26# Worry

107 29 13
                                    

-ooo0ooo-

Perihal Cinta

Kita akan terpisah semakin jauh namun tetap bersama-sama menghela dan menghembuskan napas. Kamu ada dalam helaan napasku, aku terdengar dalam embusan napasmu.

Mau apa kita? Ia juga pernah bilang bisa menyatukan aku dan kamu dalam setiap denyut jantungnya. Aku percaya. Kau tentu juga. Kalau jantungnya berdenyut, jantungku dan jantungmu juga berdenyut dalam irama dan ketukan yang sama.

- Sapardi Djoko Damono (SEGI TIGA)

- Sapardi Djoko Damono (SEGI TIGA)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ooo0ooo-

"LAH LYAN, LO NGAPAIN DIMARI?!"

Abian yang baru saja datang setelah membuka pintu, terkejut bukan main mendapati lelaki yang dulu hampir melecehkan sahabatnya kini berani menampakkan wajahnya lagi. Rahangnya mengeras, sontak lelaki jangkung itu menarik kerah baju Lyan dan mendekatkan wajah mereka berdua.

Lyan juga sama terkejutnya, tak menyangka jika dirinya akan bertemu Abian disini. Pria itu mengira jika Abian akan datang nanti, namun ternyata Abian kini justru sudah berada di hadapannya dengan kedua tangan yang sudah menarik kedua kerah bajunya.

"Apa yang kau lakukan disini, bedebah." desis Abian tepat di depan wajah Lyan.

Lelaki Brawijaya itu hanya menatap kedua mata Abian tenang seolah sama sekali tak terintimidasi dengan tatapan tajam yang dikeluarkan oleh adik tingkatnya tersebut. Lyan memegang kedua tangan Abian, mencoba menarik tangan lelaki itu agar melepas cengkramannya. Namun agaknya Abian justru semakin menariknya kencang bahkan hingga rambut keduanya kini bersentuhan.

"Jawab, atau gue pukul wajah bajingan lo itu."

Lyan menghela nafasnya perlahan, sembari berdecih. "Lo pikir, orang ngapain dirumah sakit. Lo bisa liat kan kalo gue disini njenguk sahabat lo." ucap lelaki super duper tampan itu dengan dua kata terakhir yang ditekankan.

"Ngapain, lo lupa sama kelakuan bejat lo dulu?"

"Gue gak lupa, gak akan lupa."

Abian tertawa sinis. "Terus, ngapain lo masih munculin wajah lo itu di depan Embun."

"Karena gue ingin."

"Abian....." suara lirih itu mengalihkan atensi keduanya.

Mata tajam Abian melirik sekilas ke arah gadis di belakang Lyan. Perlahan tatapan bak belati itu meredup, bibirnya sedikit terbuka. Cengkeraman pada kerah baju Lyan pun mengendur, Lyan menghempaskan kedua tangan itu kasar. Merapihkan bajunya yang lusuh akibat cengkeraman Abian.

Langkah kaki lelaki jangkung itu perlahan mendekat ke arah gadis cantik yang kini menunduk tengah menahan tangis. Abian berjongkok, memposisikan diri di hadapan gadis Batari tersebut. Mata nya mengarah pada rambut berserakan di lantai yang nampaknya belum dibersihkan. Kembali, lelaki itu menatap ke arah Embun yang menunduk.

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang