33# Persiapan dan Rencana

77 23 10
                                    

-ooo0ooo-

Tiga Sajak Kecil

/i/

bayang-bayang hanya berhak setia
menyusur partirur ganjil
suaranya angin tumbang
agar bis berpisah
tubuh ke tanah
jiwa ke angkasa
bayang-bayang ke sebermula
suramu lorong kosong
sepanjang kenanganku
sepi itu, mata air itu
diammu ruang lapang
seluas angan-anganku
luka itu, muara itu

/ii/

di jantungku
sayup terdengar
debarnya hening
di langit-langit
tempurung kepalaku
terbit silau
cahayamu
dalam intiku
kau terbenam

/iii/

kita tak akan pernah bertemu
aku dalam dirimu
tiadakah pilihan
kecuali disitu
kau terpencil dalam diriku

-Sapardi Djoko Damono

-Sapardi Djoko Damono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ooo0ooo-

Sekar dan Arsenio kini tengah berada dalam perjalanan menuju butik milik teman dekat Ibunya. Tante Aruni. Wanita manis itu juga membawakan bingkisan untuk Tante Aruni, berhubung sekalian bertemu jadi sekalian memberi sekedar 'jajanan' lah istilahnya. Tadi Sekar meminta Arsenio agar berhenti sebentar di depan salah satu toko roti terkenal di Kota Surabaya. Arsenio hanya mengangguk saja, memilih diam dan suka-suka wanita itu saja. Dirinya hanya bagai supir untuk Sekar.


Kini keduanya telah sampai di depan butik lumayan besar di pinggir jalan. Arsenio terlebih dahulu keluar, disusul Sekar yang kini tengah menggandeng lengannya mesra. Keduanya berjalan masuk dan mendapati Tante Aruni yang kini tengah menyambut kedatangan keduanya.

"Sekar.... " panggil Tante Aruni seraya mendekat dan memeluk serta mencium pipi kanan dan kiri Sekar.

"Ya ampun, lama gak ketemu loh. Terakhir ketemu pas beberapa tahun lalu, eh sekarang malah udah mau nikah." ucap wanita setengah baya itu dengan suara medhok yang khas.

"Ah tante bisa aja. Sekar kesini sama Mas Cakra, kenalin Mas, ini Tante Aruni. Temen deket Mamah." ucap Sekar kepada Arsenio yang kini berdiri gagah disampingnya.

Arsenio sedikit terkejut mendengar panggilan Sekar untuknya. Terasa begitu aneh ditelinganya, entah kenapa Arsenio tidak ingin jika panggilan itu Sekar yang memakai. Seperti kurang cocok.

"Oalah, ini toh yang namanya Cakra. Ganteng ya, ternyata." ujar Tante Aruni saat melihat Arsenio dari atas hingga bawah.

Arsenio tersenyum tipis dan menyalimi Tante Aruni membuat Sekar tersenyum. Untunglah kali ini Arsenio tidak menunjukkan sikap cuek nya dihadapan orang lain, setidaknya Sekar bersyukur karena kali ini Arsenio bisa diajak kerja sama.

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang