Aku berharap masih ada yang setia mau baca cerita ini❤️
Ready untuk part ini?
Happy Reading ❤️
***
"Zel ini nggak seperti yang lo pikirin," ucap Pandu lalu meraih tangan Zella. Sebelum itu, tetapi Clara sudah lebih dulu menepis tangan Pandu agar tak menyentuh sahabatnya itu."Jangan sentuh Zella!" tukas Clara.
"Please, ini urusan kami berdua," ujar Pandu.
Zella menoleh pada Clara, "Biarin gue ngomong sama Pandu ya Cla. Nanti gue samperin lo lagi."
Pandu membawa Zella ke dekat parkiran mobil. Cukup sepi, mereka memilih tempat itu agar tak banyak orang yang tau.
"Mau ngomong apa?" tanya Zella. Wajahnya menunduk. Ia sama sekali tidak berminat untuk melihat Pandu.
"Zel ..."
Akhirnya Zella mendongak, "Apa?"
"Lo ... masih percaya sama gue 'kan?"
"Menurut lo?"
"Gue ... nggak tau."
"Lo aja nggak tau. Apalagi gue. Gue selalu percaya sama lo. Tapi gue rasa, lo nggak pernah menyadari hal itu," tutur Zella membuat Pandu tertegun. Cewek ini terlalu baik untuk ia sakiti.
"Nggak gitu Zel. Tadi gue sebenernya lagi ngumpul sama anak-anak yang lain. Tiba-tiba Sinta datang dan maksa gue untuk ikut ke pesta ini. Gue nolak, tapi karena terus-terusan dibujuk sama Randy, akhirnya gue mau. Lo nggak papa kan?"
Zella menggeleng, "Iya nggak papa," alibinya. Padahal jauh didalam lubuk hatinya, cewek itu menjerit tidak terima. Tetapi mulutnya masih mengatakan 'tidak papa' seolah tidak ada yang boleh tahu kondisi batinnya saat ini.
"Nggak papa Zel. Kalau lo mau marah ke gue, atau bahkan lo mau nampar gue, nggak masalah. Gue terima Zel," ucap Pandu lalu meraih tangan Zella dan memposisikan tangan cewek itu di pipinya. Pertanda ia sudah siap jika saja Zella mau menamparnya. Tetapi salah, Zella menarik tangannya kembali lalu menyembunyikannya dibalik badan.
"Zel ... ngomong. Jangan diem aja. Gue tau lo sebenarnya marah sama gue. Ngomong Zel, jangan cuma diem," tutur Pandu. Tetapi cewek itu hanya diam. Entah apa yang dipikirkannya. Sejenak, mereka hening. Pandu terus memandang Zella, tetapi Zella hanya menunduk. Tak lama, terdengar isakan kecil yang keluar dari mulut Zella.
"Lo kenapa Zel?" tanya Pandu khawatir sambil meraih kedua tangan Zella dalam genggamannya.
Zella mendongak lalu menyeka kasar air matanya, "Pernah nggak sih, lo berpikir jalan dari hubungan kita ini? Pernah nggak lo berpikir mau kaya gimana sama kita ke depannya kalau lo terus-menerus sama cewek lain sementara gue yang butuh lo selalu diem? Pernah nggak terlintas dipikiran lo kalau hubungan kita nggak bakal bertahan lama?" ujar Zella beruntun membuat cowok dihadapannya diam seribu bahasa. Semua pertanyaan Zella berhasil menyentil perasaannya.
"Zel, lo ngomong apa sih?"
"Gue ngomongin kita. Kita tuh mau gimana? Hubungannya akan seperti apa? Gue nggak tahu Ndu. Gue udah mencoba ngertiin lo, tapi lo malah seolah menyepelekan semua pengertian gue dengan menyangkut pautkan semua sama Sinta sebagai adik lo itu."
"Zel, jangan ngomong yang aneh-aneh kalau lo lagi marah. Nanti nyesel."
"Gue butuh kepastian sama hubungan ini. Gue mau lo tegas sama pilihan lo. Kalau lo pilih Sinta, gue mundur. Kalau lo pilih gue, tolong, gue minta sama lo. Jaga jarak lo sama Sinta, pernah nggak lo mikir perasaan gue saat Sinta pegang-pegangan bahkan pelukan sama lo?" ujar Zella. Ia sudah tidak peduli jika dirinya dicap sebagai orang yang egois disini.
"Gue ..." Pandu diam. Cowok itu juga tidak tahu akan seperti apa jalannya hubungan mereka ini. Putus ataukah akan terus berlanjut, "Gue nggak tahu Zel!" tukasnya.
"Pilih sekarang, gue nggak mau terus-menerus kepikiran lo yang bahkan sama sekali nggak peduli sama gue."
"Gue nggak bisa milih salah satu dari kalian! Gue sayang sama kalian semua. Gue sayang sama lo Zel, banget. Tapi di satu sisi, ada Sinta yang juga butuh gue."
"Emangnya gue nggak butuh lo?"
"Zel. Gue bener-bener sayang sama lo. Jangan pernah berpikir kita bakal putus."
"Nggak! Gue nggak pernah mikir kalau jalan dari masalah ini adalah kita putus! Kita udah sama-sama dewasa, harus tegas sama pilihan masing-masing. Putus juga bukan pilihan yang baik. Tapi kalau emang akhirnya bakal kaya gitu, ya gue bakal coba terima."
"Lo mau kita putus? Lo mau gue pergi?"
"Gue nggak minta lo pergi. Gue nggak minta putus. Gue minta lo tegas. Tapi kalau lo mau pergi, yaudah nggak papa. Gue nggak mau menggenggam sesuatu yang bahkan sesuatu itu nggak mau gue pegang."
Pandu mengacak rambutnya, "Tolong, apapun masalahnya jangan sampai kita putus."
"Nggak! Gue nggak minta putus. Gue mau lo kasih keputusan besok malem di basecamp," tukas Zella lalu berjalan menjauhi Pandu. Sementara cowok itu masih bergulat dengan pikirannya yang semakin banyak.
***
"Gue nggak bisa! Gue nggak bisa!" omel Pandu pada dirinya sendiri. Setelah selesai pulang dari pesta, Pandu tidak langsung pulang. Yang dilakukan cowok itu kini berkumpul bersama teman-temannya di basecamp. Penampilannya sudah jauh dari kata rapih. Jasnya terlempar diatas sofa. Dasinya juga ia lemparkan ke sembarang arah. Bahkan dua kancing teratas dari kemeja cowok itu terbuka. Rambutnya acak-acakan menandakan bahwa cowok itu sedang tidak baik-baik saja."Lo kenapa sih Ndu? Ngedumel terus. Mendingan main tik tok. Yuk?!" ujar Erick yang duduk disamping Pandu.
Pandu mengeram, "Gue lagi nggak mau bercanda!" tukasnya membaut Erick mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Kenapa lagi?" tanya Randy yang baru saja datang dengan membawa sebotol air mineral.
"Nggak papa."
"Ngomong aja. Apa gunanya punya temen banyak tapi nggak pernah lo anggap?"
"Gue nggak bisa gini terus Ran," ujar Pandu.
"Zella?" tanya Randy dibalas anggukan oleh Pandu.
"Kenapa sih, gue udah memberikan lo kenyamanan dengan lo pacaran sama Zella 'kan?"
"Iya. Tapi gue maunya serius. Gue nggak tega kalau harus nyakitin hati dia. Gue bener-bener sayang sama dia."
"Halah bullshit! Rasa sayang lo sama dia itu cuma kagum. Nggak usah geer!"
"Lo kenapa sih Ran? Sedendam apa losama Zella sampai mau nyakitin Zella bahkan mau menjalankan rencana busuk lo itu?"
"Iya Ran! Lo nggak boleh kaya gitu. Lo inget kan tujuan Jaxton berdiri. Cuma buat solidaritas. Entah gue doang atau gimana tapi makin kesini Jaxton makin banyak kekeliruan bahkan sampai salah jalan dengan narik orang yang nggak ada sangkut pautnya sama kita," ujar Erick memberi tambahan.
"Terus, lo maunya gimana?" tanya Randy lalu merebahkan dirinya di sofa markas.
"Gue pure sayang sama Zella. Kalau sampai kita jadi ngejalanin rencana itu," Pandu diam sejenak lalu bangkit, "Gue keluar dari Jaxton!" tukasnya lalu berlalu pergi. Membuat seluruh teman-temannya mendelik terkejut.
***
AN : MINTA KOMENTAR UNTUK PART INI YA!KAMU TIM MANA NIH?
TIM PANDU ZELLA PUTUS? ATAU TIM PANDU ZELLA PACARAN TERUS?
APAPUN JALAN CERITANYA, APAPUN AKHIR DARI CERITANYA, AKU BERHARAP KALIAN BISA MENERIMANYA YA❤️
SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLA [COMPLETED]
Romance#Teenfiction #Event Start : 30 September 2020 Finish : 30 Oktober 2020 Pernah berada di fase hidup terendah? Pernah menangis tersedu-sedu karena kehilangan orang yang menjadi alasan tersenyum dan bahagia? Pernah berada di posisi paling tidak berguna...