1.8

365 79 14
                                    

Nayeon berdiri kaku di depan pintu, pipi bagian dalamnya Ia gigit kuat-kuat. Jantungnya bergemuruh takut. Tinggal selangkah lagi Ia keluar dari dalam kelas, tapi Nayeon memilih untuk memutar kembali tubuhnya. Menutup pintu ruang kelas mereka dengan kencang, membuat Jeongyeon yang kebetulan berdiri di belakangnya terperanjat kaget.

"Kenapa, Nay? Kok ditutup?"

Oke, bagus. Tinggal mereka bersembilan disini.

"Lo ngga mau jelasin sesuatu ke gue? Ke kita semua?"

Jeongyeon mengernyit bingung. "Jelasin? Jelasin apa?"

Sana diam-diam mengepalkan kedua tangannya, Ia melirik kearah Mina dengan tajam. Sedangkan yang dilirik hanya menampilkan ekspresi tidak peduli.

"Kemarin. Pulang sekolah. Di lapangan indoor."

Nayeon mengatakannya dengan penuh penekanan. Ia sudah tidak peduli lagi. Tidak memperhatikan ekspresi kebingungan milik teman-temannya kecuali Sana dan Mina. Sudah cukup Nayeon merasa ketakutan semalaman suntuk karena Jeongyeon.

"A-apa?" Kaget Jeongyeon. Tatapannya langsung melirik kearah salah satu temannya.

"Ada apa, sih? Emangnya kemarin pulang sekolah di lapangan indoor ada apa?" Celetuk Dahyun penasaran.

"Lapangan indoor?" Gumam Tzuyu.

"Bukannya Namjoon ditemuin di lapangan indoor ya?" Imbuh Momo.

"Jangan-jangan....." Sahut Jihyo dan Chaeyoung secara bersamaan.

"Yap." Ucap Nayeon. "Kemarin, gue ngikutin lo, dan tebak apa yang gue liat. Lo lagi mukulin kepala Namjoon pake palu. Wow, are you kidding me? You're such a bad pshyco!"

Jeongyeon terbelalak tidak percaya. Apa ini? Kenapa Nayeon bisa mengetahui kejadian kemarin? Apakah Ia dijebak? Apa peneror itu sengaja memancing Nayeon supaya gadis itu salah paham seperti ini?

Wah. Jeongyeon tidak bisa berkata-kata. Ia tidak mungkin mengatakan siapa pelaku sebenarnya, bisa-bisa setelah ini Ia hanya tinggal nama.

"Jeongyeon?! Lo serius? Jadi selama ini peneror itu, LO?!"

Chaeyoung langsung berjalan menghampiri Jeongyeon. Menarik tas punggungnya secara kasar.

"Engga, dengerin gue dulu." Ucap Jeongyeon.

"Jelasin. Sekarang." Tandas Jihyo.

Jeongyeon menatap sekali lagi kearah gadis itu sebelum akhirnya menghela napas kasar.

"Oke, yang Nayeon liat kemarin itu emang bener. Gue yang bunuh Namjoon, TAPI-"

Mereka hendak memotong ucapan Jeongyeon sesaat setelah mendengar pengakuan dari mulut gadis itu, tapi Jeongyeon lebih dahulu menginterupsi mereka. Bagaimanapun, Ia harus menjelaskan semuanya.

"Bukan gue pelaku sebenarnya."

"Maksud lo?" Tanya Momo bingung.

"Gue emang bunuh Namjoon, tapi semata-mata ya cuma karena gue pengen dia mati. Ngga lebih. Awalnya gue nyuruh peneror itu, tapi dia nolak. Katanya dia bukan orang yang ingkar janji, malahan dia yang nyuruh gue buat bunuh Namjoon. Kalian sendiri tau gimana bencinya gue sama Namjoon." Jelas Jeongyeon. "Hampir sama kaya Nayeon, waktu Jennie ngga jadi mati karena kode kalian berhasil terpecahkan, lo minta peneror itu buat tetep bunuh dia kan? Bedanya, lo ngga cukup berani buat lakuin itu. Sedangkan gue? Gue lebih milih beraniin diri gue buat bunuh dia. Gue emang kejam, tapi bukan gue dalang utamanya disini. Gue emang bunuh orang, tapi gue bukan pshyco."

Nayeon tercengang mendengar penjelasan itu, bahkan semuanya pun sama. Tidak tahu harus berkata dan memberikan respon seperti apa. Semuanya terlalu mengejutkan.

CODE |Part 0.2 - ~|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang