Tamu tak di undang

602 18 1
                                    

"Ngapain lo di sini?" tanya Kirana pada dua orang yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Loh, kok temennya dateng di gituin sih kak."seru Mairsa.

"Bun, bisa pergi dari ruangan ini dulu?" ucap Kirana.

Seakan mengerti apa yang dimaksud putrinya itu, Marisa pun memilih pergi ke kamarnya.

"Kalian masuk dulu, gue mau bicara sama mereka berdua di luar. " seru Kirana pada ketiga temannya termasuk Darendra.

Mereka pun mengangguk,

"Dan lo berdua ikutin gue."

Kini Kirana dan dua tamu tak diundang itu pergi ke taman bunga dihalaman rumahnya.

Tanpa basa basi Kirana menatap tajam pada kedua orang itu.

"Ngapain kalian kesini?"

"Gue kesini karena mau minta maaf ke sini." ujar seorang gadis yang berpenampilan modis itu, rambutnya yang kini curly itu menatapnya serius.

"Gue udah maafin lo."

"Tapi lo ngejauhin gue."

"Gue maafin lo, tapi gue nggak mau berhubungan lagi sama lo."

"Tapi Ran-"

"Vi! Gue bukan orang baik, bener kata lo. Gue emang bukan orang baik, dan sekarang gue minta lo buat jauhin gue. Gue mau egois, gue nggak mau ngulang kesalahan yang sama."

Lavina Pramelia, atau yang disebut Vivi gadis itu menguraikan air matanya. "Nggak, gue salah Ran. Lo baik, gue yang salah. Gue--"

"Gue bilang, gue nggak mau ketemu lo lagi, Vi! " pekik Kirana kesal.

Vivi itu bahkan sudah mengatupkan kedua tangannya, "Ran, pliss."

"Ran maafin Vivi sama gue." kini seorang gadis yang bersama Vivi itu juga bersuara.

Rere Olivia, gadis itu juga menangis melihat Kirana yang dingin.

Kirana mengarahkan pandanganya pada Rere, " Gue tanya, lo salah apa?" tanya Kirana.

"Gara-gara gue, lo difitnah, gara-gara gue hidup lo hancur berantakan, gara-gara gue... "

Kirana menelan ludah, sebenarnya ia sudah menahan air matanya, badannya bahkan bergemetar. Apalagi Rere mengingatkan semua itu,

"Bukan salah lo, itu salah gue. Bener kan kata Vivi, gue udah ngerebut kebahagiaan orang lain. Apa yang terjadi sama dia itu memang salah gue. Kalau aja waktu itu gue--"

Rere menggelengkan kepalanya, " Stop, itu semua salah gue, maafin gue. Gue nggak tau kalau apa yang gue lakuin itu bisa buat dia seperti itu. Itu karena gue iri, gue iri sama Vivi."

"Kenapa?" tanya Kirana

"Kenapa setelah kalian hancurin kehidupan gue, setelah gue pergi dari kehidupan kalian, kenapa kalian baru aja bilang maaf ke gue?"

"Kenapa nggak dari dulu kalian minta maaf--ah enggak! Kenapa kalian harus hancurin hidup gue!"

"Kalian kemana hah? Kalian kemana saat semua orang mandang rendah gue!"

"Dan lo Vi, lo bahkan orang yang paling hebat mengarang narasi drama! Lo yang notabenenya sahabat gue, malah fitnah gue?"

"Lo yang hancurin hidup gue. Lo nggak membiarkan gue menjalani hidup normal, gue cuma mau hidup normal kaya kalian. Tapi kenapa nggak suka lihat gue hidup normal, kenapa lo lebih suka gue menderita!"

"Dan lo Re, kenapa lo harus bales dendam ke gue? Kenapa lo malah hancurin hidup gue? Lo yang bermasalah sama Vivi, tapi kenapa semuanya lo limpahin ke gue."

"Lo bahkan sangat hebat mendrama!"

Kirana memundurkan langkahnya, gadis itu memegang kepalanya yang terasa sakit. Hatinya memberontak menginginkanya menangis histeris.

"Pergi! Kalian semua pergi dari rumah gue! Jangan pernah muncul dihadapan gue lagi. Yang gue tau Rere dan Vivi udah mati!" teriak Kirana yang lepas kendali.

Brakk...

Beberapa pot bunga tiba-tiba saja terjatuh,

"Ran! Kendaliin diri lo!" pekik Rere.

Gadis itu mulai merasa takut, ia takut kejadian dimasalalu terulang lagi sekarang. Mungkin Kirana benar, tidak seharusnya dirinya dan Vivi mengunjunginya kembali.

Tiba-tiba saja, leher Vivi terasa tercekik, gadis itu menjerit.

"R-ran.. sad-dar.. sakit, gue susah bernafas." rintih Vivi.

Rere segera menghampiri Vivi, gadis itu berusaha menolong Vivi yang kesakitan.

Marisa segera turun dari kamarnya setelah mendengar keributan itu. Ia takut, putrinya hilang kendali lagi.

Kirana mulai mengamuk disana, bahkan gadis itu sudah memegang pot bunga lainya di tangannya. Mengangkatnya tinggi seolah ingin menghantamnya pada Rere dan Vivi.

"Kirana Dewi Lucyta! Hentikan nak," teriak Marisa

Darendra segera berlari mendengar teriakan Marisa, lelaki itu meminta Lita dan Zahra untuk membawa Marisa pergi menjauhi Kirana.

"Alesha, gue mau berhenti Al! " pekik Kirana tanpa sadar. Gadis itu terus memberontak dan berbicara entah pada siapa.

Darendra yang hendak mengambil pot bunga dari tangan Kirana pun malah menghentikan langkahnya.

"Alesha?"

Kirana terdiam saat Daren mengucapkan nama itu, badannya terasa lemas.

Pandanganya yang tadi terasa gelap menjadi terang kembali.

"Maaf," seru Kirana saat melihat kekacauan itu, terlebih melihat Rere dan Vivi yang ketakutan.

Pasti tadi Alesha melakukannya, setan satu itu selalu menang jika keadaan hati Kirana sedang memburuk.

Gadis itu kemudian memilih pergi ke kamarnya, mengurung dirinya sendiri dari orang-orang.

Hari ini, dia sudah kembali membuat kekacauan. Kekacauan didepan teman-temannya dan juga ibunya.

Gadis itu menyesali perbuatannya, menyalahkan dirinya yang tidak bisa mengendalikan emosinya.

Sudah dipastikan, besok ia kembali sendirian lagi. Lita, Meysa dan Zahra pasti akan menjauhinya, sepert teman-temannya dulu.

Harusnya Kirana memang tidak usah berteman dengans siapapun. Kehidupan normal? Itu tidak pantas dimilikinya.

-TBC-

-TBC-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Come Here (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang