"KARAAAAAAAA,"teriak cowok berseragam SMA tepat di depan rumah bercat putih, siapa lagi jika bukan BAGAS DERAKSA.
Hingga seorang cewek berseragam SMA yang sama, keluar dari dalam rumah, KARA SAHIRA.
"Sabar kenapa sih gas!,"kesal nya dengan tangan menutup pintu.
"Uda cepetan naik, ntar telat lagi,"
"Jaman SMP aja kalau telat kamu bolos,"sindir Kara menaiki motor sport Bagas.
"Cukup gue yang bandel, lu jangan,"
Kara mendengus malas, "iya iya terserah kamu, ayok jalan,"ucap Kara.
Bagas menghidupkan motor nya dan berlalu meninggalkan perkarangan rumah Kara.
******
Setelah selesai memarkirkan motornya, Kara di susul Bagas langsung turun dan berjalan menuju kelas. Sayang nya mereka tidak sekelas. Bagas kelas 12 dan Kara kelas 11."Muka nya Jan datar-datar amat mas,"sindir Kara berbisik, sedikit mendongakan kepala nya karena Bagas yang lebih tinggi darinya.
Bagas tidak menjawab hanya mengacak rambut Kara singkat lalu kembali ke posisi awal nya, berjalan dengan kedua tangan ia masukan ke dalam kantung celananya.
Sesampainya di depan kelas Kara, Bagas Langsung membalikkan badannya untuk menuju ke kelasnya.
Kara tersenyum kecil dan memasuki kelasnya.
Ia duduk di bangku kesayangan nya yang di samping nya sudah ada Aulia teman nya.
Tapi baru saja duduk tiba tiba banyak anak kelas berlarian membuat Kara dan Aulia saling tatap seolah mempertanyakan pertanyaan yang sama.
"Liat?"tanya Aulia.
Kara mengangguk dan berjalan keluar kelas di susul Aulia.
Berjarak 1 kelas dari depan pintu mereka berdua dapat melihat Bagas yang tengah berantam dengan salah satu anak Cowok.
Tanpa pikir panjang kara langsung berlari menghampiri Bagas. Kara sangat tau bagaimana sifat Bagas, ia tidak akan segan segan menghabisi lawan nya jika ia sedang emosi.
"KARA!!!"teriak Aulia namun tak di gubris oleh sang empu nama.
"BAGAS STOPPP!!!"kara teriak sebisanya namun suara nya kalah besar oleh suara sorakan anak lain.
Bagas mengangkat kera seragam lawannya bersiap melayangkan pukulan.
Deg...
Kara tiba-tiba memeluk Bagas membuat semua emosi Bagas lenyap seketika.
Ia menurunkan tangan nya dan melepaskan cengkeramannya pada lawan nya.
Tubuh Bagas benar benar lemah tak berdaya.
"Uda ya jangan berantam lagi,"gumam Kara pelan dengan air mata yg menetes.
"Gas, jawab aku!"paksa Kara.
Bagas membuang nafasnya gusar dan membalas pelukan kara.
"Jangan berantem lagi, aku khawatir,"
"Maaf,"
Kara melepaskan pelukannya, tangan nya terangkat mengusap ujung bibir Bagas yang mengeluarkan darah.
"Berdarah kan!"kesal Kara.
Bagas terkekeh kecil melihat wajah kesal Kara yang tampak lucu di matanya.
"Ihh jangan ketawa ntar sakit!"
"BAGAS, SATRIA! IKUT BAPAK KE KANTOR!!"teriakan menggelegar Pak Anto selaku guru BK di sekolah mereka.
Kara menatap pak Anton, "pak boleh gak kalau saya ngobatin luka Bagas dulu? Takutnya infeksi,"izin Kara.
"Kenapa hanya Bagas? Itu Satria juga luka, kamu kok pilih kasih cuma ngobatin Bagas,"
Kara menatap sinis Satria yang sedang meringis kesakitan, "emang dia siapa saya pak? Malas ah ngobatin dia, tuh di UKS juga banyak anak PMR,"
"Melawan kamu sama bapak?"
"Ihhh bapak pokoknya Kara cuma mau ngobatin Bagas, Assalamu'alaikum,"pamit Kara menarik lengan Bagas lembut menuju ke UKS.
"Ehh kara tunggu dulu!"ucap Pak Anton membuat kara mau tak mau menghentikan langkahnya DNA berbalik menatap pak Anton.
"Apa bapak?"
"Siap di obati jangan di bawa pulang! Antar ke ruang BK!"ujar pak Anton.
"IYA BAPAK SAYANG!!!"
Bagas menatap Kara kesal setelah mendengar Kara yang memanggil pak Anton dengan sebutan sayang.
"Kenapa?"tanya Kara yang melihat tatapan Bagas pada dirinya.
"Pengen jadi pak Anton biar di panggil sayang juga,"ujar Bagas membuat kara dan juga pak Anton yang mendengar nya terkekeh pelan.
"Cemburu kok sama guru, tapi memang sih kegantengan bapak ini tiada taranya,"sindir pak Anton dengan tangan yang ia masukan ke dalam kantung celana nya dan bergaya bak seorang model.
"Yauda saya sama istri bapak aja,"ujar Bagas santai.
"Wah itu namanya kamu ngajak perang,"ujar pak Anton tidak terima.
Kara hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat interaksi guru dan murid yang sudah tak asing di hadapan nya ini. Daripada percakapan mereka semangkin ngawur, kara menarik Bagas untuk pergi dari sana menuju UKS.
Sekarang pak Anton menatap Satria yang tengah terduduk di lantai menikmati rasa sakit nya.
"Makanya kalau mau berantem itu cari doi dulu, jadi ada yang merhatiin kayak si Bagas,"
Ucapan pan Anton sama sekali tidak di gubris oleh Satria.
*****
"Awhhh,"ringis Bagas saat Kara menekan bagian luka nya.
"Sakit raa,"
"Makanya jangan berantem berantem, emang tadi kenapa?"
"Dia ngehina putri,"jawab Bagas menunduk.
Kara langsung terdiam saat Bagas menyebut nama itu, nama yang menjadi kelemahan seorang Bagas Deraksa. Seorang wanita yang kerap di panggil putri itu pindah sekolah bahkan pindah keluar kota beberapa bulan lalu dan seorang Bagas slalu terpancing emosi jika sudah menyangkut dengan gadis itu.
Kara menghela nafasnya pelan sebelum memeluk Bagas mencoba memberi ketenangan pada sosok kekar di hadapan nya ini.
"Uda jangan kamu dengerin,"
"Makasih Ra, Uda peduli sama gue,"
"Your welcome,"
Heyoooo
Jangan menyimpulkan cerita hanya dari prolog:)
Terus ikuti cerita Bagas dan Kara:)
Jangan lupa vote dan komen nyaJangan Follow medsos fii
WP: @fii_putri
Ig: @fii_wlnaptr30💙
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASKARA
Teen Fiction"Gue capek Ra!" °°°°°°°°°°°°°°°° Hanya sebuah kisah seorang remaja bernama Bagas Deraksa, seorang pria yang mampu memendam semua rasa sakit nya. Tentang Bagas Deraksa yang hanya akan menceritakan sakit nya pada seorang gadis bernama, Kara Sahira. Ga...