Part 7

917 103 10
                                        


Beomgyu pov

"Terimakasih atas sarapannya" ucapku sambil mengelap bibirku dengan kain.

"Sama-sama" katanya. Aku tak sengaja menangkap cengiran diwajah bodohnya itu. Apa aku salah lihat? Untuk apa cengiran itu?

"Baiklah karena kita sudah selesai sarapan... Mari kita mulai! Aku yang duluan bertanya. Berapa umurmu sekarang?" Tanyaku dengan cepat. Aku cukup merasa antusias atas ajakan ini karena memang sudah dari dulu ada beberapa pertanyaan yang inginku tanyakan padanya tapi aku malas.

Taehyun mengerutkan dahinya mendengar pertanyaanku. Apa aku salah pertanyaan? Apakah sekarang tidak hanya wanita saja yang sensitif jika ditanyai usia?

"Tunggu, kupikir bukan seperti ini cara bermainnya?" katanya. Aku memutar bola mataku dengan malas. Oh ya kalau begitu kenapa tak dia jelaskan saja dari tadi?

"Bilang dari tadi! Jadi bagaimana caranya?!" galakku. Aku bersedekap dengan wajah sebal.

"Kurasa kita harus mulai berkenalan dulu. Seperti yang kau tau, awal pertemuan kita tidak diawali dengan kejadian yang baik. Jadi kurasa kita butuh sebuah perkenalan untuk memulai sesuatu yang baru? Anggap saja kita memperbaiki pertemuan buruk itu" tukasnya.

Kalau dipikir-pikir dia ada benarnya juga. Pertemuan pertama kami benar-benar insiden yang sangat kacau. Aku bahkan tidak mengira bahwa tabrakan itu akan membawa kami sampai ke titik pernikahan seperti ini. Jika aku bisa mengulang waktu maka aku benar-benar ingin menghajarnya pada malam itu agar dia tidak bisa pulang sekalian. Setidaknya dengan begitu aku tidak perlu menjadi baik untuk menawarkan diri mengantarnya pulang dan berakhir dengan semua kesalahpahaman ini. Tapi sekarang nasi sudah menjadi bubur. Apa boleh buat? Lagian sampai sekarang dia belum melakukan hal-hal aneh padaku. Tunggu! Kenapa aku memikirkan itu? Astaga Beomgyu! Kau benar-benar sudah gila sepertinya. Aishh...

"Hei, kau mendengarku?" suaranya merusak lamunanku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sebelum menjawabnya.

"Emm ya aku dengar. Okay kalau begitu kau duluan saja" kataku.

Dia tiba-tiba mengulurkan tangan kanannya padaku. Aku menatap tangannya kemudian kembali menatapnya. Untuk apa ini? Apa dia sungguh berpikir kami harus berkenalan seperti orang yang baru pertama kali bertemu? Serius?

"Kau tak mau membalas jabat tanganku? Padahal tadi kau bersemangat sekali untuk memulai?" tanyanya. Paboya ini benar-benar kelihatan konyol. Yang benar saja?

"Aku tak mau menyentuh tanganmu" jawabku sambil mengalihkan pandanganku kekanan untuk melihat area lapangan hijau yang luas dan dipenuhi pepohonan dengan beberapa tanaman bunga yang indah. Jujur saja lapangan belakang rumah ini selalu membuatku kagum dan tak berhenti untuk menatapnya karena membawa perasaan tenang dan memanjakan mata.

Aku bisa mendengar suara helaan nafasnya. Hihihihi dia pikir mudah untuk membuatku menjadi temannya? Kita lihat saja. Aku tidak akan membuat semua ini menjadi mudah untuknya.

Ketika aku sibuk dengan pikiranku sendiri, tiba tiba saja aku merasa tangan kananku ditarik olehnya. Aku menoleh dengan cepat dan menatapnya dengan kesal ketika tangan kami sudah saling menjabat. Lebih tepatnya jabatan sebelah pihak karena tanganku saja yang digenggam olehnya.

"Apa ini?! Lepaskan!" kataku sambil berusaha mencoba menarik tanganku namun tenagaku tak cukup kuat untuk melepaskan genggamannya. Sial tanganku malah jadi sakit. Tanpa sadar aku merintih dan aku bisa merasakan genggamannya melembut ketika mendengar suaraku.

"Sebentar saja setidaknya kita pernah berkenalan secara resmi" katanya. Suaranya melembut. Aku tidak tau apakah ini memang kepribadian aslinya atau memang dia sedang berpura-pura berlagak lembut belakangan ini?

I Say I Love You - TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang