Happy reading❤***
Adrianne turun ke lantai dasar Apartement dengan lift. Ponsel di tangannya menunjukkan ia habis menerima panggilan yang cukup penting.
Ting!
Pintu lift terbuka. Dengan setengah berlari Adrianne menuju mobilnya. Kemudian melesat pergi ke suatu tempat.
Sampai di tempat tujuan, Adrianne menepuk bahu seseorang dari belakang. Ia adalah Mark. Cowok itu sibuk mengintip di balik gerbang rumah seseorang, memperhatikan dua orang yang terlihat bertengkar?
"Ssttt." Mark menaruh telunjuknya di bibirnya. Adrianne mengeryit, ia juga tidak akan membuka suara. Hanya ingin memberi tahu Mark kalau dirinya sudah sampai.
Mark kembali terfokus pada objek sebelumnya, Adrianne di belakangnya mengikuti arah pandang Mark.
Di detik berikutnya, Adrianne melayangkan pukulan tepat di kepala Mark. Pemiliknya menggerutu kesal. "Apaan sih lo?!" bisik Mark.
"Bego lo! Rekam anjing dari tadi harusnya!" geram Adrianne. Ia mengeluarkan ponselnya dan langsung membidik objek di sana, merekamnya.
"Yaudah sih, dah tahu lagi seru. Mana sempat mikir kesitu?" gumam Mark. Ia selalu bersabar ketika teman-temannya menyalahkan dirinya.
Dua orang yang Mark dan Adrianne amati. Seorang lelaki dewasa yang membentak seorang perempuan berambut blonde. Kata-kata kasar, cacian, makian keluar dari mulut lelaki dewasa itu. Bahkan ia mencengkram wajah perempuan di depannya, memberikan kesakitan di sana.
"Le-pas!" Catrin berteriak. Matanya memerah. Ya, perempuan berambut blonde itu adalah Catrin.
"INI AKIBATNYA KALAU LO GAK NURUT!" bentak lelaki di hadapannya. Tangannya yang bebas menarik surai panjang Catrin kuat.
"GUE NGELAKUIN APA YANG MENURUT GUE BENAR!" balas Catrin. Dadanya naik turun, wajahnya memerah.
"Cih. Lo sama busuknya." Lelaki itu berdecih.
Mulut Catrin terbuka setengah, kepalanya mendongak. Sehelai rambut perlahan runtuh dari kepalanya, perih, sakit menjadi satu. Lelaki di depannya ini memang sangat kejam.
"LEPASIN GUE!" Catrin menitikkan air matanya. Tak kuasa menahan cengkraman kuat di rahangnya.
"Gue udah memperingatkan lo untuk tutup mulut!" geram Alvaro, rahangnya mengeras, tatapannya tajam bak pedang yang ingin menembus tubuh Catrin.
"Dan lo! Nyetujuin kesepakatannya!" bentak Alvaro.
"Hiks le-lepas!" Air mata Catrin mengucur deras.
Jika kalian bertanya-tanya dimana mereka sekarang. Mereka berada di halaman rumah Catrin yang sepi. Orang tuanya memang tidak tinggal bersama Catrin. Jadi, Catrin selalu di rumah sendirian.
"Lo tahu? Secara gak langsung lo juga akan terseret ke penjara!" bentak Alvaro. Wajahnya memerah, ia sangat marah saat Catrin melanggar perjanjiannya.
"Hiks gu-gue gak peduli! Gu-gue capek jadi orang jahat!" teriak Catrin sesenggukan.
"Bitch!" Alvaro menampar pipi Catrin. Menciptakan kebiruan di sana.
Catrin tertoleh, satu tangannya memegang pipinya yang terasa panas. Ia bertanya-tanya di dalam hatinya, di depannya ini dosennya atau seorang penjahat.
Dari balik gerbang besi rumah Catrin, mulut Mark terbuka. Tidak menyangka dosennya itu berani memperlakukan mahasiswinya kasar.
"Ternyata lo dosen yang buruk," ujar Catrin dengan penekanan di kata 'buruk'.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Doctor and CEO (SELESAI)
Roman pour Adolescents(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) [UPDATE SEMINGGU SEKALI] Cliantha Farzana menjalani kesehariannya dengan tiga permintaan dari seseorang. *** Note: AKAN DIUNPUB SETELAH TAMAT. Ini cerita pertamaku jadi harap maklum kalau berantakan hehe☺ Cover by pinterest ...