8# Dia Menciumku?

227 29 26
                                    

-ooo0ooo-

Sementara Kita Saling Berbisik

"Sementara kita saling berbisik
untuk lebih lama tinggal
pada debu, cinta yang tinggal berupa
bunga kertas dan lintasan angka-angka

ketika kita saling berbisik
di luar semakin sengit malam hari
memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa

unggun api

sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi."

- Sapardi Djoko Damono

-ooo0ooo-

Abian menunggu Embun membuka matanya sedaritadi. Lelaki itu megetahui bahwa gadis tersebut pingsan saat mendapatkan telfon dari 'teman' nya. Abian masih setia menunggu Embun, tanpa peduli kalau waktu sudah menunjukkan tengah malam dan juga dirinya belum sempat mengganti pakainnya selepas dari kantor. Abian masih mengenakan kemeja kerjanya. Lelaki itu menatap wajah pucat Embun, Abian merasa bahwa semakin hari sepertinya gadis itu bertambah kurus, pipinya tidak se-chubby dulu.

Lelaki itu menggenggam tangan Embun, mengelusnya perlahan. Pencahayaan di kamar gadis itu juga remang-remang, ditambah udara dingin yang masuk melewati jendela kamar yang dibiarkan terbuka. Abian masih diam dengan jemari yang terus mengelus buku-buku jari milik gadis cantik itu. Perlahan jemari dalam genggamannya itu bergerak, kelopak mata yang sedaritadi tertutup kini perlahan-lahan memicing menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

"Abian?"

Tanya gadis itu dengan suara serak. Abian mengulas senyum tipis lelaki itu membenarkan posisi bantal milik Embun, sebab gadis itu ingin duduk. Setelah menyenderkan tubuhnya, Embun menatap ke arah Abian begitu juga sebaliknya. Kemudian Abian mengatakan sesuatu yang membuat nafas gadis itu tercekat.

"Kanker paru-paru stadium 3B."

Bahu Embun meluruh, seiring dengan air mata yang siap turun membasahi pipinya. Abian menatap gadis itu dengan tatapan datar, ditangannya terdapat kertas hasil pemeriksaan milik gadis itu beberapa minggu lalu. Abian, meremas ujung kertas tersebut terlihat lelaki itu menahan gejolak amarah dalam dirinya.

"Arsenio tau?"

Lelaki tampan itu kembali melontarkan pertanyaan. Sedangkan Embun dirinya tidak berani menatap Abian. Sebuah anggukan kecil dari Embun kemudian membuat Abian juga menganggukkan kepalanya. Abian membaca lagi isi kertas yang ada di genggamannya. Lelaki itu berdiri, berpindah tempat berganti duduk di samping gadis itu dengan bersila. Abian memegang bahu Embun erat, menyanggahnya agar mau menghadap padanya.

"Kenapa kamu gak pernah ngasih tau aku? Sedangkan Arsenio sudah tau. Kamu anggap aku apa sebenarnya. Apa hanya Arsenio saja yang pantas tau? Oh atau sebenarnya ini sudah sangat lama dan aku baru tau sekarang. Iya?"

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang