53. TERUNGKAP.

6.5K 356 100
                                    

Happy reading🤗

Catrin memesan makanan untuknya dan Adrianne. Mereka makan malam bersama, tentunya dengan paksaan Catrin.

"Lo mau cerita atau makan sih?" Adrianne kesal. Catrin mulai memotong stik daging yang ia pesan.

"Makan dulu. Karena obrolannya nanti buat lo panas." Catrin menyodorkan makanan Adrianne.

Lelaki itu melengos, ia membuka satu kaleng soda yang dipesannya lalu menegaknya.

"Lima menit lo gak cerita. Gue balik," ujar Adrianne membuat Catrin mengerucutkan bibirnya.

"Habisin makanannya dulu mubazir lho."

"Empat menit dua puluh tujuh detik." Adrianne menatap jam yang melingkar di tangannya.

Catrin menghela napas ia tersenyum. Saus makanan berada di mulutnya ia bersihkan.

"Lo mungkin gak akan percaya," ujar Catrin.

Adrianne menunggu penjelasan Catrin.

"Yang nyulik Clia waktu itu bukan sepenuhnya salah gue," ujar Catrin.

"Lo mau nyalahin orang lain lagi?" Satu alis tebal Adrianne terangkat.

Catrin menggeleng. "Gue sama pak Al yang rencanain semua itu. Tapi, yang ngelukain Clia sepenuhnya salah gue. Sorry untuk itu."

"Al?" Adrianne masih mencerna ucapan Catrin. Maksud gadis itu Al siapa? Yang mana? Please deh nama Al itu banyak.

"Alvaro. Dosen kita," ujar Catrin membuat Adrianne bisu dalam sekejap.

Dosennya? Ada masalah apa ia sampai menculik Clia? Sungguh Adrianne terkejut mendengar itu. Orang yang paling tenang adalah pelaku sebenarnya. Kelicikan Alvaro patut diacungi jempol. Adrianne bahkan membayar seseorang agar pelaku Clia ditemukan, dan kesalahan itu hanya berarah pada Catrin, nyatanya pelaku sebenarnya sangat pandai. Cocok menjadi pemain sinetron.

Tangan Adrianne di atas meja sudah terkepal kuat. Tidak. Ia tidak boleh menyerang Alvaro sekarang, ia harus bermain secara halus seperti Alvaro. Jika musuhnya pintar maka dirinya harus pintar, jika musuhnya kejam maka dirinya harus lebih kejam.

"Satu hal lagi. Pak Al akan tunangan dengan Agatha. Lo harus rahasiain ini. Bisa-bisa dikirim ke akhirat gue," ujar Catrin menyeruput jus strawberrynya.

Satu fakta mengejutkan Adrianne lagi. Sebenarnya apa maunya dosen itu? Ingin seperti ular, atau apa. Adrianne tidak habis pikir.

"Ada fakta lain lagi. Tapi gak gue kasih tahu deh. Biar lo tahu sendiri aja dari teman lo," ujar Catrin tersenyum.

Sorot mata Adrianne terfokus pada makanan yang belum disentuh sama sekali. Jari tangan Adrianne di atas meja mengetuk-ngetuk.

Permainan apa yang akan dimainkan Alvaro selanjutnya? Apa akan melibatkan seseorang lagi?

***
Berbicara tentang Alvaro dan Agatha. Alvaro senang karena Agatha akan menjadi calonnya. Benar, Alvaro akan melamar Agatha dengan sepenuh hati. Dan menjadikan sebagai istrinya.

Alvaro menjalankan mobilnya, di sebelahnya Agatha duduk tenang menatap jendela luar. Hari ini, mereka akan menghabiskan waktu bersama.

Raga Agatha bersama Alvaro, tapi pikirannya berkelana jauh memikirkan Alan. Ia rindu mengomel pada cowok itu. Ia rindu merecoki Alan bermain game. Ia rindu memaksa Alan memakan makanan asam. Ah, sungguh lima bulan itu terasa seperti kedipan mata.

Alvaro meraih sebuket bunga mawar merah di jok belakang. Dan menyodorkan bunga itu pada pujaan hatinya.

"Hm?" Lamunan Agatha buyar, menatap sebuket bunga dipangkuannya. Perlahan senyumnya terbit menatap Alvaro dengan wajah datarnya.

My Boyfriend Is a Doctor and CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang