56. GARA-GARA CANTIK!

6.2K 305 41
                                    

Selesai mengenyangkan perut dengan makanan gratis di rumah Catrin, Adrianne hendak mengunjungi rumahnya. Ia harus membicarakan tentang adik-adiknya kepada orang tuanya. Pasalnya Cantik selalu merengek dan menangis kemarin, Bi Ipeh selaku pengurus anak itu sampai kesulitan mendiamkan Cantik. Mungkin Cantik rindu dengan kasih sayang orang tuanya. Bagaimana tidak? Cantik masih kecil, dan seharusnya merasakan kasih sayang yang lebih dari orang tuanya.

Adrianne menghela napas gusar. Mark di sebelahnya menarik-narik ujung jaketnya, meminta untuk diantarkan pulang.

"Anterin elah Yan, sekalian juga," ujar Mark dengan tampang melas.

"Sekalian? Rumah lo sama rumah gue lawan arah. Males," ujar Adrianne malas. Ia hendak membuka pintu mobilnya namun ditutup kembali oleh Mark.

Mark memasang wajah lugunya. Sangat lugu tidak seperti otaknya yang sudah terkontaminasi. "Lo kan sultan, anterin gue dong."

"Apa hubungannya bambang?!" sewot Adrianne.

"Naek taksi, gak usah manja!" ketus Adrianne.

Mark menyentuh dadanya, ia merasa tersentuh dengan ucapan Adrianne. "Ahh."

Mendengar desahan singkat itu, Adrianne menelisik Mark. "Kenapa lo?"

"Lo tau gak sih?" Mark semakin melas. Uangnya itu sebenarnya habis untuk makan-makan selesai belajar kelompok tadi, dan sekarang uang yang ada di dompet Mark hanya tinggal recehan saja.

"Gak. Jangan berubah jadi cewek kenapa lo, jijik. Kalo mau berubah depan cewek lo sono." Adrianne mengibas-ngibaskan tangannya.

"Ngegibah nanti jadinya." Mark membayangkan kalau dirinya berjiwa perempuan.

Adrianne tak peduli. Ia langsung masuk ke dalam mobilnya. Mark yang baru tersadar membelalakkan matanya.

"WOY! TEGA LO YE SAMA SAHABAT LO SENDIRI! MASA GUE MAU NGINEP DI RUMAH SI KETRING SIH?!" Mark menggedor-gedor kaca mobil Adrianne yang tertutup. Tangisan palsu menghiasi wajahnya.

"Mau gue antar gak?" Suara perempuan menelisik telinga Mark. Lelaki itu berbalik bersamaan mobil Adrianne melesat pergi. Tertangkap pemandangan seorang gadis dengan celana di atas lutut yang tenggelam oleh baju kebesarannya sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Betulan?" tanya Mark memastikan.

Catrin mengangguk. "Tapi lo yang bawa."

Mark mengiakan dengan antusias. Setelah itu mereka meninggalkan rumah Catrin yang sunyi.

***
Baru saja menginjakkan kakinya di rumah mewahnya, Adrianne sudah disuguhkan tangisan Cantik. Lelaki itu mempercepat langkahnya. Tanpa mengucap permisi atau memencet bel, Adrianne langsung masuk ke dalam.

"Huaaaaa!" Tangis Cantik makin pecah di gendongan Bi Ipeh saat melihat kakaknya datang.

Adrianne menghampiri Cantik dan menggendongnya. "Hei, kok anak manis nangis sih?"

"Huaaaaa, hiks ka Dan hiks," ujar Cantik menunjuk Wildan yang sibuk memainkan PS nya.

Adrianne mengusap pipi Cantik lembut. "Kenapa hm?"

"Ka hiks Dan hiks. Huaaaa." Tak bisa menjelaskan, akhirnya Cantik menangis lagi.

"Sama bibi dulu ya," ujar Adrianne menenangkan. Ia mengeluarkan ponselnya. "Nih kamu mau nonton apa? Nonton tayo?"

"Hiks hiks." Cantik mengangguk patah-patah. Tangan mungilnya bergetar meraih ponsel Adrianne. Segera lah Adrianne membawa Cantik ke Bi Ipeh.

Adrianne menatap Wildan dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Lalu pandangannya beralih pada mainan Cantik. Ia mengambilnya dan dilayangkan menuju Wildan.

My Boyfriend Is a Doctor and CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang