Pagii guyss
Kali ini gak pengen basa basi aku hehe
Langsung baca aja yaHappy reading❤
***
Di sebuah ruangan yang tertata sangat rapih, sebuah kursi besar untuk orang yang berkepentingan dan beberapa kursi tersusun di depannya serta meja kaca persegi panjang dengan vas bunga cantik bertengger di sana. Ruangan itu tak lain milik Alvaro, dosen muda di universitas ini. Agatha, Mark, dan Alan saling menatap satu sama lain di dalam ruangan itu. Tidak biasanya Alvaro mau terlibat dalam masalah mahasiswanya seperti ini, hal tersebut patut untuk dicurigai.
Agatha menunduk, ia merutuki dirinya sendiri, mengapa mulutnya tidak bisa dikontrol sama sekali? Ini semua karenanya, coba saja ia tetap tutup mulut, pasti tidak akan seperti ini.
"Gak ada yang mau jelasin?" kata Alvaro memecah keheningan. Dengan gagahnya, laki-laki itu duduk di kursi singgasananya dan menatap intens ketiga mahasiswanya.
Hening.
"Oke," kata Alvaro manggut-manggut.
Alvaro tersenyum miring, "orang yang kalian cari adalah Catrin Arabelle, tepat 13.15 hari rabu 19 oktober 2020 Catrin mengambil alih foto itu, dia mencuri foto itu saat kalian di kantin dan keadaan kelas saat itu sedang sepi. Gadis yang sudah menjadi milik Adrianne Arsenio Adhyatsha yang tak lain adalah Cliantha Farzana sudah mengetahui tentang foto itu. Yang membuat Clia celaka tak lain adalah Catrin Arabelle."
Penuturan itu membuat Agatha dan Mark membulatkan matanya penuh. Bagaimana Alvaro mengetahui semua itu? Ini fakta atau hanya asumsi?
Alan hanya berdeham dan menatap Alvaro datar, "dari mana anda mengetahui semua itu?"
Alvaro menghela napasnya, "saya mengetahui semua tentang kalian khususnya Clia."
Agatha menatap kosong kedua ujung sepatunya. Bagaimana reaksi sahabatnya saat itu? Apa ia menyembunyikan rasa sakitnya? Bagaimana ini? Agatha takut sahabatnya merasakan kesedihan.
"Bapak mencintai Clia?" tanya Mark cepat. Ya ia sangat yakin kalau Alvaro menaruh hati pada Clia.
"Saya tidak bicara seperti itu," katanya tenang.
"Mau tahu reaksi Clia saat itu?" ujar Alvaro membuat Agatha beralih menatapnya.
"Gadis itu sudah jatuh sejatuh-jatuhnya pada Arsen sampai ia tidak percaya bahwa foto itu sungguhan. Kalian masih bisa menyembunyikannya, tetapi tidak akan bertahan lama," ujar Alvaro lalu beranjak dari tempatnya, keluar dari ruangannya.
"Wow," celetuk Mark.
"Crazy," kata Agatha memijit pelipisnya. Ini akan rumit.
"Tuh bapak-bapak kok bisa tahu semua ya? Tapi apa yang dibilang tadi itu bener?" ujar Mark berpikir keras. Kedua alis tebalnya saling bertautan. Jari jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja.
"Bapak-bapak gundulmu! Pak cogan!" koreksi Agatha. Alan langsung menatapnya tajam.
"Gue cabut," ujar Mark saat melihat Alan yang menahan emosinya sejak tadi. Takut ia menjadi sasarannya juga.
Tersisa Agatha dan Alan di ruangan ini.
"Eumm kamu lapar?" tanya Agatha memberanikan diri.
Alan menatap Agatha sendu dan menghapus jarak di antara keduanya. Dagunya ia letakkan di pundak gadisnya, tangannya mendekap tubuh mungil itu. Tangan Agatha terangkat, mengusap punggung cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Doctor and CEO (SELESAI)
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) [UPDATE SEMINGGU SEKALI] Cliantha Farzana menjalani kesehariannya dengan tiga permintaan dari seseorang. *** Note: AKAN DIUNPUB SETELAH TAMAT. Ini cerita pertamaku jadi harap maklum kalau berantakan hehe☺ Cover by pinterest ...