"kamu perlu menyemangati diri kamu sendiri untuk menggapai apa yang kamu mau,"
-------------------
"BAGUS!BARU PULANG!SUDAH BERAPA KALI SAYA BILANG!KAMU TIDAK USAH BERGABUNG DENGAN TEMAN TEMAN KAMU ITU!"teriak Farhan saat Bagas baru saja menapakkan kaki nya ke dalam rumah.
Padahal jam masih menunjukkan pukul 20.00, masih batas wajar bukan jika cowok pulang jam 20.00?
Oh iya Bagas melupakan satu hal, kalau papa nya ini memang selalu membesar-besarkan masalah."Mereka sama sekali gak ada membawa hal negatif ke hidup Bagas pa! Justru mereka yang selalu ada buat Bagas!"jawab Bagas.
"Halah, kamu itu kalau di bilangin selalu saja melawan!!"
"Sudah lah saya bilang tinggalkan teman-teman kamu lebih baik mulai sekarang kamu belajar untuk membantu bisnis kakak kamu!atau perlu kamu tidak usah sekolah lagi!"
Sontak saja Bagas langsung menatap papa nya. Mengapa pria di hadapannya ini dengan gampang nya menyuruh nya untuk tidak menamatkan pendidikan nya.
"Bagas punya kehidupan sendiri pa!Bagas masih mau sekolah bahkan kalau papa bolehin Bagas pengen buat kuliah! KENAPA PAPA GAK PERNAH DUKUNG APAPUN KEPUTUSAN BAGAS?!KENAPA SEMUA YANG BAGAS UCAPIN SEKALU SALAH DI MATA PAPA?!"teriak Bagas.
"TIDAK SOPAN KAMU BERBICARA DENGAN NADA TINGGI KEPADA SAYA!"sebuah tendangan melayang tepat di tulang kering Bagas membuat ia terjatuh dan meringis pelan.
Tidak sampai situ, bahkan Farhan dengan tega nya kembali memukul Bagas dengan ikat pinggang nya.
Farhan memukul Bagas seolah Bagas bukan anak nya. Ia memukul Bagas dengan membabi buta. Bahkan Bagas sudah terkulai lemas tak berdaya. Mata Bagas memerah menahan tangis sekaligus amarah yang ia pendam.
Katanya rumah menjadi tempat ternyaman untuk berlindung, tapi mengapa di sini Bagas seolah sedang berada di neraka? Mana yang katanya rumah tempat ternyaman? Mana katanya rumah tempat untuk menghilangkan lelah? Kenapa ia tidak merasakan itu? Apa takdir membenci nya sehingga ia tidak pernah merasakan itu?
Bahkan pukulan itu terhenti karena sebuah teriakan yang sangat Bagas rindukan.
"PAPA STOP!!"
Putri berlari ke arah Bagas dan memeluk kakak nya itu erat, seolah menyalurkan kekuatan agar Bagas terus bertahan.
"Hiksss hiksss."
"Hei, jangan nangis!"Bagas mengusap air mata yang mengalir di pipi Putri.
Dengan sisa tenaga nya Bagas sedikit mendudukkan tubuhnya.
"Kok gak bilang mau pulang?"tanya Bagas menahan sakit.
"Gak penting, yang terpenting keadaan lu sekarang kak!"
"Gue gapapa kok, mama mana?"tanya Bagas.
"Mama nginep di rumah nenek,"
Sedari tadi Farhan sudah menatap malas perbincangan dua manusia di hadapan nya ini.
Putri mengalihkan perhatian nya ke arah papa nya. Ia menatap papanya tajam seolah menggambarkan emosi yang begitu besar.
Lelaki yang katanya cinta pertama anak perempuan! Tapi tidak untuk Putri.
Banyak yang bilang dirinya beruntung memiliki ayah yang punya segalanya! Andai mereka tau bagaimana rasanya iri saat melihat semua orang yang akrab dan tertawa lepas bersama ayahnya. Andai mereka tau bagaimana rasanya menahan sesak saat lagi terpuruk dan butuh pelukan sosok ayah namun yang di dapatkan justru kata kata yang menampar hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASKARA
Teen Fiction"Gue capek Ra!" °°°°°°°°°°°°°°°° Hanya sebuah kisah seorang remaja bernama Bagas Deraksa, seorang pria yang mampu memendam semua rasa sakit nya. Tentang Bagas Deraksa yang hanya akan menceritakan sakit nya pada seorang gadis bernama, Kara Sahira. Ga...