7# Bersama Hujan

174 29 25
                                    

-ooo0ooo-

Dalam Diriku

"Dalam diriku mengalir sungai panjang
Darah namanya;
Dalam diriku menggenang telaga darah
Sukma namanya;
Dalam diriku meriak gelombang sukma
Hidup namanya!
Dan karena hidup itu indah
Aku menangis sepuas-puasnya."

- Sapardi Djoko Damono

- Sapardi Djoko Damono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ooo0ooo-

Malam harinya dimana hujan tengah turun dengan derasnya, Embun sendiri tengah memasak untuk makan malam. Gadis itu tidak sendiri, melainkan terdapat seorang lelaki yang tengah terduduk di kursi pantry dimana lelaki tersebut tengah fokus menatap Embun yang tengah memasak. Arsenio, lelaki itu nampak mengikuti setiap gerakan demi gerak ketika dengan cekatan Embun memasak disana.

Perlahan Arsenio tersenyum tipis melihat bagaimana Embun dengan lihai memasak makanannya. Ah Arsenio jadi membayangkan bagaimana rasanya jika setiap hari dirinya memakan masakan gadis tersebut. Tidak, bukan masakannya saja namun juga setiap makan ditemani oleh gadis cantik itu. Arsenio memilih menggelengkan kepala dan terkekeh pelan, kekehan tersebut mengundang Embun menengok padanya.

"Apa yang kau tertawakan?"

Embun bertanya dengan masih fokus pada masakannya, harum masakan tersebut sudah tercium hingga hidung Arsenio. Abian yang memang juga berada di rumah gadis itu, dan kalian tau apa yang sedari tadi dilakukannya? Lelaki tersebut bermain Pou di handphone nya. Mencium aroma masakan yang sudah matang, Abian segera menuju ke arah dapur dan melihat Embun tengah memindahkan masakannya ke piring.

"Tidak, kau lucu."

Jawaban Arsenio membuat Embun mengerutkan keningnya dan menggeleng pelan. Abian juga memilih duduk di samping Arsenio, sementara Embun masih sibuk menata piring-piring tersebut di meja makan.

"Apanya yang lucu?"

"Cara memasakmu, sungguh lucu. Aku suka."

"Hey bro, kau tak berniat menggodanya kan?"

Tiba-tiba saja Abian menyambar perkataan Arsenio. Abian tiba-tiba merasa aneh dengan Arsenio yang berubah menjadi lelaki penggoda. Astaga Abian tidak baik berpikiran seperti itu. Dosa loh, dikutuk Tuhan nanti.

"Memang apa masalahmu jika aku menggoda Embun?"

"Tentu saja masalah!"

Abian bahkan sampai menggebrak meja saking hebohnya. Embun yang melihat itu semua rasanya seperti melihat kedua bocah sedang bertengkar, bedanya dua orang ini adalah sahabatnya sendiri. Embun juga heran mengapa hal seperti itu saja diributkan oleh kedua lelaki tampan tersebut.

Embun memilih masuk ke dalam kamarnya, mengambil jaket tipis miliknya. Cuaca cukup dingin sebab diluar hujan sangat lebat, walau tanpa petir namun tetap saja angin yang berhembus melalui ventilasi udara tetap dingin. Embun kembali duduk dihadapan kedua lelaki yang masih meributkan masalah tadi. Embun mengambilkan dua lelaki itu nasi serta lauk pauk dan sayuran yang telah ia masak.

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang