17# Violin Instrument

118 21 11
                                    

-ooo0ooo-

Sajak Tafsir

"Kau bilang aku burung?
Jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang, dan batu.
Aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin.
Aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah,
tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku
ke dalam bahasa abu.
Tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam.

Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu.
Tolong ciptakan makna bagiku,
apa saja — aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba."

- Sapardi Djoko Damono

- Sapardi Djoko Damono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ooo0ooo-

"Aku rasa 2 minggu sudah cukup untuk mereka bisa saling mengenal satu sama lain."

"Tapi bukankah mereka sudah saling mengenal, tidak perlu lama-lama lagi."

"Tapi-"

"Sudahlah, mulai 2 minggu dari sekarang mereka akan melangsungkan pertunangan."

Lelaki setengah baya tersebut terlihat menghela nafas berat. Sorot matanya terlihat gelisah, namun disatu sisi hatinya tidak bisa menampik bahwa dirinya juga senang dengan kerjasama yang ditawarkan dari pihak rekannya yang mana merupakan salah satu perusahaan paling berpengaruh yang ada di negara ini.

Ayah Arsenio memandang pria yang berusia sama seperti dirinya yang kini tengah mengulurkan tangan dihadapannya. Sekali lagi, pria itu menghela nafas berat. Bagaimana jika, Arsenio mengetahui hal ini. Dirinya tidak siap jika saja Arsenio akan berbuat sesuatu yang dapat membahayakan bagi semua pihak. Arsenio adalah putranya, darah dagingnya. Darah pemberontak mengalir deras dalam dirinya.

"Deal?"

Ayah Arsenio melirik sekilas uluran tangan tersebut. Tangannya yang terkepal bahkan terasa basah. Hingga setelah beberapa kali mencoba untuk meyakinkan dirinya. Satu kata yang mungkin akan menjadi awal dari semua permasalahan ini akan dimulai.

"Deal."

Terlihat gadis yang tengah terduduk disamping ayahnya itu terlihat menampilkan senyum bahagia yang terlihat cantik dan juga mata yang berbinar. Akhirnya, perjuangannya kali ini akam berakhir dengan cepat. Dalam hati, gadis itu sudah bersorak dengan riang dan berjanji akan membawa seluruh teman-temannya untuk merayakan kabar baik ini dengan segelas anggur bersama-sama.

"Terimakasih Ayah." bisik gadis itu pada sang Ayah yang berada tepat disampingnya.

"Apapun untuk anak gadis Ayah."

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang