5# Cerita Kita

192 33 30
                                    


-ooo0ooo-

Hujan Dalam Komposisi, 3

dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya
terpisah dari hujan

- Sapardi Djoko Damono

-ooo0ooo-

"Besok, saat jam makan siang."

Terlihat Abian tengah mengobrol melalui telepon dengan seseorang. Kini, Abian dan Arsenio tengah berada di kamar Embun. Saat diberi tau oleh Arsenio bahwa Embun jatuh pingsan, Abian langsung dengan cepat datang ke rumah Embun. Syok pertama, namun setelah itu Abian langsung bernafas lega saat mengetahui bahwa gadis itu hanya kelelahan saja. Arsenio pihak yang mengetahui segalanya memilih bungkam, apa yang bisa ia lakukan saat Embun sendiri lah yang menyuruhnya untuk tidak memberitahukan kepada siapapun termasuk Abian.

"Kulihat sepertinya kau belum mandi."

Ucap Abian dengan pandangan menelisik ke arah Arsenio, yang dibalas Arsenio dengan lirikan singkat. Wajah datarnya menjelaskan seakan dirinya sudah jengah dengan tingkah laku Abian.

"Kulihat sepertinya kau bermalam disini. Benar bukan?"

Kalimat Abian terdengar seperti tuduhan daripada sebuah pertanyaan.

"Kulihat kau ini banyak bicara."

Ucapan telak Arsenio membuat Abian bungkam dan mendengus kesal.

Kini Abian duduk pada sofa mungil di dalam kamar Embun, sedangkan Arsenio bersandar pada jendela kamar. Kedua lelaki itu tengah menatap ke arah yang sama, ke arah seorang gadis yang tengah beristirahat dengan senantiasa menutup matanya. Embun tengah ter-tidur setelah ditangani oleh dokter yang dipanggil Arsenio.

"Tidur saja terlihat cantik."

"Hentikan perkataanmu."

Abian mengerutkan dahi kebingungan, Arsenio ini sedang PMS atau apa. Mengapa nada suaranya terdengar amat sensi dengan kalimatnya barusan.

"Kau PMS?"

Tak tahan dengan kecerewetan Abian, Arsenio memilih melempar boneka beruang kecil milik Embun dan tepat mengenai wajah Abian. Abian hendak menyumpah serapahi Arsenio, namun sebelum itu terjadi suara lirih dari seseorang mengalihkan atensi mereka.

"Arsen..."

Embun yang menyebut nama Arsenio dalam tidurnya, membuat lelaki dengan nama Arsenio itu mendekat ke arah tempat tidur gadis tersebut. Abian yang mendengar bahwa hanya nama Arsenio saja yang disebut lantas mencibir kesal.

'HANYA ARSENIO? LALU AKU? AKU SIAPA, AKU DIMANA?'

Abian pun ikut mendekat ke arah gadis itu walau dengan wajah ter-tekuk namun setidaknya dengan melihat wajah gadis itu rasa kesalnya perlahan-lahan sirna. Embun yang kini mulai terbangun menatap secara bergantian ke arah Arsenio dan Abian dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya. Namun kini tatapan itu sepenuhnya terarah kepada Arsenio, wajah panik Embun seakan mengatakan apakah Arsenio memberitahu Abian tentang semua ini atau kah, sebelum gadis itu kembali berpikir gelengan pelan dari Arsenio telah menjawab ke-khawatiran gadis itu.

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang