"Memang tidak ada yang spesial. Tapi cukup untuk duniaku."
✈✈✈
Pelajaran Bahasa Indonesia hari ini, kami diharuskan berkelompok dan kelompoknya itu adalah teman sebangku dan orang di meja sebelah. Itu berarti aku berkelompok dengan Junnie dan Jeremy serta teman sebangku Jeremy yaitu Don yang merupakan maniak serial Netflix. Sebenarnya itu hanya alibi Don untuk menutupi kecanduan film pornonya. Dia mengatakan kalau dia mulai melakukan perbaikan diri dengan menonton serial-serial Netflix yang terdengar lebih sopan.
Entahlah. Lagipula itu tidak penting. Yang pasti, kelompok ini cukup menarik bagiku bukan karena mereka duduk di dekatku melainkan kemampuan masing-masing bisa berkontribusi untuk tugas Bahasa yang kerap kali abstrak.
"Selesai." Bu Dwi menuliskan tugas yang harus kami berempat selesaikan. "Buat laporan jurnal tentang hal-hal menarik di kota kecil kita tercinta ini."
Semua orang mendengus dan protes karena orang-orang seperti mereka menganggap kota ini membosankan. Kota ini memang terbilang tak besar tapi juga tak dapat dibilang kecil meski tidak ada pencakar langit sama sekali. Sekolah kami ada di dekat pusat kota. Ke utara di arah rumahku, melewati kota dan memasuki perkomplekan di pinggiran kota, rumahku ada di sana. Sedangkan ke selatan sekolah, melewati titik pusat kota dan menuju rumah Emily yang berada jauh di luar perbatasan kota.
Memang tidak ada yang spesial, tapi cukup untuk duniaku.
"Kalian dapat mengulas tentang kebudayaan, daya tarik, atau kasus yang sedang marak di kota ini," tambah Bu Dwi dan itu membuat kami semua, termasuk aku, menghela napas berat.
"Bagaimana tentang anak dari SMA Negeri elite di kota kita yang memenangkan olimpiade robotik nasional dan dikirim ke Iran serta berkesempatan mengunjungi kantor NASA?" Serobot Jeremy dengan begitu cepat dan mendominasi. Ketiga dari kami hanya bisa berkedip beberapa kali.
"Itu tidak mencerminkan identitas Kota ini. Dan itu bukan sebuah kasus yang marak." Aku menjelaskan dengan tenang.
"Ya, lagipula kita butuh semua orang di kota untuk memenangkan lomba robotik agar kota ini memiliki identitas sebagai kota pemenang robot." Junnie turut menimpali dan itu membuat semua orang menatapnya intens.
"B-bagaimana dengan pemerkosaan?" Don menyarankan hal yang mengerikan.
"Bagaimana tentang kasus bunuh diri? Sekarang sedang marak-maraknya kasus bunuh diri, bahkan beberapa minggu lalu ada yang bunuh diri di wilayah ini." Junnie turut menyertakan suara.
"Terlalu klise," bantah Don. "Bagaimana tentang pelecehan dan pencabulan yang akhir-akhir ini menimpa anak-anak?"
"Bisa tidak jangan mengangkat kasus yang seperti itu? Itu mengerikan." Dengan tegas aku memprotes hal yang membuatku merinding itu.
"Jadi bunuh diri tidak mengerikan? Tidak ada kasus yang tidak mengerikan." Laki-laki itu memperkuat argumennya.
"Kenapa tidak bahas tentang kebudayaan atau bangunan ikonik?"
"Hal-hal seperti itu pasti sudah diambil kelompok lain." Kini Jeremy kembali menimpali. "Kalau kalian mau, kita bisa mengangkat tentang perkembangan sanitasi dan agronomi yang sudah mulai di terapkan di kabupaten-kabupaten—"
"Bahasan yang teralalu berat, Jeremy." Aku dapat merasakan bagaimana kepala Junnie dan Don yang berputar akibat kalimat Jeremy.
"Aku punya ide untuk mengangkat bullying."
"Bagaimana dengan pelecehan di transportasi umum?"
Merasa kepalaku ikut berputar hebat, aku memilih untuk melarikan diri dengan izin ke toilet sebentar. Sebentar di sini maksudnya sampai jam pelajaran ini berakhir.
![](https://img.wattpad.com/cover/218115154-288-k400598.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Emily's Clue [TAMAT]
Teen Fiction🏅Runner Up Shana Writing Comp 2021 Kategori Secret 🏅3rd Place ODOC The WWG 2020 Ketika kehilangan sang Kakak, Emily, akibat perceraian orang tua, hidup Cheryl serasa berhenti sepihak. Tak ada perkembangan dalam dirinya. Dia seperti gadis mati yang...