Hallo!
Sudah siap dengan part ini?
Absen dulu yuk, siapa aja yang lagi baca!❤️
Happy Reading ❤️
Aku yang hancur, kamu yang membantuku bangkit. Aku yang rapuh, kamu yang membantuku berdiri. Apa boleh aku berharap pada orang sepertimu walau aku tidak mengenal semua tentangmu?
~Azella Alma Prasetya***
Zella memacu motornya dengan kecepatan sangat tinggi. Membuat orang-orang yang ada di lalu lintas mengumpat tidak terima. Tetapi Zella tidak peduli. Malam ini, ia akan menemui Pandu yang akan melakukan balapan liar atas perintahnya. Zella senang. Hitung-hitung ini bisa mengurangi beban pikirannya yang selalu banyak tekanan.Zella sampai tepat waktu. Pandu yang melihat itu lantas tersenyum miring dan menghampiri Zella dengan membawa sebuah paper bag.
"Lo datang tepat waktu Zel."
"Iya. Gue lama banget minta izinnya tadi," balas Zella seraya mengusap keringatnya.
Pandu tersenyum lalu mengeluarkan sebuah bungkusan berwarna hitam. Cowok tinggi itu membukanya dan berhasil membuat Zella terbengong. Tanpa banyak bicara, Pandu mendekat pada Zella dan segera melingkarkan tangannya ke belakang punggung Zella dengan niat membantu cewek itu memasangkan jaket berlambang bintang yang baru saja ia berikan.
"Ini, buat apa?"
"Ini jaket hitam milik gue sendiri. Karena lo udah jadi bagian dari geng gue, maka lo berhak mendapat ini."
"Tapi ini beda loh sama yang dipake temen-temen geng lo. Kenapa gue nggak pake kaya mereka aja?"
Pandu menepuk puncak kepala Zella, "Karena lo spesial buat gue," balas Pandu dengan senyum yang manis.
Zella langsung mematung ditempatnya. Hey, apa yang dilakukan olah Pandu wajar saja memiliki efek tersendiri untuk cewek seperti Zella. Pandu langsung menggandeng tangan Zella dan menuntunnya untuk menuju arena balap. Tak lupa juga, Pandu membisikkan sederet pesan yang harus Zella lakukan selama balapan.
Zella mengangguk siap untuk balapan. Saat sapu tangan berwarna putih itu terlempar ke atas, Zella langsung memacu motornya dengan kecepatan bak petir. Zella menyunggingkan senyum miring. Ini candu. Ini adalah kesenangan yang selama ini Zella inginkan. Dan cowok yang bahkan belum pernah dikenalnya sedekat ini, berhasil mewujudkan semua keinginan Zella. Pandu Brawijaya. Cowok yang baru saja Zella rasakan kehangatannya. Tentang bagaimana cowok itu perhatian padanya. Selalu perduli tentangnya. Dan sederet kebaikan yang sukses membuat Zella tersenyum ditempatnya.
Zella hanya berjarak sepuluh meter dari lawan balapnya. Ah, saat di lapangan Zella memang kejam. Ia tidak mau membiarkan lawannya mencapai garis finish terlebih dahulu. Derum motor hitam milik Zella semakin keras dan semakin kencang melalui arena balap. Membuat cewek itu dengan sangat mulus mencapai garis akhir. Selalu saja, Zella yang akan menang!
Geng Jaxton bersorak senang. Bendera kebanggan gengnya terkibar tinggi. Sorak sorai berhasil membuat arena ini semakin bertambah ramai. Zella tersenyum senang lalu menjabat tangan lawan balapnya itu. Pandu jauh lebih senang. Karena berkat Zella yang menang balapan, otomatis taruhan dengan geng motor lain, Pandu menang telak. Markas geng itu berhasil Pandu rebut.
Pandu berlari menghampiri Zella yang masih menenggak sebotol air mineral, "Keren. Thanks. Lo menang untuk gue."
"Apa sih, gue emang suka balap. Lo nggak perlu berlebihan. Gue seneng juga kok."
Pandu lantas mendekat dan langsung menarik Zella ke dalam pelukannya. Hal itu sukses membuat Zella mematung. Bahkan sebotol air yang dipegangnya jatuh dan langsung beradu dengan aspal.
"Thanks. Gue nggak salah untuk milih lo," bisik Pandu membuat Zella merasa terbang ke langit teratas. Zella merasakan ada ribuan kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya. Tanpa sadar, Zella membalas pelukan Pandu.
"Iya," balasnya lalu menepuk pelan punggung Pandu.
***
Sementara itu, Alvin masih saja sibuk berkutat dengan buku-bukunya itu. Tak lupa, dirumahnya juga ada Sella yang memaksa Alvin untuk mengizinkan dirinya bermain. Alvin duduk berseberangan dengan Sella yang sibuk dengan ponselnya."Kak Alvin, aku bosen nih! Kita jalan yuk!"
Alvin diam. Ia masih tetap saja fokus dengan bukunya.
"Kak!"
Alvin mendongak, "Kenapa Sel?"
"Kakak daritadi dengerin aku bicara nggak sih?"
"Denger. Kenapa?"
"Ish! Kakak mah nggak seru," ujar Sella lalu memakai tas nya dan segera keluar dari rumah Alvin. Cowok itu tidak tinggal diam. Ia lantas mengejar Sella sebelum cewek itu menjauh.
"Sel, tunggu!"
"Apa?"
"Lo marah?"
"Ya menurut kakak gimana, aku tuh capek kak."
"Kan tadi lo yang maksa untuk main ke rumah gue."
"Ih! Bukan capek itu. Aku capek aja."
"Iyaudah ayo masuk. Lo boleh istirahat."
"Nggak! Aku mau pulang aja."
"Mau gue anterin?"
"Nggak usah! Aku mau pulang sendiri aja."
"Iyaudah. Hati-hati ya," balas Alvin cuek lalu kembali menutup pintu rumahnya.
"IHH KAK ALVIN NGGAK PEKA BANGET SIH JADI COWOK! KENAPA GITU NGGAK NAHAN AKU KAYA CEWEK-CEWEK DI WATTPAD! DASAR NGGAK PEKA!" umpat Sella sambil berkacak pinggang menghadap pintu yang baru saja Alvin tutup.
Sementara itu, Alvin membiarkan hal itu terjadi. Biarkan saja, Alvin butuh waktu untuk dirinya sendiri. Alvin membanting dirinya di atas sofa. Tangan kanannya ia gunakan untuk menutupi wajah tampannya itu.
"Kenapa Vin?" tegur Maria, yang baru saja meletakkan sebuah mangkuk berisi buah-buahan diatas meja.
"Nggak papa bun."
"Loh, Sella mana?"
"Udah pulang."
"Kok nggak kamu anterin?"
"Males. Biar aja pulang sendiri, dia juga nggak mau Alvin anterin."
Maria menggeleng pelan, "Dasar anak muda. Jujur aja nih Vin, bunda lebih setuju kalau kamu sama Zella."
Alvin mendelik lalu bangkit dari tidurnya, "Maksud bunda?"
"Bunda liat. Kamu kayanya lagi ada masalah sama Zella, kalian nggak saling sapa. Jujur aja, bunda lebih seneng kalau kalian berantem karena rebutan makan."
"Zella lagu ada masalah kali bun. Besok juga dia baikan lagi."
"Kamu itu cowok loh Vin. Harusnya kamu yang mau mulai duluan. Samperin Zella, minta maaf. Terus tanya baik-baik dia kenapa."
"Nggak mau Bun. Di sekolah saja, Zella nggak mau ngeliat Alvin."
"Ya karena kamu diem aja. Kamu tau mana yang salah dan mana yang bener, tapi kamu diem. Kamu nggak mau bertindak. Inget Vin, kamu itu cowok. Kamu harus berani bertindak. Tapi nggak sembarang bertindak, kamu juga harus berpikir. Apakah tindakan yang kamu lakukan itu bener atau nggak," jelas Maria membuat Alvin menganggukkan kepalanya.
Alvin tahu, ia salah. Maka secepatnya,ia harus meminta maaf pada Zella sebelum semuanya terlambat.
***
AN : GIMANA SAMA PART INI?
MAAF KALAU KURANG NGE-FEEL, AKU NGGAK TERLALU JAGO BIKIN GINIAN, xixixi.OH YA, MAU NGOMONG APA SAMA SELLA???
Semoga suka:)
Sampai jumpa di part selanjutnya ya 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLA [COMPLETED]
Romance#Teenfiction #Event Start : 30 September 2020 Finish : 30 Oktober 2020 Pernah berada di fase hidup terendah? Pernah menangis tersedu-sedu karena kehilangan orang yang menjadi alasan tersenyum dan bahagia? Pernah berada di posisi paling tidak berguna...