8. GUE MAU LO!

14.7K 646 9
                                    


Agatha Auristela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agatha Auristela

Happy reading💗


***
Catrin dari kejauhan berlari menghampiri Adrianne. Adrianne bingung. Ia ingin menghidar dari Catrin. Suara manja yang dibuat-buat membuatnya pusing, rasanya gendang telinganya akan pecah.

Dengan tergesa-gesa Adrianne mengambil kunci motornya dan menyampirkan almamater di pundak kirinya. Tanpa berpamitan kepada temannya, Adrianne melangkah dengan cepat meninggalkan kantin.

"IHHH BABY KENAPA LARI!" teriak Catrin menggelegar menggantikan suara musik yang diciptakan oleh orang-orang di tengah meja kantin.

Clia dan Agatha tak jauh dari Catrin berdiri menatapnya aneh. Clia meneruskan pandangannya pada Adrianne yang mulai menghilang di ambang pintu kantin. Sedangkan Agatha bergidik jijik melihat tingkah Catrin yang terlalu obsesi dengan Adrianne.

Agatha mengikuti pandangan Clia yang menatap ke arah ambang pintu kantin. Ia baru sadar bahwa Clia terus menatap Adrianne tadi, mungkin memikirkan bagaimana ia akan membujuk pemuda itu.

"Tha?" panggil Clia. Matanya beralih menatap Agatha.

"Oyy?" Agatha menoleh.

"Nanti malam gue ke rumah lo ya. Bahas masalah hukuman gue," ujar Clia.

"Iya boleh kok. Boleh banget. Nanti gue share lok ya?" kata Agatha , membuat Clia mengangguk.

"Oh ya, balik sekarang yuk," ajak Agatha.

"Lo duluan aja. Gue habis ini mau ke perpus," ujar Clia diangguki oleh Agatha.

"Oh yaudah gue duluan ya," Baru saja Agatha ingin bangkit dari kursinya sebuah suara menginterupsinya.

"Mau balik Tha?" tanya Mark tepat di belakang Agatha bersama Alan yang berdiri di sampingnya. Mark dengan Agatha memang satu fakultas. Jadi tidak heran mereka berteman, walaupun memang banyak orang yang belum tahu.

"Ah iya ini mau balik," ujar Agatha. Clia bingung, ternyata mereka saling kenal? Mengapa Agatha tidak menceritakannya? Pantas saja tadi Agatha bilang mudah jika membujuk Adrianne, rupanya ia dekat dengan temannya Adrianne.

"Bareng gue mau?" tawar Mark.

"Hm..." Agatha melihat ke arah Alan. Terlihat tidak peduli, wajah datarnya selalu ia perlihatkan. Alan sibuk mengunyah kacang kesukaannya. Matanya juga tak melihat Agatha yang berada di depannya. Agatha berharap Alan akan membatalkan ucapan Mark dan mengajak dirinya pulang bersama dengannya. Namun ya mau bagaimana? Di sini posisinya hanya Agatha yang menyukai Alan. Sedangkan Alan? Cuek dan tidak ingin tahu. "Boleh deh."

"Cli duluan ya," pamit Agatha seraya melambaikan tangannya. Clia balas tersenyum.

Suasana kantin mulai sepi, orang-orang mulai beranjak dari tempatnya pulang ke rumah masing-masing. Clia sendiri tidak langsung pulang, ia berniat ke perpustakaan di kampusnya. Belum pernah ia berkunjung ke sana hingga saat ini.

Sangat sepi saat Clia sudah tiba di perpustakaan, hanya penjaga perpustakaan dan beberapa orang yang sedang membaca maupun yang sedang mengerjakan tugas mereka.

Clia berjalan ke setiap rak buku yang menjulang tinggi. Mencari buku yang ia suka untuk di baca hari ini.

Beberapa detik kemudian matanya berbinar menangkap sesuatu yang membuatnya antusias. Letak buku itu lumayan tinggi menurut Clia. Cukup sulit untuk ia jangkau.

Clia berjinjit setinggi-tingginya menggapai buku itu. Sedikit lagi, hanya beberapa senti lagi ia akan mendapatkannya. Tetapi sebuah tangan besar lebih dulu mengambil buku tersebut. Clia menoleh, ia terkejut.

Dihadapannya, laki-laki berpostur tubuh tinggi tegap, almamater yang disampirkan di pundaknya, dan gaya rambut hitam ke samping. Pemuda itu yang sempat menjadikannya pusat perhatian dan semalam ia makan malam bersamanya. Pemuda itu menatapnya datar, buku yang Clia incar berada di genggamannya.

"Bukunya kak?" Clia membuka telapak tangannya menyodorkannya di depan pemuda itu.

"Lho ini buku mau gue pinjem," ujar Adrianne. Clia menatapnya tidak mengerti. Bukankah Adrianne mengambilkannya untuk Clia? Ya...seperti adegan di novel-novel.

"Jangan kepedean ya lo! Lo kira gue mau ambilin buku ini buat lo?" Pemuda itu menyeringai.

"Lho emang kayak gitu kan?" ujar Clia, ia mulai kesal.

"Siapa bilang?" ujar Adrianne, alisnya naik sebelah.

"Tapi kan buku itu gue yang lihat duluan!" ujar Clia tak terima, bukunya diambil begitu saja.

"Jaga bicara lo!" ketus Adrianne, mendengar Clia mulai menggunakan kata 'gue'.

"Jaga sikap kakak!" Clia membalas perkataan Adrianne seraya tersenyum remeh. Membuatnya menggertakan giginya.

Adrianne melangkah menghapus jarak di antara keduanya. Clia panik, matanya membola. Ingin apa pria ini?

Adrianne mengukir senyum iblisnya. Membuat bulu kuduk Clia berdiri.  Langkahnya terus mundur, hingga akhirnya punggungnya membentur tembok.

Tangan Adrianne kini berada di sisi kepala Clia. Mengunci pergerakan Clia. Clia sangat takut saat ini.

"Ma-mau apa?" Clia memberanikan diri mengeluarkan suaranya. Mata Adrianne menatap iris mata indah Clia lekat. Sampai ia tahu bagaimana struktur mata Clia yang indah itu. Posisi Adrianne dan Clia benar-benar sangat dekat saat ini, mungkin hanya satu jengkal saja jarak di antara keduanya tercipta.

"Gue mau lo..." ujar Adrianne membisikkan ke telinga Clia. Suara berat dan serak mendominasi. Membuat Clia bergidik ngeri. Ia takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Suasana perpustakaan juga sudah sangat sepi.






Tbc
Haloo readerss...

Pendek ya chapter ini?
Aku sengaja hehe

Kelanjutannya Clia gimana ya?

Maaf kalo chapter ini ngegantung...
Maapinn yaa hoho

Love you readerss...

My Boyfriend Is a Doctor and CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang