31# Restu kedua Orang Tua

82 24 7
                                    

-ooo0ooo-

Bayang-Bayang

Hari matahari mengikutiku di belakang. Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan. Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang, aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan.

-Sapardi Djoko Damono

-Sapardi Djoko Damono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ooo0ooo-


Embun menggelengkan kepalanya pelan, tangannya mengisyaratkan agar Abian berhenti memberinya makanan lagi. Gadis itu baru saja makan dua potong pir yang sudah dipotong kecil-kecil oleh Abian, memudahkan gadis cantik itu untuk mengunyahnya.

"Baru dua potong, lagi ya?" ujar Abian lembut yang dibalas gelengan lagi oleh Embun.

Abian menghela nafas pelan kemudian menaruh piring tersebut ke atas nakas. Tangannya bergerak mengambil segelas air putih dan membantu Embun untuk meminumnya. Embun mengucapkan terimakasih pada Abian dan kembali bersandar pada kepala ranjangnya.

"Dean masih belum keluar?" tanya Embun pada Abian dengan suara yang amat kecil.

Bahkan Abian harus memajukan tubuhnya terlebih dahulu tiap kali Embun mengatakan sesuatu. Suara Embun terdengar sangat lirih, membuatnya terkadang tidak mendengar apa yang diucapkan gadis tersebut.

"Belum, biasalah." jawab lelaki jangkung itu dengan nada malas.

Embun hanya tersenyum dan mengangguk. Dean sedang berada di kamar mandi, lelaki itu sudah tiba di Rumah Sakit sejak pukul 8 pagi tadi dan menumpang mandi di dalam ruangan Embun. Abian yang awalnya melihat Dean baru saja tiba bahkan memarahi lelaki sipit itu terlebih dahulu. Ingat bukan jika Dean mengatakan kalau dirinya akan berada di Rumah Sakit sedikit terlambat kemarin. Tapi nyatanya, lelaki itu malah datang di keesokan harinya membuat Abian mencibirnya terus-terusan.

Dean teramat syok saat Abian memberitahunya mengenai kondisi Embun kemarin melalui via telepon. Disaat yang bersamaan, Arsenio juga mengetahui kondisi gadis itu lantaran Dean menerima panggilan dari Abian ketika dirinya berada di dalam ruang rawat Arsenio. Menemani lelaki itu sembari membicarakan mengenai masalah yang kemarin.

Sekarang Dean bertambah semakin protektif terhadap Embun. Sebisa mungkin gadis itu tidak melakukan aktivitas apapun selain berbaring. Membuat Embun terkadang heran dengan sifat berlebihan Dean, namun di sisi lain gadis itu juga berterimakasih dalam hati karena Tuhan mengirimnya seorang kakak laki-laki yang begitu baik dan perhatian.

Abian sibuk memainkan game dari handphonenya, sedangkan Embun kini tengah menunggu seseorang yang sudah berjanji akan datang. Gadis cantik itu terlihat tidak sabar menunggu kehadiran orang tersebut, sudah sangat lama dirinya tidak bertemu dengan orang itu.

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang