Yak saingan dah lo berdua kalo teriak-teriak, Araki dan Mafu.
"Bang, minta duit. Gue belum makan seminggu nih, duit gue abis," bisik gue.
"Lo kalo mau boong yang pinter dikit bisa nggak sih? Kalo lo ngga makan seminggu pas—"
"Ih, coba pegang Sor. Kayak beneran," kata Mafu yang tiba-tiba ada di dalam ruangan Araki tadi.
"WOEY!! Jangan sentuh itu! Karya gue yang suci nanti ternodai!" Araki mengusir bocil itu.
"Ngapain sih bang? Ni ruangan apaan dah?"
"Ni tempat terbaik buat gue mengasingkan diri dari fananya dunia."
Hiyasalam, bahasa lo keren bang.
"Ternyata mereka ni, kawaii ya," kata Araki.
Bang, lo nggak ketularan si jerapah pedo itu kan?
"Aahh Mafu-chan!! Masih disini ya kamu," tiba-tiba Luz datang trus meluk Mafu.
Panjang umur lo, Luz. Baru aja gue ngebatin.
"Andai gue bisa punya satu yang kayak Mafu," kata Luz.
Mafu langsung berlari meluk kaki gue.
"Ha? Lo mau ? Bawa aja Luz. Sama Soraru juga sekalian, lo kan orang kaya jad-"
"Gue nggak mau Soraru. Lo tau? Kemarin si Soraru pipis di kamar gue, tau nggak? Langsung gue renovasi tu kamar."
Segitunya banget lo ya, orang kaya mah bebas. Tapi ya sih, heran juga gue nih sama Soraru. Udah pake pempers masih aja bocor. Gue ganti aja ntar lah biar ni bocah pake charm. Anti bocor.
"No ngompolan, no life," celetuk Soraru.
*****
Akhir-akhir ni cuaca panas banget. Pasti karena Matahari yang udah buka cabang dimana-mana. Rasanya gue kena imigrasi-
Bukan. Dehidrogen-
Hidrasi-
Radiasi-Apasih sebutannya. Lupa gue.
Sebelum pulang, kita berhenti di taman yang nggak terlalu jauh dari sekolahan gue.
"Eh, kita kesono dulu ya. Asli capek banget gue. Minum habis pula. Sor, minta minum lo dong."
"Jangan, air gue busuk."
BILANG AJA NGGAK BOLEH MINTA!!
Gue merebahkan badan gue di tempat perosotan. Karena cuma disini tempat yang ngga terlalu terpapar panas.
....
...WEH!!
Ketiduran gue.
Salah satu kelemahan gue nih, kalo udah dapat tempat nyaman pasti langsung tidur. Gue pernah pas main kasti disuruh jaga, sambil nunggu, gue bersandar di pohon. Ketiduran dah-
Gue menyipitkan mata ke Mafu dan Soraru.
Mereka masih asik main. Mafu mengubur badan Soraru pakai pasir sampai tinggal kelihatan kepalanya doang, trus ditaburi kembang diatasnya. Kembang pasir pula. Untung aja bukan kembang desa.
Kayaknya udah nggak terlalu panas deh,
Gue menghampiri mereka yang masih asik main-
"Weh, ayok pulang. Gue jug-"
"SAKATA!!!" Mafu berteriak,
Eh-
Tiba-tiba ada sesuatu yang menghantam kepala gue dari belakang.
Hantamannya lebih ngegas dibanding tabokan kamus bahasa alaynya Urata.
Pandangan gue tiba-tiba kabur, badan gue jadi ngga seimbang,
Gue jatuh telungkup diatas Soraru yang terkubur tadi.
Barusan ada kelapa yang jatuh diatas kepala gue ya??
Samar-samar gue melihat-
Seseorang membawa paksa Mafu.
Gue pegang kaki orang gila itu sambil narik celana hitamnya. Dia terhenti sambil menaikkan celananya yang sudah melorot sampai lutut,
Kepala gue berasa kayak udah lepas dari leher gue. Bergerak untuk mendongak supaya gue bisa lihat sosok ini aja gue nggak bisa,
"Lepasin ..." kata gue
"SAKAT-" orang itu membekap mulut Mafu.
Bangkenya lagi, tangan gue diinjek pula sama ni orang.
Lo kira tangan gue keset?!
Nggak bisa, nggak bisa lagi gue. Kesadaran gue mulai menghilang,
Kusso!!!
Minna-san, kalo gue ngetiknya belum selesai-
Berarti gue udah p-
KAMU SEDANG MEMBACA
『𝕺𝖚𝖗 𝕭𝖗𝖔𝖙𝖍𝖊𝖗, 𝕿𝖆𝖕𝖎 𝕭𝖚𝖐𝖆𝖓』 ✔
Humor[[ INI RECEHAN ]] 13+ [[ Comedy, Mystery ]] [Aho No Sakata POV] ➳➳ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴘʟᴀɢɪᴀᴛ! "UR!! TOLONGIN GUE NI NAPA ADA TUYUL DI KAMAR GUE," kata gue sambil menunjuk dua anak kecil yang satu ingusan yang satunya ngantukan di kamar kos gue. "GUE JUGA...