"23in 3195?"
"Menurut lo, itu apa?"
"Kode."
"Yaiya gue tau itu kode, maksud gue, artinya."
"Oalah, yang jelas dong makanya."
"Lo-nya aja yang ngga paham."
Jihyo mendengus, netranya melirik kearah sekitar. Masih belum banyak siswa yang datang. Hanya ada beberapa yang sedang sarapan di kantin.
"Sepi amat sekolah ya?"
"Iyalah sepi. Ini baru jam 6. Rajin banget lo ngajakin gue berangkat pagi."
Jeongyeon menggerutu. Jihyo bahkan sudah menjemputnya pukul setengah 6 tadi. Luar biasa bukan? Untuk apa pula Jihyo berangkat sepagi ini ke sekolah?
"Kan udah gue bilang, tuh dedemit pasti berangkatnya duluin satpam. Dia udah disini."
"Sok tau lo."
"Beneran. Masa-"
Ucapan Jihyo terputus ketika netranya melihat seseorang berpakaian serba hitam melewati koridor, lalu berbelok dan menghilang dibalik tembok.
"Jeong."
"Apaan?" Jawab Jeongyeon malas.
"Itu tadi, gue liat ada orang pake baju item-item lewat di koridor itu. Terus belok dan-,"
"Dan?"
"Hilang."
"Tunggu apa lagi? KEJAR SEKARANG AYO."
"Halo, apa kabar?"
Gadis itu menoleh. Tatapan nya jelas menunjukkan sebuah keterkejutan. Apalagi, bukan hanya satu orang yang datang menghampirinya, melainkan 4. Dengan pakaian serba hitam, serta topi dan masker yang menutupi wajahnya. Salah satu dari mereka mengenakan seragam sekolahnya.
Siswa sini, huh?
"Siapa lo?"
"Gue? Masa lo ngga kenal sih, Kim Jisoo?"
Jisoo menyipitkan kedua matanya. Berusaha meneliti wajah dibalik masker dan topi itu. Tatapan nya terjatuh kearah sesuatu yang tergantung di resleting tas gadis itu.
"Lo-?"
"Kenapa? Kaget?"
Gadis itu menyeringai, lantas menarik sebuah kursi yang berada di dekatnya. Menatap Jisoo dari atas hingga bawah, lalu menggeleng pelan.
"Lo cantik, sih. Tapi gue benci sama lo."
Jisoo tertawa remeh. "Lo pikir gue peduli? Gue ngga punya urusan apa-apa sama lo."
"Oh, ya? Kita emang ngga punya urusan apa-apa, sih. Tapi kelakuan lo dulu, ngga bisa gue maafin."
"Kelakuan yang mana?"
"Ck, gue lupa. Kelakuan lo semuanya kan buruk, ngga ada baik-baiknya."
"Apaan sih, lo?! Udahlah. Gue mau keluar."
Jisoo hendak keluar dari dalam ruangan super besar itu, tapi tidak bisa. Seseorang mencegahnya, dan kembali menarik tubuhnya ke tempat semula.
"Ah!" Erangnya ketika Ia dipaksa untuk berlutut di depan gadis itu, yang kini sedang duduk dengan santai.
"Gue ngga nerima toleransi sebenernya, tapi karena lo spesial, jadi apa ada pesan terakhir?"
"Pesan terakhir? Apa maksud lo?"

KAMU SEDANG MEMBACA
CODE |Part 0.2 - ~|
Fanfiction"Lo... Itu lo kan yang seret kita ke dalam kode-kode ngga jelas ini?" Available for part 0.2 until the end. Part 0.0 and 0.1 you can read on account @smilnw_