0.4

509 78 30
                                    

"EHHHHHH, ADA BERITA BAGUS!"

Momo mendengus sebal ketika donat yang hendak Ia masukkan ke dalam mulutnya malah terjatuh karena ulah Nayeon. Jika biasanya Jihyo yang berteriak tidak jelas, maka kali ini adalah Nayeon. Di jam-jam seperti ini, mereka sedang malas-malasnya belajar dan memilih untuk bolos ke kantin sekolah. Semuanya. Tanpa terkecuali. Untung saja sekolah ini milik orang tua Mina, jadi mereka tidak akan mendapat hukuman serius.

"BISA NYANTAI NGGA? BUDEK GUE DENGER SUARA LO."

"LO JUGA SAMA! NGAPAIN TERIAK-TERIAK?"

"LO JUGA."

"LO."

"LO."

"BERHENTI NGGA?"

"LO DULUAN."

"ENGGA. LO DULUAN."

"LO."

"L-"

"BISA DIEM NGGA KALIAN BERDUA?! MAU GUE KUNCIR MULUTNYA, HAH?! MAU?!"

Sontak perdebatan antara Momo dan Nayeon terhenti karena teriakan tak kalah keras dari Jihyo. Jangan salah. Begitu-begitu, Jihyo selalu menepati semua ucapannya.

Mending diem, daripada bibir sexy gue dikuncir pake karet harga 500 dapet 2.

"Huh. Diancem aja baru diem." Gerutu Jihyo sebal. "Jadi, kenapa lo teriak-teriak, Im Nayeon?"

Nayeon yang semula masih berdiri, langsung mendudukkan badannya diantara Jihyo dan Sana. Matanya nampak berbinar. Sepertinya, Ia membawa berita penting.

"Gue denger tadi dari Sowon, hasil otopsi Yerin udah keluar."

"Serius?!" Pekik Jeongyeon tidak percaya.

Nayeon mengangguk. "Serius."

"Gimana? Gimana? Hasilnya apa?"

Semua pasang mata kini beralih menatap Nayeon, bahkan Momo sampai meletakkan sendoknya demi mendengar penjelasan dari temannya itu.

"Ecieee, gitu banget ngeliatin guenya. Iya, gue tau. Gue emang cantik."

Nayeon dengan seenak jidatnya malah mengucapkan kalimat tidak jelas. Tentu saja, Sana yang kebetulan berada di sebelahnya menepuk punggungnya dengan keras.

Plak!

"Serius nggak lo? Mau, muka lo gue amplas sampai datar?" Ancam Sana.

"Ck. Iya-iya maaf." Ucap Nayeon. Ngeri dengan ancaman Sana. "Jadi, tadi Sowon bilang hasil otopsi Yerin itu nunjukin kalo dia meninggal gara-gara kehabisan nafas. Dan itu disebabin sama tali yang menjerat lehernya dengan kuat."

"Loh? Berarti dia pure bunuh diri dong?"

"Dia ngga dibunuh?"

"Terus kalo dia emang ngga bunuh diri, surprise yang dimaksud apa, dong?"

"Mungkin hal yang lebih besar?"

"Contohnya?"

"Ya gue juga ngga tau. Lagian nih ya, kemaren waktu gue liat badan Yerin masih ngegantung di dalem toilet, gue liat di lehernya ada luka kecil gitu. Emang sih, ngga terlalu ketara dan mungkin ngga berarti apa-apa. Tapi pernah ngga sih kalian mikir kalo luka ini, bisa jadi salah satu petunjuk yang peneror itu kasih buat kita?"

Mendengar penjelasan masuk akal keluar dari mulut Sana membuat Jeongyeon berpikir dengan keras. Biasanya memang peneror ataupun pembunuh pasti akan meninggalkan bukti, walaupun bukti itu sangat kecil. Entah bukti di tempat ataupun bukti pada tubuh korban. Seperti itulah mereka bekerja.

CODE |Part 0.2 - ~|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang