[VOL 1. Kasus 502 - Mayat Beku] Babak ● 17

43 8 0
                                    

VOLUME 1. Kasus 502 - Mayat Beku

___________

Babak 17.

Will you still love me when I'm no longer beautiful

___________

"—Jangan bergerak."

Sama seperti ucapan Alibaba saat mengucapkan 'buka pintu' pada mulut goa, Jiang Ting langsung tidak bergerak, begitu perintah diberikan.

Bahkan pikirannya pun seolah membeku, kosong untuk sesaat.

—Kemudian, pagar besi pinggiran atap roboh. Yan Xie terjun bebas dari lantai enam!

"...!"

Semua terjadi dalam sekejap mata. Saat kehilangan keseimbangan, A Jie segera mengulurkan tangan, meraih bagian atas pagar. Dia sempat meluncur ke bawah, tapi kemudian mengangkat dirinya sekuat tenaga. Sedangkan Yan Xie yang penglihatannya masih buram, terjatuh.

Katanya, seseorang secara tidak sadar akan melihat semua kenangan paling berharganya selama hidup, sesaat sebelum kematian. Tapi, saat itu, otak Yan Xie kosong, dia tidak melihat apa pun, dan punya waktu untuk memikirkan apapun.

Begitu terjatuh, secara insting, tangan Yan Xie berusaha meraih apapun yang bisa diraihnya. Ujung jari kanannya sempat berhasil mengait tepi dinding beton, tapi tidak cukup kuat untuk menopang seluruh berat badannya sama sekali. Dia hanya bisa memperlambat kecepatan jatuhnya saja. Dalam sekejap, tangan kanannya meraih pegangan pagar yang miring, klang!

Atap dari bangunan enam lantai, dengan ketinggian hampir dua puluh meter dari permukaan tanah.

Pagar besi berongga itu menghantam lantai beton, hingga bengkok dengan kemiringan yang sangat berbahaya. Hanya dengan satu tangan, Yan Xie mencengkeramnya dengan erat, menggantung di udara.

Jeritan Yan Xie seakan tersangkut di tenggorokan. Semua pori-pori di sekujur tubuhnya terbuka, dan keringat dingin mengucur. Pada saat ini, dia akhirnya tahu, bahwa keringat dingin bukan hanya sekedar istilah.

"Berengsek..."

Semua emosi yang meluap karena berada di ambang kematian, terangkum dalam umpatannya. Tangan Yan Xie yang satunya, masih terus meraba-raba, dan akhirnya, berhasil meraih pagar. Saat dia hendak mencoba untuk menarik dirinya, tiba-tiba, rasa sakit yang tajam, menjalar ke sepuluh jarinya, dan hampir membuat pegangannya terlepas—

Seseorang sedang menginjak jarinya agar tewas terjatuh!

Pembunuh itu!

"Aku sudah tidak melihatmu selama beberapa tahun, bagaimana kabarmu?"

Jiang Ting berdiri membeku, tetap di tempatnya. Moncong pistol yang menekan belakang kepalanya, bergeser perlahan ke telinga. Digerakkan setengah lingkaran di sepanjang daun telinga, sebelum digeser kembali mengikuti lekuk wajahnya, ke rahang, lalu ke pipi, seperti belaian seorang kekasih. Hingga akhirnya, berhenti di pelipis.

Suara itu mendekat, dan berbisik di telinganya, "Apa kau takut mati?"

Pelipis Jiang Ting dipenuhi keringat, yang mengalir ke pipi dan dagunya.

Suara jahat dan mempesona itu melanjutkan, "Apa kau takut polisi itu akan mati?"

Tidak jauh dari tepi atap, A Jie menginjak jari Yan Xie, yang kemudian berhenti, menjauh. Dia tampak mencari sesuatu. Akhirnya, membungkuk untuk mengambil batu yang tajam.

[BL] - Breaking Through The Clouds 破云 (terj. Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang