21. TUYUL ALBINO

392 107 231
                                    

Sudah 2 hari sejak Araki ditangkep, dan gue masih belum boleh ketemu dia.

Info dari Kashit, Araki nggak mengakui kesalahannya. Trus belum ada info juga tentang bocah-bocah sableng itu.

Gue duduk di teras kosan sambil ngemut sesuatu.

"WOEY! SAK!"

Urata nyomot sesuatu yang gue emut tadi trus dilemparnya jauh sampai ke antartika.

"KOPLAK! NAPA LO BUANG!"

"Gue tau lo depresi karena abang lo ditangkep. Tapi jangan buat lo terjerumus ke hal negatif gini, Sak!"

Negatif negatif. Pikiran lo itu yang negatif. Keseringan nyebokin rakun.

"Istighfar, masih muda. Masa depan lo masih panjang. Jangan ngerokok," nasehat Urata bapak-able.

"ITU BUKAN ROKOK, URATANUDIN! ITU COKLAD!!"

"Coklat?"

Nah ini nih. Lahir langsung tua. Nggak tau kalau sekarang ada coklat bentuk rokok. Nggak cuma rokok, bentuk batu pun ada, kan? Kedepannya mungkin inovasi coklat bentuk mantan.

Gue beranjak dari kosan keluar pagar.

"Mau kemana lo? Asli lo kayak orang linglung gitu dah," kata Urata.

"Indomaret. Micin gue habis," kata gue sambil nyambungin jepitan sendal gue yang lepas. Gue sambung pake staples.

"Titip naget dung untuk sarapan Yamadanuki. Tapi pake uang lo dulu ya."

"Ahhhhh nggak denger gue ya, nggak denger... Mata gue ketutup ya... nggak denger gue.. mohon maap."

Males banget gue kalo Urata nitip trus bilang 'pake uang lo dulu'. Pasti ntar ujung-ujungnya nggak dibayar.

*****

Gue menyusuri rak indomaret. Micin yang biasa gue beli, tiba-tiba naik harganya tepat saat gue baru masuk pintu Indomaret.

Kampret. Mana gue cuma bawa uang pas.

"Sakata."

Hm? Kayak ada yang manggil.

"Sakata!!"

Bisikannya makin horor. Gue nengok ke kanan, kiri, atas, bawah ketiak, dalam celan-

Nggak nemu siapa pun.

"Belakang!!" bisik sosok itu lagi.

Gue berbalik dan-

Nggak ada apa-apa.

Kling-

Ada duit gope-an jatuh.

Kamisama, terima kasih karena telah merestui gue untuk beli micin!!

Gue merunduk ngambil tu duit. Seketika mata gue tertuju ke tumpukan kerdus di bawah rak.

Dari dalam kardus itu, ada sepasang mata yang mengintai melihat keluar.

Matanya nampak merah. Jadi ini yang daritadi manggilin gue?

"Aho no Sakata," sosok itu agak mengeraskan suaranya dari dalam kerdus.

Lah-
Lo ngapain ngumpet disono??!!

*****

"Maf!! Dari kapan lo disana?? Dari waktu itu? Hiks."

Sroottt

Amjim gue nangis cok-

"Waktu itu dia mampir beli minum disana. Trus aku gigit tangannya. Trus aku dibanting. Trus aku lari sembunyi di kerdus."

Dia yang dimaksud, adalah orang berbaju hitam yang waktu itu.

"Ya ampun udah lama banget lo disana. Ni udah beberapa hari loh. Tapi kok lo masih idup aja. Lo makan gimana?" tanya gue sambil ngiket balon ke perut ni bocah.

Kebetulan tadi dia minta balon, gue jadi harus merelakan duit gue dan nggak jadi beli micin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebetulan tadi dia minta balon, gue jadi harus merelakan duit gue dan nggak jadi beli micin.

"Kalo malem, Mafu keluar dari kerdus. Trus ambil jajannya indomaret."

Ni tuyul nggak ngambil duit, tapi ngambil jajan.

"Trus kenapa lo nggak pulang? Lo takut ntar ketemu orang itu lagi?"

Mafu mengangguk sambil ngemut Mafuteru.

"Jangan makan ini! Ntar gue cuci dulu," kata gue merampas Mafuteru. Tak nampak seperti Mafuteru, malah kayak kepala orang botak yang udah mulai tumbuh rambut kecil-kecil gitu. Saking udah jamurannya tuh boneka.

Groaakk-

Suara perut Mafu.

"Ugh. Aku lapar. Mau pizza," kata Mafu.

Refleks gue tersenyum ke ni bocah. Suara kang makan satu ni, akhirnya bisa gue denger lagi.

"Iya, ayok pulang. Jangan ngilang lagi."

Gue hampir lupa satu hal.

"Oiya, Maf. Lo sempat liat nggak? Wajahnya si orang edan itu?"

Mafu diem. Dia malah memalingkan wajah ber-barcodenya itu.

"Jawab gue Maf! Masalahnya si Sou ama Soraru pergi. Katanya mau menyelamatkan lo. Tapi lo malah keasikan nyolong jajan Indomaret."

"Ha? Soraru.. Soraru pergi?"

"Iya. Jadi gimana? Pasti lo liat kan wajah orang itu?!"

Mafu natap mata gue berkaca-kaca. Kawaii banget ni bocah sampe merasa bersalah banget gue.

"Gue nggak marah, cuma nanya.."

Mafu mengangguk.

"Lo kenal?"

Mafu menangguk lagi.

"Apa.. Gue kenal juga?"

Mafu terdiam sambil memiringkan kepalanya 180 derajat.

Ya mana tau lah ya. Dia juga nggak bakal tau, siapa aja orang yang gue kenal atau kagak. Bego banget pertanyaan gue.

"Iya, Sakata tau."

Eh?
NANIIIIIIII?!
DARE?
DARE KA-???!
Araki?

『𝕺𝖚𝖗 𝕭𝖗𝖔𝖙𝖍𝖊𝖗, 𝕿𝖆𝖕𝖎 𝕭𝖚𝖐𝖆𝖓』 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang