chapter 12|•|Cafe

304 49 10
                                    

"Uda?"tanya Bagas sedikit menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat Kara yang sudah menaiki motor nya.

"Uda,"jawab Kara. Tanpa ragu tangan Kara melingkar di pinggang Bagas. Sebelum menjalankan motornya Bagas tersenyum di balik helm full face nya dan mengusap lembut tangan kara yang berada di pinggang nya menggunakan tangan kanan nya.

Motor Bagas melesat meninggalkan area sekolah.

Semenjak Bagas keluar dari rumah, setiap pulang sekolah ia harus bekerja di bengkel motor milik Orang tua Rangga. Tentu saja ia berangkat kerja setelah mengantarkan Kara dengan selamat hingga ke depan pintu rumahnya. Untunglah ia bekerja di tempat Orang tua sahabat nya jadi dirinya sedikit di beri toleransi.

Kara menyandarkan kepala nya di bahu kiri Bagas. Rambut hitam nya ia biarkan tertiup angin. Biasa nya akan tertutup oleh helm tapi hari ini helm yang biasa Kara kenakan ntah sembunyi di mana. Apalagi tadi pagi mereka sudah telat, jadilah Kara berangkat tidak memakai helm.

Tangan kiri Bagas terulur ke belakang untuk mengusap rambut Kara. Matanya memperhatikan wajah Kara yang tampak kusam.

"Kenapa hm??"tanya Bagas sedikit berteriak karena jika berbicaralah seperti biasanya, suara nya akan kalah oleh suara pengendara lain.

"Ara laper,"manja Kara semangkin mengeratkan pelukannya dan memejamkan matanya. Oh iya, jangan lupa bibir nya yang mengerucut kesal.

"Mau mampir makan dulu?"tanya Bagas.

"Ntar Bagas terlambat kerja nya terus di marahi terus di pecat terus gak punya uang terus gak makan terus mati ter-"

"Terus lu kangen,"potong Bagas. Kara terkekeh.

"Gapapa, urusan kerjaan biar aku aja yang penting tuh perut lu yang bunyi di isi biar gak bunyi terus,"sambung Bagas.

Kara langsung menjauhkan tubuhnya dan melepaskan pelukannya. Tangan nya memukul bahu Bagas membuat sang empu meringis bohong.

"Perut Ara gak ada bunyi!"bantah Kara.

Bagas terkekeh,"iya-iya gak ada bunyi. Peluk lagi dong,"manja Bagas.

"Gak!malas!"balas Kara.

"Yakin nih gak mau?"tanya Bagas.

"Iya!"

"Ya udah,"

Bagas sedikit menaikan kecepatan motor nya membuat Kara dengan spontan memeluk nya.

"Bagas ngeselin banget sih!"kesal Kara masih dalam posisi memeluk Bagas.

"Iya iya maap neng,"kekeh Bagas.

*****

Motor Bagas sudah terparkir di salah satu Cafe yang tadi ia lewati. Sedangkan Bagas dan Kara berjalan memasuki Cafe untuk menghilangkan rasa lapar.

"Mau pesan apa?"tanya Bagas.

"Terserah Bagas,"

"Jurus andalan cewek,"Bagas menyentil dahi Kara pelan sembari berjalan memesan makanan.

Kemudian kara ikut dibelakangnya dan menepuk bahu bagas membisikan sesuatu.

"Aku ke kamar mandi dulu ya," Bagas pun mengangguk.

Setelah pesanan jadi bagas kembali ke mejanya dan memainkan handphone nya.

Bunyi pintu terbuka menandakan orang masuk ke dalam cafe tersebut bagas menoleh tanpa sadar.

Deg!

Dia melihat papanya sendiri merangkul seorang cewek yang seumuran dengan dirinya. Wow, papanya suka daun muda ternyata.
Bagas tersenyum sinis. Dia benci akan kenyataan yang di lihat nya ini dan dia menyesal ke cafe ini.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang