Note : aku ingetin sekali lagi ya, kalian harus siap. Ini panjang banget, sama kaya yang kemaren. Okeeeiiiii?
Nayeon menatap kearah kamar Sana melalui jendela kamarnya. Gelap dan tidak berpenghuni.
Ya. Rumah mereka sebelahan, kamar mereka juga sebelahan, bahkan jendelanya pun berada di sisi yang sama. Nayeon sering berteriak memanggil nama Sana ketika membutuhkan sesuatu, tapi tidak mau repot-repot mendatangi rumah gadis itu.
"SANAAAAA. MATEMATIKA HALAMAN 121 YANG BAGIAN II."
BUK.
"MAKASIH. GUE PINJEM YA BUKUNYA."
"TUKERAN SAMA FISIKA."
"HAH?! BELOM LAH GUE. MINTA KE MINA AJA."
"NGGA GUNA LO."
"HAHAHAHA."
Hela napas panjang keluar dari mulut Nayeon. Diikuti oleh 6 orang gadis yang lainnya. Mereka ber-6 memang sedang berkumpul di rumah Nayeon. Sudah sejam yang lalu, dan yang mereka lakukan hanya diam. Baik Nayeon maupun Dahyun, yang tahu seluk-beluk kejadian kemarin, masih enggan membuka mulut. Lingkar hitam jelas terlihat, bibir yang kering, dan wajah yang pucat.
Terpukul? Jelas. Memangnya siapa yang tidak merasa sedih ketika kehilangan dua orang sahabat sekaligus? Dengan cara yang tidak biasa pula.
Ditembak karena melindungi adiknya, dan menembak diri sendiri untuk menyusul sang kakak. Dimana kalian bisa menemukan hubungan seperti ini?
Cuma di cerita. Alias fiksi. Lebih benar lagi, jarang. ;)
"Nay....."
Jeongyeon menyentuh pundak Nayeon pelan.
"Hm?"
"Ikhlasin, ya?"
Nayeon menunduk. "Mana bisa, Jeong? Mereka meninggal di depan mata gue. Karena sebab yang sama. Dua-duanya. Lo pikir gue bisa ikhlasin mereka gitu aja?"
"Ini juga berat buat kita, Nay." Sahut Jihyo.
"Mereka juga sahabat kita." Imbuh Chaeyoung.
"Kalo lo nganggep mereka sahabat lo, terus kenapa kemarin lo bawa saudara lo itu?" Tanya Dahyun, ketus.
"Gue-"
"Gue tau lo mau nangkep Mina, tapi ngga gini juga. Gue tau lo mau Mina tanggung jawab sama perbuatannya, tapi ngga dengan cara kaya gini. Kita bisa. Kita bisa selesein semuanya tanpa polisi."
"Ngga mungkin!" Balas Tzuyu. "Kemarin ada polisi aja dia masih nekat mau bunuh Nayeon, gimana kalo polisi ngga dateng?"
Nayeon mendelik tajam. "Asal lo tau, mau lo kumpulin semua orang-orang hebat di seluruh dunia sekalipun, mereka ngga bakalan bisa buat Mina berhenti. Cuma Sana. Cuma Sana yang bisa berhentiin Mina. Cuma dia!"
"Bohong...." Lirih Momo. "Kemarin dia disana, tapi apa?"
"Kalian ngancurin semuanya. Gue tau, Mina mungkin tetep pada pendiriannya. Yaitu, bunuh Nayeon. Tapi apa lo tau? Apa kalian semua tau? Sana punya cara tersendiri untuk itu. Dan kalian-, kalian dengan seenaknya bawa polisi? Gue paham! Tapi andai aja mereka ngga ada, pistol sialan itu ngga ada, Sana sama Mina pasti masih hidup."
"Dengan Nayeon yang mati?" Tanya Tzuyu tajam.
"Gue ngga bakal mati. Dahyun sama Sana ada dipihak gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
CODE |Part 0.2 - ~|
Fanfic"Lo... Itu lo kan yang seret kita ke dalam kode-kode ngga jelas ini?" Available for part 0.2 until the end. Part 0.0 and 0.1 you can read on account @smilnw_