9# Pertemuan Kedua

158 22 14
                                    


-ooo0ooo-

Hanya

"Hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana

Hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu

Hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu."

- Sapardi Djoko Damono

- Sapardi Djoko Damono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ooo0ooo-

"Makan."

"Tidak mau, hambar."

"Kalau kau tidak makan, bagaimana bisa kau cepat sembuh. Ayo makan."

Dengan terpaksa Embun menerima suapan dari Arsenio. Sejak kemarin dan hingga dua hari telah berlalu, lelaki itu terus menemaninya. Terkadang Arsenio hanya pulang sebentar untuk sekedar mandi dan pergi bila ada telefon dari rekan kerjanya. Jangan lupakan bahwa Abian pun juga ikut menemani gadis tersebut. Lelaki itu kini sedang membeli makan untuk dirinya dan juga Arsenio di kantin rumah sakit.

Pintu ruangan Embun dibuka dan muncullah seorang lelaki tampan, menenteng kresek nasi goreng yang dibelinya tadi. Lelaki itu mengenakan kaos berwarna hitam dan celana boxer rumahan. Keduanya kemarin malam memang menginap di ruang rawat gadis tersebut. Tenang saja, ruangan Embun adalah ruang VVIP tentu saja memiliki fasilitas lengkap lainnya.

"Nasi goreng mu." Abian menyidorkan nasi goreng yang terbungkus oleh wadah styrofoam.

"Aku juga ingin nasi goreng." gadis cantik yang tengah memakan buburnya itu tiba-tiba saja menimpali perkataan lelaki tersebut.

"Kau makan saja yang itu." ucapan Arsenio membuat Embun mengerucutkan bibirnya dan mau tak mau membuat gadis itu kembali memakan bubur hambar tersebut walau menurutnya tidak enak sama sekali.

"Hari ini aku akan potong rambut."

Perkataan Embun membuat kedua lelaki yang tengah menyantap makanannya tersebut terdiam seketika. Arsenio melanjutkan makannya, sementara Abian meletakkan nasi goreng tersebut di atas meja dan berjalan ke arah gadis cantik tersebut.

"Kapan?"

"Sebentar lagi mungkin."

"Kenapa mungkin?"

"Karena aku tidak tau kapan waktu pastinya. Tapi itu hari ini."

"Seberapa pendek?" Abian kebali bertanya.

"Sebahu."

Abian menghembuskan nafas pelan dan tersenyum ke arah gadis tersebut. Lelaki itu mengelus sebentar kepala Embun dan setelahnya memilih kembali duduk di sofa menghabiskan makanannya. Arsenio tepah selesai dengan acara makannya dan kini menarik kursi di samping ranjang Embun dan duduk disana.

"Sanjiao Lian" (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang