Pelindung

516 16 1
                                    

Entah malam atau siang, Kirana tidak bisa memastikan waktu saat ini. Tapi, ia benar-benar pasrah dan hanya bisa memejamkan matanya. Berharap? dia hanya bisa berharap pada Tuhan, agar Tuhan memberikannya kesempatan untuk hidup.

Ia menyadari, jika ia terlalu terpuruk dalam kesedihan atas semua yang telah terjadi padannya.

Bayangan wajah sang bunda, ayah, adiknya dan teman-temannya disekolah membuat hatinya tersayat perih.

"Maaf, maafkan aku.."

Byurr....

Tubuhnya langsung jatuh ke sungai, airnya mengalir begitu deras dan sangat dingin. Kirana membuka matanya perlahan, tubuhnya sudah sangat lemas. Tapi, ia berharap ada seseorang yang dapat menolongnya kali ini.

Kalau tidak, ia memang akan benar-benar mati sekarang juga.

Matanya yang hendak tertutup menjadi terbuka lebar,  melihat seseorang yang tidak ia kenal menghampirinya,  dengan refleks Kirana memberontak mundur,

Apa dia malaikat maut?  Astaga!  Gue belum mau mati,  dosa gue banyak! Teriak dewi batin Kirana,

Sesosok itu datang dan langsung meraih tubuh Kirana keluar dari air,  kali ini tubuhnya kembali melayang,  entahlah kenapa semenjak memasuki dunia ini tubuhnya terasa sangat enteng.

"Uhukkk.." Kirana terbatuk,  karena merasakan air yang masuk melalui indera penciumannya.

"Maafkan hamba,  putri.. Hamba tidak tahu jika engkau adalah cicit dari tuan hamba Asgar Pramudya.."

"Hah!?"

"Bentar--ini jaman apaan njir.." celetuk Kirana

Sementara seseorang yang berada dihadapannya itu menundukkan kepalanya. 

"Asgar Pramudya,  siapa lagi?" tanya Kirana

Seseorang yang ada dihadapanya itu mendongakan kepalanya,

"Asgar Pramudya adalah kakek dari ayah tuan putri Dito Nakula Sanjaya."

"What!? Kamu kenal sama ayah saya?"

Orang itu mengangguk hormat,  "Iya tuan putri."

Kirana menggelengkan kepalanya,  ia benar-benar pusing.  Sebenarnya siapa kakek buyutnya itu,  sampai beliau mempunyai penjaga atau peliharaan setan seperti Aihh-- dia tidak tau siapa sosok yang ada dihadapannya ini.

"Panggil saja Kirana,  dan nama kamu siapa?" tanya Kirana.

"Hamba sering dipanggil Abhirama  siluman harimau putih penjaga kakek buyut tuan putri."

"Izinkan hamba menjaga tuan putri."

Kirana memutar bola matanya malas.

"Baiklah Abhirama,  tolong panggil saja aku Kirana. Aku bukan putri kerajaan,  duniaku sudah modern,  rasanya risih tau."

"Tapi-"

"Anggap itu perintah."potong Kirana

"Baik,  tu--Kirana."

Kirana menganggukan kepalanya, "Bagus!"

"Sebenarnya,  nama anda sama dengan istri yang mulia Asgar.  Jadi saya,  sangat segan dengan nama itu."

"Nggak perlu segan,  nenek udah nggak ada."

"Ehh-- apa disini aku bisa ketemu sama nenek dan kakek?"

"Ini bukan dunia beliau,  Kirana."

"Baiklah oke,  sekarang antar aku ke raja kegelapan! Aku mau menjemput seseorang."

Abhirama menghentikan langkahnya, 

"Ampun,  Kirana.  Disana sangat berbahaya."

"Apapun resikonya,  aku harus menjemput orang itu, Abhi. Kasihan keluarganya yang selalu menunggu dia pulang. Bahkan adiknya mengira dia melarikan diri dari dunianya untuk menghindar darinya."

"Sebenarnya,  siapa dia?  Hingga anda sangat ingin menyelamatkanya?"

"Dia kakakku,  Arsana Lexanio. "

"Anda punya kakak?"

"Dia bukan kakak kandung,  tapi dia yang sering menjagaku dari kecil."

"Dia hanya korban,  aku mau dia kembali pulang."

"Tapi, kalau dia sudah meninggal. Itu tidak bisa membuat dia hidup kembali." ucap Abhirama

Kirana terdiam,"Dia belum meninggal,  hanya saja arwahnya terkurung di alam ini." ucap Kirana lirih.

"Apa sebelum datang kesini, anda belum tau resiko apa yang akan terjadi jika anda tetap memaksa mengambil dia dari raja kegelapan?"

"Aku tau, pertukaran jiwa."

---

Vino membuka matanya lebar,  mendengar dering ponselnya yang terus berbunyi.  Cowok itu kemudian merenggangkan tubuhnya,  lalu mengambil ponselnya.  Memainkan ponsel setelah bangun tidur,   itu kebiasaan semua orang kan?

Vino mengkerutkan keningnya,  melihat ada sepuluh panggilan masuk dari Lita,  Mesya, dan Zahra.

"Tumben mereka nelpon gue? Apa kita ada kerja kelompok?" gumamnya

Lalu ia pun membuka pesan group kelas yang begitu ramai.  Ia tahu hari ini hari minggu,  tapi kenapa harus seramai ini?

Matanya membulat sempurna,  saat membaca teman-teman sekelasnya heboh untuk mencari Kirana.

Cowok itu segera pergi ke kamar mandi,  membersihkan badannya,  lalu cepat berpakaian.

"Tante,  aku pergi dulu ya!" teriak Vino yang langsung berlari keluar rumah.  Ia segera mengendarai mobilnya.

Dalam perjalanan,  ia menelpon Lita orang  yang paling dekat dengan Kirana selain dirinya.

"Halo,  Ta? Ini maksudnya gimana?  Kirana ngilang?  Sejak kapan?  Dan lo tau nggak kabarnya sekarang gimana?  Apa udah ada keterangan lain?" tanya Vino beruntun.

Terdengar helaan nafas diseberang sana,

"Gue nggak tau Vin,  tadi jam delapan ibunya Kirana nelpon gue nanyain apa ada Kirana,  soalnya dia nggak ada dikamarnya.  Hpnya juga ada dikamar,  dompet dan semua barang milik Kirana ada di kamar Kirana utuh."

"Ini gue lagi sama kak Daren,  kita coba cari disekitar sekolah,  yang lainya nyebar masih cari dia paling tidak keliling kecamatan."

"Menurut lo,  apa dia masih ada didunia manusia?" tanya Lita lirih.

Vino menghentikan mobilnya ke pinggir jalan.  Mendengar pertanyaan Lita,  membuat cowok itu takut,  jika Kirana pergi ke dunia lain.

"Lo dan kak Daren,  tunggu gue disekolah. Gue mau ngomong penting sama kak Daren." ujar Vino lalu menutup sambungan telponnya.

"Kamu nggak mungkin mencari dia kan,  sayang?" tanya Vino pada layar ponselnya yang menampilkan foto Kirana.

--TBC--

Come Here (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang