chapter 22|•|Ujian

240 34 6
                                    

Hari Senin ini memasuki ujian semester. Seperti biasa sistem ujian di SMA Bagas dan Kara adalah menggabungkan antara senior dan junior. Serta duduk berdampingan antara  senior dan junior. Mungkin tahun ini keberuntungan berpihak pada Bagas dan Kara karena tahun ini kelas mereka menjadi satu. Alhasil Bagas, Rangga, Vano, Kara, Aulia, dan juga Raina berada di satu kelas yang sama.

Waktu ujian berlangsung Bagas memilih barisan kedua dari depan yang sudah jelas memilih Kara menjadi teman sebangkunya. Di samping kiri Bagas dan Kara ada Aulia yang duduk dengan Vano. Sedangkan Raina duduk di belakang Bagas dan Rangga yang datang terlambat alhasil mendapat bangku di depan Bagas yang juga otomatis di paling depan sudut

"Oke anak anak, hari ini kita akan melaksanakan ujian. Bagi kalian yang membawa contekan taruh diatas meja!"ucap Bu Citra sembari membagikan lembar jawaban yang nantinya akan di isi oleh murid.

"Bu berarti boleh nyontek dong?"tanya Putra salah satu teman sekelas Kara.

"Ih ibu baik banget makin sayang deh a'a Rangga ini sama ibu,"sambung Rangga sambil kedipin satu matanya kearah Bu Citra.

"Tuh mata lu kenapa cacingan lu kak?!"sinis Aulia

"Apa? lu cemburu karna gue godain ibu geulis ha?"saut Rangga tidak santuy.

"udah diam! Saya belum selesai berbicara. Maksud saya taruh contekan kalian diatas meja kemudian keluar!! Gak usah ikut ujian!"judes Bu Citra.

"busett cantik cantik galak borr."gumam Rangga tapi masih dapat di dengar oleh seisi kelas termasuk Bu Citra.

"Apa? Kamu ngomong apa barusan? Coba ulangi saya gak dengar!"ujar Bu Citra seolah tidak mendengar jelas ucapan Rangga.

"Kata Rangga ni ya Bu saya kasih tau, kata dia ibu cantik cantik galak"jawab Aulia mulai mengkompori keadaan Rangga yang sudah seakan di ujung maut.

"Enggak bu mana ada saya bilang begitu,"bantah Rangga tidak terima. Padahal memang dirinya tadi berbicara seperti itu. Rangga menatap Aulia sinis. Andai aja dia punya kekuatan batin uda ia guna-guna tuh cewek bar-bar  biar nurut sama dirinya.

"RANGGA!KELUAR KAMU SEKARANG!"teriak Bu Citra marah.

"Bu jangan dongg, saya udah belajarr sampe pagi masa saya gak diijinin ikut percuma dong mubazir waktu saya belajar semalaman,"melas Rangga berbohong. Orang dirinya saja tadi malam mabar game bersama Kevin dan Radit.

Bagas dan Kara sendiri hanya menyimak obrolan orang absurd di ruangan mereka. ckckck kalau seperti ini terus kapan mulai nya ini ujian.

"lu belajar apaan belajar cara pdkt in Aulia?"tanya Raina ikut mengkompori suasana.

"ogah gue sama nenek lampir!"balas Rangga

"siapa juga yg mau sama lu?!"balas Aulia jutek.

"DIAMM!!!"teriak Bu Citra membuat suasana kelas menjadi hening.

"Yasudah karena kamu sudah terlanjur belajar. Kamu gak jadi saya keluarkan,"putus Bu Citra.

"Yesss!!! makasih ibu cantikk,"cengir Rangga melebar.

"Tapi kamu ulangan di depan saya, langsung di kursi guru."ujar Bu Citra membuat senyum Rangga langsung pudar tergantikan dengan wajah pucat. Pupus sudah harapan nya mencontek pada Bagas agar nilai ujian nya dapat tinggi. Kini harapan tinggal harapan. Memang ya benar kata pepatah manusia punya keinginan dan tuhan punya kenyataan ckckck.

"BWAAAHAHAHA MAMPUS!"

Kini satu kelas menertawakan nasib Rangga yang mengenaskan.

"Bu saya lebih baik keluar aja Bu, tiba tiba perut saya sakit."alasan Rangga.

"gak usah alesan kak!"kekeh Aulia.

"Katanya udah belajar, takut mubazir udah belajar semalaman!"lanjut Raina membuat satu kelas lagi lagi tertawa karena raut wajah Rangga yang tampak semangkin kesal.

Setelah membagikan soal ujian, Bu Citra kembali ke tempat duduknya dengan satu soal berada di hadapannya. Untuk siapa lagi jika bukan untuk Rangga yang sudah memasang wajah semelas mungkin.

Dengan terpaksa Rangga berdiri dan membawa bangkunya ke hadapan sang guru. Belum saja membaca soal tapi jantung nya sudah seperti mau copot dari tempat nya. Percayalah ujian berhadapan langsung dengan guru rasa nya sama saja seperti berhadapan dengan singa yang siap menerkam mangsanya.

Rangga sudah tampak gelisah di bangku nya. Melihat jajaran soal di hadapan nya membuat Rangga rasanya ingin pergi dari kelas ini atau bahkan di dunia ini. Eh, tapi jangan dari dunia deh dia kan masih jomblo ya kali ntar di surga dia gak punya bidadari karena jomblo. Tapi emang ngaruh ya?kalau di dunia jomblo di surga juga jomblo?ah ntah lah.

Saat melihat Bu Citra yang fokus pada ponsel nya. Rangga sedikit memutar kepalanya agar menghadap kearah Bagas dan Vano berharap mereka melirik ke arah dirinya. Namun apalah daya nasib tak berpihak pada dirinya. Dua sohib nya itu masih terus menunduk karena fokus pada soal.

Rangga mempunyai ide, ia berbatuk kuat membuat semua pandangan isi kelas mengarah kepada dirinya. Ide nya berhasil sih, Bagas dan Vano melirik ke arah dirinya termasuk Bu Citra yang juga melirik dirinya tajam.

"Kenapa Rangga?butuh air hm?"tanya Bu Citra sembari memberikan botol minum milik nya ke arah Rangga.

"Eh enggak bu,"cengir Rangga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Cepat kerjakan!tidak usah banyak drama kamu!"marah Bu Citra. Rangga menghela nafasnya pasrah. Ntah lah berapa nilai yang akan ia dapatkan nanti.

Keadaan sunyi kembali. Semua kembali fokus pada soal nya masing-masing. Kara sendiri sedari tadi tak henti hentinya menghitung angka-angka di hadapan yang membuat otak nya rasakan ingin meledak. Memang  saat ini Kara ujian dengan mata pelajaran matematika sedangkan Bagas ujian dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

"Susah banget sih gak dapat-dapat!"gumam Kara kesal saat ia sudah berulang kali menghitung angka-angka di hadapan tapi hasil yang ia peroleh selalu tidak pas dengan pilihan Jawa yang ada.

Bagas melirik Kara sekilas saat mendengar gumaman Kara. Ia menarik lembar soal dan jawaban Kara tanpa izin membuat Kara sedikit kaget.

"Mau ngapain?"tanya Kara namun tak di jawab oleh Bagas. Justru sekarang Bagas gantian bergulat dengan angka-angka tadi dan tak butuh waktu lama Bagas sudah menyerahkan lembar soal dan jawaban ujian Kara yang sudah lengkap terisi semua.

"Wihh dah siap, pinter juga Ara."bangga Kara. Bagas mengacak rambut Kara gemas setelah itu fokus pada soal nya.

Kara membereskan soal-soal nya dan menjatuhkan kepalanya di meja, tentu dengan tangan nya sebagai alas. Ia menghadapkan pandangan nya kearah Bagas yang tampak fokus. Kara menatap Bagas tersenyum.

Merasa di tatap oleh manusia di sampingnya, Bagas melirik ke Kara dengan ekor matanya dan mengedipkan sebelah matanya dengan senyum kecil membuat pipi Kara memerah.

15 menit kemudian Bagas sudah selesai menjawab semua soal dana membereskan nya. Waktu tersisa 20 menit lagi dan mereka berdua sudah selesai dengan soal mereka.

  Kara menengakan tubuhnya kembali dan tangan nya di ambil alih oleh Bagas. Dengan rasa kegabutan nya Bagas memainkan jari-jari Kara.

"Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh kerinduan."gumam Bagas membuat Kara mengerutkan dahinya bingung.

"Maksud Bagas?"tanya Kara tidak mengerti.

"Gue baca di salah satu buku,"jawab Bagas ngasal membuat Kara menganggukkan kepalanya mengerti.

Dah lama gak up^^

Semoga suka sama part ini:)
jangan lupa ajak teman kalian buat baca cerita aku ya><
Dan jangan lupa tinggalkan jejak vote sama komen nya:3

Yukk buruan follow akun medsos aku
WP:@fii_putri
IG:@fii_wlnaptr30

Love you all❤️❤️❤️



BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang