Ceklek..
Pintu kamar Kirana terbuka sempurna, gadis itu menutup seluruh tubuhnya hingga wajahnya dengan selimut.
Berharap seseorang yang telah memasuki kamarnya tanpa izin itu tidak menanyakan apapun padanya, atau setidaknya tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Saat ini ia benar-benar tidak mau berurusan dengan siapapun lagi.
"Ran.." suara lembut itu memanggil Kirana, ia mengusap puncak kepala Kirana.
Kirana tak bergeming, gadis itu hanya terdiam menahan air mata yang sebentar lagi akan keluar dari sarangnya.
"Maafin gue."
Gadis itu mengkerutkan keningnya.
"Waktu kita live itu, nggak lama setelah selesai live di kantin. Ada yang ngedm gue, nama ignya LavinaPramelia. Dia nanya ke gue alamat rumah lo dimana."
"Trus gue tanya dia siapa lo, dan katanya di sahabat lo. Cuma dia hilang kontak sama lo setelah pindah, ya udah gue kasiu tau alamat rumah lo tanpa minta izin sama lo."
"Gue nggak tau, kalau dia berpengaruh buruk buat emosi lo. Gue nggak tau masalalu kalian seperti apa, tapi lihat reaksi lo kaya tadi, gue ngerasa bersalah banget."
"Maafin gue, Ran."
Akhirnya Kirana menyibakan selimutnya,
"Kenapa lo baru kasih tau sih, Sya!" pekik Kirana pada Meysa.
"Kenapa sih, lo tuh nggak pernah ngehargain privasi orang lain."
"Lo tau nggak sih, gue hampir aja nyelakain orang lain karena emosi gue meledak!"
"Lo tau nggak sih, kalau kelakuan gue tadi bisa aja ngebunuh mereka!"
Meysa menangis mendengar ocehan dari Kirana, gadis itu benar-benar menyesali perbuatannya.
"Maaf.. Maafin gue, Ran. Gue tau gue salah, gue minta maaf Ran."
"Gue nggak tau harus gimana lagi, gue nggak mau lo benci gue. Lo temen gue, gue nggak mau kita musuhan gara-gara ini. Gue nggak mau kehilangan sahabat gue." seru Meysa.
"Gue nggak mau persahabatan kita berempat hancur."
Kirana tersentak dengan perkataan Meysa. Gadis itu terdiam sesaat, hatinya menghangat mendengar itu, ia pikir Meysa bisa saja tidak memperdulikanya.
"Kalo lo nganggep gue sahabat lo, seharusnya lo tau batasan privasi, Sya."
"Lo nggak tau kan rasanya tadi di posisi gue, hati gue hancur Sya. Lo nggak tau masalalu gue gimana, lo nggak tau perjuangan gue buat lupain mereka, lo nggak tau--"
Ucapan Kirana terpotong ketika Meysa memeluknya erat,
"Iya maaf, jangan ditahan lagi. Lo bisa lepasin semuanya. Lo bisa nangis sepuasnya, nggak perlu lagi lo tutupin lagi. Gue peduli sama lo Ran."
Akhirnya tangisan Kirana pecah, gadis itu meraung-raung menangisi semua yang terjadi. Melepaskan semua rasa sesak yang menyelimuti dada, ia rindu. Rindu pelukan hangat ini.
Ia rindu kehangatan ini, bayanganya tentang masalalu. Dimana pelukan hangat ini hanya ia dapatkan dari Seira dan Vino. Dua orang yang sangat menyayanginya, yang mempercayai dirinya ketika semua orang memandangnya rendah dan hina.
Tapi gadis itu memilih meninggalian semuanya termasuk dua orang yang selalu sabar berdiri terdepan untui melindunginya.
"Sakit, Sya. Rasanya sakit, hiks. Gue juga takut, gue takut. Gue selalu ngerasa nggak pantas hidup di dunia ini, tapi gue juga takut mati."
Meysa mengusap punggung Kirana.
"Its oke, lo punya gue sekarang. Lo punya Lita, Zahra, kak Daren dan juga keluarga lo. Kita nggak pernah memperdulikan hal terburuk yang ada pada lo, yang kita mau lo bahagia."
"Dan asal lo tau, semua orang pantas hidup di dunia ini. Siapapun orangnya seburuk apapun orangnya, semua orang berhak hidup, Ran."
Tak lama kemudian Lita dan Zahra masuk, setelah menunggu Meysa yang masuk duluan sejak tadi. Mereka langsung menghamburkan diri memeluk Kirana dan menangis bersama.
Jadi, apa ketakutan Kirana sudah menghilang? Apa dia memang pantas untuk hidup, menjalani kehidupan seperti orang normal lainnya.
Entahlah, semuanya masih terasa abu-abu dan ambigu.
Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Terlebih masih begitu banyak misteri dan beberapa pertanyaan yang belum terjawab.
Tapi, untuk sesaat bolehkah Kirana kembali tertawa seperti dulu? Apakah Kirana memang diberikan kesempatan lagi untuk menjalani semuanya lebih baik lagi.
Namun jika boleh mengatakan yang sejujurnya, hati kecil Kirana menginginkan kehadiran Vino saat ini.
Seseorang yang mampu membuatnya tenang, tempat ia berteduh selama ini.
Gadis itu tersenyum, lalu bergumam lirih.
"Really miss you."
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Here (Selesai)
Ficção AdolescenteKirana Dewi Lucyta, seorang gadis yang menginginkan kehidupan normal. Menginginkan tidak perlu lagi melihat hal yang tak seharusnya bisa dilihat, tidak perlu lagi membuat orang-orang disekitarnya menjadi sial dan celaka karena ulahnya. Dibalik s...