"WOY JISOO WOY, JISOOOO!"
"UDAH TAU!"
"BERISIK BANGET LO!"
"Yah, kok udah tau, sih?"
Bahu Dahyun melemas. Padahal dalam pikirannya, mereka masih belum mengetahui apa yang telah terjadi pagi tadi.
"Lo telat ege. Itu berita udah nyebar ke seluruh penjuru sekolah."
"Hooh. Di JYP's headline juga udah ada, kok."
"Emang iya?"
"IYA."
"NGGA USAH NGE-GAS DONG. BIASA AJA!"
Jihyo langsung menutup mulut Nayeon sebelum gadis itu menjawab ucapan Dahyun dengan sebuah teriakan. Bisa-bisa, gendang telinga mereka semua pecah akibat suara Nayeon.
Yah, meski harus diakui, suara Jihyo lebih keras dibandingkan dengan milik Nayeon.
"By the way anyway busway, itu mayatnya udah dibawa pergi belum?"
Momo bertanya sembari mengunyah keripik kentang. Ia sudah membiasakan diri terhadap kejadian seperti ini. Ibaratnya, Momo sudah menganggap kalau Ia hidup di jaman dimana pembunuhan itu dianggap biasa.
Terlalu lelah merasa takut, menjadikan Momo bersikap biasa saja dan cenderung tidak peduli. Atau malah menikmati? Entahlah.
"Udah dibawa itu barusan. Makanya gue heboh. Secara dari pagi, gue ada di ruang musik." Jawab Dahyun. "Mana tau gue kalo berita ini ternyata udah kesebar duluan?"
"Lagian lo pagi-pagi ngapain sih di ruang musik? Demen banget kesana pagi buta, mana lama banget lagi."
"Kenapa? Iri lo, karena gue bisa bolos pelajaran, lo engga?"
"Ih, kok bener?"
"Emang ya, Chaeyoung tuh aneh banget."
"Makasih."
Tzuyu memutar bola matanya malas. "Itu, Jisoo gimana? Sehat?"
"SEHAT?!"
"LO-, daritadi ngga dengerin kita ngobrol apa?"
"Dia jelas mati, Tzu. MATIIIII."
"Iya gue tau. Maksud gue tuh, fisiknya."
Jeongyeon mendengus. "Yang jelas dong. Yaaa, gitu deh. Denger-denger dadanya ditusuk gitu. Terus ada luka sayatan di lehernya."
"Wow. Abis nusuk jantung langsung lari ke leher ya. Hebat bener."
"Iya."
"Eh, tapi. Tadi tuh, gue kan berangkat pagi banget sama Jeongyeon. Gue liat ada orang pake baju item-item gitu. Kaya mau ngelayat, eh pas kita kejar orangnya udah ngilang. Ngga tau kemana. Padahal kita udah hampir muterin sekolah, loh."
Jeongyeon mengangguk mantap. "Yoi, bener banget. Ilang gitu aja. Curiga gue dia pake jurus teleportasi."
"Pinter banget emang tuh pembunuh. Bukan kaleng-kaleng."
Pembicaraan mereka tentang pembunuh dan Jisoo terhenti sampai disitu. Chaeyoung mengetukkan jarinya ke meja dengan bosan. Netranya menatap sekeliling, semua orang masih saja sibuk membicarakan Jisoo dan korban sebelum-sebelumnya.
"Loh? Sana mana?"
Satu pertanyaan muncul di bibir Chaeyoung ketika menyadari kalau salah satu temannya itu tidak ada.
"Lah iya. Tuh anak kemana? Dari pagi juga ngga keliatan." Imbuh Momo.
"Baru sadar gue, dia ngga ada."

KAMU SEDANG MEMBACA
CODE |Part 0.2 - ~|
Fanfiction"Lo... Itu lo kan yang seret kita ke dalam kode-kode ngga jelas ini?" Available for part 0.2 until the end. Part 0.0 and 0.1 you can read on account @smilnw_