10.OPERASI

14.2K 574 13
                                    

Catrin Arabelle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Catrin Arabelle

Happy reading💙

***

Dengan langkah tegap Adrianne keluar dari area kampus yang mulai sepi. Ponselnya ia genggam. Tasnya di sampirkan di bahu kanannya serta almamaternya ia sampirkan di sela-sela tali tasnya.

Saat sudah di atas motornya dengan helm fullface melekat di kepalanya. Ia melajukan motornya dengan kecepatam di atas rata-rata. Walaupun jalanan sedang ramai, motornya dengan lihai membelok-belokkan layaknya pembalap handal.

Tak sampai sepuluh menit, Adrianne sudah tiba di rumah sakit milik omahnya. Omahnya memintanya untuk menangani pasien yang baru saja kecelakaan beberapa menit lalu.

"Rian," panggil wanita tua berambut putih disanggul, kalung emas melekat di lehernya serta tongkat yang ia selalu bawa untuk membantu jalannya-dia Omahnya Adrianne.

"Ya Omah? Dimana pasiennya?" tanya Adrianne wajahnya sangat tenang.

"Dia ada di ruang operasi nak. Kamu langsung ke sana aja ya," pinta Omahnya.

"Iya Omah tenang aja," ujar Adrianne mantap. Ia melangkah dengan cepat, sebelum ke ruang operasi ia memutuskan untuk ke ruangannya terlebih dahulu. Mengganti pakaiannya dengan pakaian operasi.

Setelah selesai, tanpa berlama-lama Adrianne melangkah ke ruang operasi. Di ruang operasi sudah banyak perawat yang akan membantunya.

Dilihatnya korban, sangat parah. Bahkan teramat parah. Bau anyir darah terasa amat pekat di hidung dan berceceran dimana-mana, tulang kakinya ada yang terlihat, membuat siapa saja yang melihatnya ngilu dan tak tega. Adrianne tidak yakin akan menyelamatkannya. Ia ragu. Tapi mau bagaimanapun ia adalah seorang dokter, sudah menjadi tugasnya saat ini.

Operasi pun dimulai. Adrianne sangat fokus dan hati-hati dengan alat yang ia gunakan, terlihat dari alisnya yang menyatu dan garis di keningnya tercetak jelas.

Gawat. Pendarahan hebat terjadi saat operasi. Adrianne sempat panik, perawat pun juga. Bingung harus melakukan apa. Adrianne berpikir keras mencari jalan keluarnya.

Beberapa detik kemudian, Adrianne menemukan ide yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan pasien yang terbaring di depannya.

Selama satu jam operasi berjalan dengan lancar. Adrianne melepaskan sarung tangan dan maskernya, lalu keluar dari ruangan.

Di luar ruangan Adrianne di sambut dengan beberapa pertanyaan dari keluarga sang korban.

"Gimana dok?"

"Berjalan lancar kan dok?"

"Puteri saya tidak apa-apa kan?"

"Iya puteri bapak ibu baik-baik saja," ujar Adrianne. "Operasi berjalan lancar."

Keluarga korban tampak senang dan mengucapkan banyak-banyak pujian untuk Tuhan. Sementara Adrianne wajahnya datar, tak ada senyuman.

"Kalau begitu, saya permisi," ujar Adrianne lalu melangkah menuju ruangannya.

"BABY!" panggil seseorang dari belakang.

"Shit!" gumam Adrianne kesal, mengusap wajahnya kasar. Kenapa haru orang itu lagi? Ya... Tuhan.

Sebelum orang itu lebih dekat lagi, Adrianne mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri.

1

2

3

Adrianne berlari di lorong rumah sakit dengan sangat cepat. Perawat dan orang-orang melihatnya bingung dan aneh?

"Eh dok kenapa lari?" tegur salah satu perawat yang ia lewati-Mysha.

"Ada ondel-ondel," teriak Adrianne asal, lalu melanjutkan larinya. Mysha mengerutkan keningnya. "Dimana ondel-ondel? Masa iya di rumah sakit."

"EH BABY JANGAN MAIN KEJAR-KEJARAN DONG AKU CAPEK!" suara Catrin menggelegar di lorong rumah sakit.

"Maaf mba jangan teriak ini di rumah sakit," peringat Mysha saat menghampirinya. Catrin menatapnya sinis, lalu mengibaskan rambutnya meninggalkan perawat itu.

Dengan langkah yang di hentak-hentakkan Catrin menyusul Adrianne yang sudah belok di ujung lorong.

"IH NGESELIN!"

***
BRAK

Adrianne menutup pintu ruangannya keras, tak lupa ia juga menguncinya. Sungguh ia tak ingin meladeni gadis itu saat ini. Capek bor abis operasi, gimana gak kesel.

TOK TOK TOK

"BABY!" panggil Catrin dari luar.

"Gawat! Gue harus gimana?" Adrianne mengacak rambutnya frustasi.

Tak lama Adrianne menemukan ide. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelpon satpam suruhannya untuk mengusir Catrin di rumah sakit omahnya.

"Ada apa ini?" Suara omahnya samar-samar terdengar. Adrianne membatalkab panggilan, lalu menempelkan telinganya di pintu.

"Ini omah, Adrianne nya ngajak main kejar-kejaran kayak film india aja deh," kekeh Catrin. "Padahal aku cuma mau kasih ini." Catrin mengangkat tempat bekal yang ia bawa untuk Adrianne.

"Kalian pacaran ya?" tanya omah terkekeh geli.

"Doain aja omah," ujar Catrin dengan senyum manisnya.

"Yaudah kenapa gak masuk aja?" tanya omah terheran Catrin masih di depan pintu ruangan Adrianne.

"Di kunci omah, kayaknya Rian gak mau ketemu aku deh," ujar Catrin mengerucutkan bibirnya. Eh bentar bentar... Catrin memanggilnya 'Rian'? Hey panggilan itu hanya untuk keluarganya.

"Yaudah besok kesini aja lagi gak papa. Main-main aja ya kesini. Tapi jangan teriak-teriak ya?" jelas omah seraya mencubit pipi Catrin gemas. Di sisi lain Adrianne menghela napasnya lega. Rupanya omahnya mengerti keadaannya saat ini, ia sangat lelah dan butuh istirahat.

"Siap omah." Catrin mengangkat tangannya seraya hormat bak hormat pada tiang bendera.

"Pintar." Omah mengusap lembut rambut Catrin. "Kalo gitu makanannya omah aja ya yang kasih ke Rian?"

"Oke, ini omah." Catrin memberikannya dengan senang hati.

"Aku pulang dulu ya omah," pamit Catrin.

"Iya hati-hati kamu," ujar Omah. Catrin melangkah menjauh.

"Siap omah, dadah!" Catrin memutar tubuhnya dan melambaikan tangannya ke arah omah. Omah membalas tersenyum.

Tok tok tok

"Rian buka pintunya! Ini omah!"

Ceklek.

Pintu terbuka. Dengan napas berat wajah lesu Adrianne menampakkan dirinya. "Ya omah?"

"Ini dimakan dulu. Kasian tadi gadis itu bawain buat kamu," suruh omahnya seraya menyodorkan bekal makanan pada Adrianne.

"Iya omah, makasih." Adrianne mengambilnya tanpa ada beban apapun.

"Yaudah kamu istirahat dulu, omah mau ngecek yang lain," ujar omah. Adrianne berdeham menanggapi. Omahnya pun melangkah menjauh dari ruangan Adrianne.

Adrianne langsung menutup pintu ruangannya lalu duduk di kursi kebanggaannya. Ia menikmati makanan dari Catrin dengan tenang.





Tbc
Gimana gais?

Maaf klo rada gimana gitu ya
Lagi pusing aku tuh

Vote + koment jangan lupa

Love youuu readerss...

-van

My Boyfriend Is a Doctor and CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang