18# Pengakuan Arsenio

138 25 8
                                    

-ooo0ooo-

Akulah Si Telaga

"Akulah si telaga:

berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil

yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja

— perahumu biar aku yang menjaganya."

- Sapardi Djoko Damono

-ooo0ooo-

"Arsen pulang." ucap seorang lelaki yang baru saja membuka pintu depan rumah megahnya.

Arsenio Cakrawangsa. Lelaki itu baru saja pulang setelah tadi berada di rumah sakit dan juga mengantar Julia untuk kembali ke apartemen nya. Lelaki itu hanya mengantar Julia sampai lobby karena wanita itu yang meminta.

Kehadiran Arsenio disambut dengan hangat oleh sang Ibu yang tengah berada di ruang tengah menonton acara reality show di televisi. Sang Ibu menghampiri anak lelakinya yang baru saja pulang, dengan penuh kasih sayang dipeluknya sebentar tubuh besar Arsenio.

"Anak Ibu pulang." ucap sang Ibu saat memeluk dirinya.

Arsenio hanya tersenyum dan ikut mengelus punggung ibunya. Ibunya menyuruh dirinya untuk duduk terlebih dahulu dan pergi meninggalkan Arsenio seorang diri karena ingin membuat segelas teh hangat untuk putranya. Sebenarnya, Arsenio pulang hanya untuk membersihkan diri dan makan. Setelahnya, ia akan kembali ke rumah sakit menjaga Embun.

Ibu Arsenio baru saja kembali dengan membawa nampan berisi teh hangat dan juga pie susu yang baru saja keluar dari oven. Ibu Arsenio mendudukkan dirinya disamping sang anak yang nampak masih tampan walau dengan gurat lelah di wajahnya.

"Gimana kabar calon menantu ibu?"

Arsenio terkekeh kecil. "Ibu apa sih, tapi Amin deh. Semakin membaik tentunya." jawab lelaki itu.

Sang Ibu tersenyum dan tangannya bergerak mengelus surai lebat putranya. Arsenio menoleh dan tersenyum kecil ke arah Ibunya. "Ibu tau kamu mencintai Embun." kalimat itu serasa seperti terjeda. Arsenio masih setia menunggu kalimat lanjutan yang akan dilontarkan sang Ibu.

"Maka dari itu Ibu berharap kamu bisa membawa Embun kerumah. Sebagai menantu Ibu."

Arsenio hanya terdiam menikmati elusan tangan sang Ibu yang masih setia mengelus kepalanya dengan sayang. "Tapi Ibu juga tau, harapan kita untuk Embun tidak-." lanjut sang Ibu.

"Kenapa Ibu bilang begitu." Arsenio langsung memotong ucapan sang Ibu karena merasa tidak suka dengan apa yang baru saja Ibunya ucapkan.

Ibu Arsenio hanya tersenyum. "Nak, Ibu tau kamu begitu mencintai Embun. Ibu juga tau Embun adalah gadis yang baik, cantik, bahkan Ibu pun suka dengan segala kemahiran yang Embun punya. Ibu sangat merestui jika kamu ingin hidup bahagia bersama Embun. Tetapi apakah kamu tau pasti, Embun bisa sembuh atau tidak."

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang