Kirana yang sedang bergandengan tangan.

Seperginya Arka,  mereka pun melepaskan gengaman mereka.

"Sory,  tadi gue lihat Vivi disana.  Gue nggak mau persahabatan kalian rusak. Kalo dia lihat lo jadian sama Arka."

"Nggak papa,  gue bersyukur banget. Gue nggak nyangka kalo Arka suka sama gue.  Gue kira dia suka sama Vivi,  padahal kemarin gue udah bilang kalo Arka pasti nembak dia bukan gue."

"Gue mesti gimana jelasinnya."

"Biar gue bantu jelasin ke Vivi."

"Tapi,  Vin-"

"Nggak papa,  lo bisa andelin gue, Ran."

"Makasih Vin,  lo selalu ada buat gue."

"Sampai kapan pun,  gue selalu ada buat lo, Ran."

---

Semenjak kejadian itu,  Vivi mendiamkan Kirana.  Padahal Vino sudah menjelaskan semuanya,  Kirana sendiri harus berpura-pura berpacaran dengan Vino.  Lagi pula Vino juga tidak sedang menghindar dari Arka.

Orang-orang mulai membicarakan Kirana yang kini menjauh dari Vivi,  padahal Vivi lah yang menjauh. 

Keysa juga menjauhinya setelah itu,  perlahan rumor tetang Kirana yang aneh dan sering berbicara sendiri pun tersebar luar.

Kirana semakin di jauhi oleh orang-orang,  tersisa hanya Seira dan Vino yang selalu menemaninya di sekolah.

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat,  mereka sekarang sudah kelas tiga smp yang sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional.

Perlahan hubungan Kirana dan Arka membaik,  cowok itu sudah menerima keadaan dan memilih untuk kembali berteman dengan Kirana. 

"Pak!  Arka nyontek." pekik Kirana

"Nggak pak,  Kirana bohong."

"Kalian jangan berisik,  dan Arka kalau kamu ketahuan nyontek,  kamu bisa dikeluarkan dari kelas."

"Baik pak."

Mereka kembali fokus pada soal mereka, tapi tak lama kemudia Arka kembali menjahili Kirana,  cowok itu memaju mundurkan kursi yang sedang diduduki Kirana dengan kakinya.

Karena kesak gadis itu pun menyimpan lembar jawabanya di meja lalu mengambil alas papan ujian miliknya. 

Bukk...

"Rasain!  Lo jail mulu Ar!"

"Tapi bukan gue,  Ran."

Kirana langsung terdiam, kalau bukan Arka siapa lagi?

Gadis itu kemudian menengok ke arah bawah.

"Aaa..."teriak Kirana.  Gadis itu terkejut bukan main, ia hanya melihat sebuah tangan tanpa anggota tubuh yang lainnya.

"Pak!! Ada tangan di bawah meja saya." ucap Kirana dengan masih memejamkan matanya,  bahkan gadis itu tidak sadar jika dirinya sekarang sudah berdiri di atas meja.

"Kirana!  Apa-apaan kamu,  kerjakan soal kamu.  Jangan aneh-aneh."

Kirana membuka matanya,  seluruh temannya menatapnya aneh. Gadis itu kemudian tersenyum kecut lalu turun dari meja dan memperhatikan kembali kebawah meja,  tidak ada apapun sekarang. 

Gadis itu kemudian menundukan kepalanya, 

"Maaf,  pak."

-TBC-

Come Here (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang