12# Sedikit Harapan

128 23 7
                                    


-ooo0ooo-

Hatiku Selembar Daun

"Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput;

Nanti dulu,
biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang,
yang selama ini senantiasa luput;

Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi."

- Sapardi Djoko Damono

-ooo0ooo-

"Dia hanya memiliki waktu 4-5 bulan dari sekarang."

Tiga laki-laki. Ya, tiga laki-laki sekaligus yang mendengar penuturan dari dokter Dian selaku pihak yang menangani Embun. Mereka sama-sama mematung ditempat, tak satupun dari mereka membuka suara setelah mendengar kalimat dari dokter dihadapan mereka kini. Dokter Dian kembali membuka lembar selanjutnya mengenai catatan medis atas nama Embun Batari. Terdengar helaan nafas pelan dari dokter setengah baya tersebut.

Sesuai apa yang dibacanya ternyata penyakit kanker ini merupakan turunan dari Ibunda Embun. 10 tahun yang lalu tepatnya, Ibunda Embun telah tiada dikarenakan penyakit kanker paru-paru yang telah mencapai stadium akhir dan lebih parahnya kanker yang diderita oleh Ibunda Embun sama sekali tidak diketahui oleh pihak keluarga. Baik suaminya, maupun anaknya sendiri Embun.

Dokter Dian melepas kacamata yang dikenakannya kemudian menunjukkan hasil dari kemoterapi gadis itu yang berlangsung beberapa saat yang lalu. Ketiga lelaki itu melihat dan membaca dengans seksama apa yang dituliskan di dalam catatan medis tersebut. Dokter Dian kembali membuka suaranya.

"Metastasis. Kankernya sudah menyebar keluar menuju organ lainnya. Harapan untuk hidup hanya 4,7 persen saja yang dia miliki sekarang. Kemoterapi pun sepertinya sudah tidak akan membantu lagi. Namun, saya masih akan terus berusaha untuk kesembuhan teman kalian. Bagaimanapun caranya akan saya usahakan. Embun, anak itu sudah saya anggap seperti anak saya sendiri. Tapi saya mohon kepada kalian, bantu saya dengan doa untuk menyembuhkan teman kalian. Tapi jika Tuhan memang berkehendak lain, yang bisa kalian lakukan adalah mengikhlaskan dan merelakan."

Rentetan kata yang diucapkan oleh dokter Dian nyatanya membuat Abian, Arsenio dan Dean seakan menulikan pendengaran mereka. Terkejut tentu saja dan yang pasti merasa sangat terpukul. 5 bulan, apa yang bisa mereka lakukan bersama dengan gadis itu hanya dengan waktu 5 bulan saja. Tidak, mereka mengharapkan waktu yang lebih lama daripada hanya sekedar 5 bulan.

"Kalau begitu kami permisi." Dean tiba-tiba saja tanpa mengatakan apapun sebelumnya sudah pamit untuk pergi keluar.

Disusul Abian yang sepertinya terlihat sangat terkejut dengan kabar itu sehingga memutuskan untuk segara keluar bahkan hingga suara decitan kursi miliknya pun terdengar begitu keras ketika dia beranjak. Tersisa Arsenio, lelaki itu hanya diam memandang kertas dihadapannya dengan tatapan kosong. Lelaki itu serasa mendapatkan ledakan yang begitu dahsyat hingga mengobrak abrik hati dan pikirannya.

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang