chapter 20|•|sebuah ketulusan

237 35 11
                                    

Saat ini Bagas, Kara, Rangga, Vano, Aulia serta Raina sedang berada di kantin sekolah menikmati jam istirahat yang hanya beberapa saat.

"Ck, pakai mati segala lagi!"ucap Aulia tiba-tiba dengan meletakan ponsel nya sedikit kasar.

"Sama anjir,"saut Rangga.

"Kagak nanya!"ucap Aulia sinis.

"Yaelah sinis banget lu?"

"Yah mati."keluh Aulia melihat ponsel nya yang benar-benar padam.

"Kok sama anjim!"kesal Rangga.

"Ngikutin mu lu!"

"Sama-sama mati, gimana kalau lu mandiin gue shalatin terus kita kubur bareng, gimana?"usul Rangga ngaco.

"Bego!"

"Ayok kubur bareng. Sebelahan kita ya? kaya kuburan nya Habibie sama Ainun, sebelahan,"ujar Rangga.

"Malas, handphone lu bau sering di gunain buat dosa!"

"Hpnya sering berbuat baik ko,"

"Contoh nya?"

"Bangunin gue pas mau liat tanding bola,"

"Oh."singkat Aulia.

"Yauda kalau gak mau gue mandiin Sendiri lu mandiin hp lu sendiri terus ntar gue yang sholatin mereka berdua,"

"Hp gue gak mau di shalatin sama lu!"

"Dia ngasih wasiat apa?'

"Katanya ntar pas dia mati dia gak mau berhubungan apa apa sama lu!"judes Aulia.

"Hp gue bilang, katanyaa besok bilang ke Aulia ya Imissyou!"gombal Rangga.

"Kalian berdua kalau lagi gini itu cocok,"celutuk Raina.

"Nah setuju!"dukung Kara.

"Bener kan Ra?"

"Bener banget, kenapa gak pacaran aja?"

"OGAH!"jawab Aulia dan Rangga bersamaan.

"Eh nenek lampir lu gak usah baper ya! gue tadi cuma gabut makanya gombalin lu!"

"Dasar cowok! kalau gabut buat sakit hati anak orang!"kesal Kara.

"Gak kok Ara sayang,"genit Rangga mengedipkan sebelah matanya ke arah Kara.

Bagas langsung menatap sinis ke arah Rangga membuat manusia yang ia tatap meringis ngeri.

"Eh, lu kok belakangan ini jarang sekolah Gas?"tanya Rangga.

"Iya nih Bagas,"sambung Kara.

"Lah gue kira lu tau Ra,"saut Aulia

"Bagas gak pernah cerita,"kesal Kara.

"Gue gapapa!"jawab Bagas datar setelah itu bangkit meninggalkan kantin.

"MAU KEMANA WOYY?!"tanya Rangga.

"Toilet."jawab Bagas terus berjalan.

"Lah, lu mau kemana?"tanya Rangga lagi saat melihat Vano ikut bangkit.

"Nyusul Bagas."jawab Vano pergi.

Langkah kaki Vano mengikuti Bagas yang mengarah ke taman belakang bukan ke toilet.

Bagas duduk di bangku taman dan memejamkan matanya. Dengan hati-hati Vano berjalan kearah Bagas dan duduk di samping Bagas.

Merasakan ada pergerakan di samping nya membuat Bagas membuka matanya dan menatap Vano penuh tanda tanya.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang