36# Penyesalan Arsenio

167 24 5
                                    

-ooo0ooo-

Aku merasa menjadi orang paling bodoh di dunia ini. Dimana seharusnya aku menjadi orang terakhir yang kamu lihat sebelum kepergianmu, tapi sekarang justru aku adalah orang terakhir yang datang menemui kamu. Ketika kamu hanya tinggal raga tanpa jiwa.....

-Arsenio Cakrawangsa.

-ooo0ooo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ooo0ooo-


Arsenio Cakrawangsa. Lelaki itu kini hanya bisa duduk dan diam membeku. Menatap gundukan tanah yang masih basah dihadapannya beserta bingkai wajah wanita yang tetsenyum dengan nisan yang bertulis 'Embun Batari'. Arsenio bahkan belum mengganti pakaiannya, lelaki itu masih mengenakan baju pengantin dimana seharusnya lelaki itu melangsungkan acara yang paling penting dalam hidupnya, namun justru berakhir disini. Di pemakaman.

Lelaki itu sama sekali tidak menangis, sedari langkahnya menginjak memasuki rumah sakit,Arsenio hanya meneriakkan nama Embun berulang kali. Sama seperti Abian sebelumnya, lelaki itu justru menyuruh Embun untuk bangun dan berdiri. Tentu itu mustahil, dan tidak akan pernah bisa.

Satu persatu orang-orang yang mendatangi pemakaman Embun kini mulai pergi. Menyisakan 7 orang laki-laki yang masih senantiasa mengelilingi pemakaman. Dan perlu kalian ketahui, saat ini gerimis tengah melanda Kota Surabaya. Namun air yang turun dari langit itu tidak menjadi halangan bagi mereka, justru dengan hujan mereka bisa menyamarkan air mata yang perlahan turun seiring lamanya mereka berada disana.

Arsenio masih terus menatap kosong tanah merah itu. Lelaki itu mulai meraba bagian atas makam, terdapat banyak bunga Lily di atas makam Embun. Lelaki Cakrawangsa itu tidak mengatakan sepatah kata pun, hati dan pikirannya kini seperti telah mati. Tidak berfungsi, dan rasanya nyeri.

Abian merasa begitu sedih melihat Arsenio. Awalnya lelaki jangkung itu tidak mempedulikan pakaian Arsenio, namun perlahan dirinya sadar jika Arsenio memakai tuxedo. Abian kini tau, ketika Dean menceritakan segalanya pada Abian termasuk kotak undangan yang ditemukannya di dalam laci nakas. Abian mengetahuinya, rasa marah, kecewa dan sedih menjadi satu. Hingga dirinya ingin sekali melayangkan pukulan bertubi-tubi kepada Arsenio. Namun, ketika melihat Arsenio yang tidak berdaya layaknya orang yang sudah tidak memiliki semangat hidup membuat Abian berpikir dua kali untuk melakukannya.

Abian merendahkan tubuhnya, mensejajarkan tubunnya dengan Arsenio. Lelaki jangkung dengan kacamata hitam itu menepuk pundak Arsenio, namun Arsenio tidak mempedulikannya sama sekali.

"Nangis. Kalo lo mau nangis, nangis aja. Luapin semuanya, Sen." ucap Abian yang sudah tidak tahan lagi dengan Arsenio.

Arsenio tidak merespon. Lelaki itu tetap mengelus tanah didepannya, lelaki itu memandang batu nisan dengan salip diatasnya itu dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang