VOLUME 1. Kasus 502 - Mayat Beku
___________Babak 9.
"Ketika Tuan Lu pertama kali dikirim, kau melakukan tes darah untuknya. Apa kau tahu dia telah menggunakan narkoba?"
___________Pada pukul sembilan pagi, di sisi jalan dengan deretan pepohonan depan sanatorium swasta, sebuah mobil perak berhenti tiba-tiba.
"Masih ada setengah jam." Yang Mei menoleh dan bertanya, "Apa mau aku temani?"
"Tidak, ini hanya janji pemeriksaan ulang. Aku tidak cacat." Jiang Ting membuka sabuk pengamannya, dan keluar dari pintu mobil. "Kau sibuk, pergilah."
Yang Mei segera menurunkan kaca jendela mobil. "Kalau begitu, setelah nanti selesai, tunggu aku menjemputmu!"
Jiang Ting berjalan ke gerbang sanatorium, dan melambaikan tangan, tanpa menoleh ke belakang.
Riasan bunga persik* yang dipoles Yang Mei, secara khusus untuk hari ini, sia-sia. Dia menghela napas frustasi, dan kembali melanjutkan perjalanannya yang jauh. Dia tidak menyadari, di kaca spion, terlihat Phaeton hitam terparkir diam-diam, menggantikan posisinya.
________
Sejenis riasan untuk mata, semacam eyeliner atau eyeshadow, entahlah
Well, I'm not good for make up/ cosmetic term T_T
________Yan Xie berada di jok pengemudi, mematikan puntung rokoknya, seraya melihat mobil Yang Mei menghilang, berbaur dengan keramaian lalu lintas, dan berbelok ke gedung sanatorium di seberang jalan.
"Ini bubur dan laukmu!"
Tidak banyak orang di kantin bagian rawat inap, yang berada di lantai bawah. Tiang Jing duduk di pojok, melihat sekilas arlojinya, lalu membuka bungkus sumpit sekali pakai di hadapannya.
Di tahun-tahun awanya menjadi polisi, Jiang Ting biasa menangani kasus siang dan malam. Sehingga, terbiasa makan hanya pada saat merasa sangat lapar, hingga pencernaannya terganggu. Mungkin memang benar, saat mencapai usia tertentu, seseorang yang biasanya, tidak terlalu mempedulikan kesehatan tubuh, pada saat muda, harus membayar konsekuensi dua kali lipat saat beranjak tua. Akhirnya, dia tidak berani untuk menyepelekan waktu makan yang teratur, dan memaksa dirinya untuk terbiasa sarapan.
Ponselnya bergetar di meja. WeChat dari Yang Mei, "Apa kau sudah sarapan?"
Jiang Ting mengetik kata 'ya.' Saat menekan tombol kirim, dia tiba-tiba, seperti telah menangkap sesuatu dalam penglihatannya, dan melihat ke atas.
Tidak jauh dari ujung kantin, seseorang menatapnya, dan tidak sempat untuk mengalihkan pandangan. Seorang pria mengenakan kaos putih lengan pendek, dan topi bisbol hitam, usianya sekitar empat puluh tahun. Badannya kekar, dengan otot yang tampak jelas di bahunya yang lebar. Ujung topinya sangat rendah, sehingga wajahnya tidak dapat terlihat dari jauh. Mata mereka sempat berpapasan sesaat. Pria itu lalu menundukkan kepala dengan santai, dan tetap melanjutkan sarapannya. Dia membalik halaman koran, seakan itu tidak disengaja.
Jiang Ting sedikit terkesiap. Kemudian, dia menyapu pandangannya ke seluruh kantin dengan ekspresi datar. Beberapa menit kemudian, dia menggeser bubur, yang baru setengahnya dimakan, dan lauk yang hampir tak disentuh sama sekali. Dia berdiri untuk membayar, dan pergi.
•••
"Sebelum koma, kondisi ototmu sudah cukup baik. Bahkan, saat berada di tempat tidur selama tiga tahun, tidak sepenuhnya mengalami penurunan. Tekanan darah, cukup normal. Apa kau mengalami pusing, nyeri punggung bagian bawah, atau bagian tubuh lain, setelah keluar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] - Breaking Through The Clouds 破云 (terj. Indonesia)
AcciónNovel Breaking Through The Clouds 破云 by 淮上 (terj. Indonesia) by. Huai Shang ---------- Not my own story 155 Chap + 2 Ekstra Note. Found this novel after read the manhua, sepertinya bagus. Lolol. P.S. Karena banyak istilah kepolisian yang saya kurang...